Pangeran dan Ilmu Penyembuh 3

1085 Words
Buk!! “Kau adalah Pangeran yang pernah mengatakan hal yang serupa ketika masih kecil, Bodoh!” itulah kata yang terlontar dari mulut Rezen kepada Raja Abraham yang kini meringis kesakitan dan kemudian berucap, “Ah … kau benar, aku pernah mengatakannya juga.” gumam Raja Abraham dengan bodohnya, tingkah keduanya tentu membuat Anaes yang tengah berdiri dan menyaksikan keduanya pun tidak bisa dan tidak akan berbuat apapun selain menahan tawanya dan tetap menundukkan kepala untuk tidak memperlihatkan rautnya saat ini. “Jadi … apa yang harus kita lakukan?? dia tidak bisa menggunakan pedang, dan dia juga tidak ingin melukai seseorang dengan anak panahnya … dia tidak memiliki naga pembimbing, jadi bagaimana caranya untuk bertahan hidup dari serangan musuh kerajaan, Rezen?” sebuah pertanyaan yang terlontar dari Raja Abraham pun membuat Anaes dan juga Rezen berbalik menoleh menatap Raja Abraham, karena pada dasarnya, seharusnya sang Raja lah yang memiliki jalan keluar dari permasalahan tersebut. “Kenapa anda malah bertanya seperti itu kepada saya, Baginda?” tanya Rezen kepada Raja Abraham yang kini menghembuskan napasnya dengan kesal, sebelum akhirnya sebuah ide pun muncul di dalam pikirannya, “Hh … mungkin ini saatnya bagi kita untuk menggunakan Adalard” ucap Raja Abraham, membuat Rezen dan juga Anaes menoleh menatapnya yang kini terlihat sangat serius dengan apa yang baru saja diucapkan olehnya. Adalard Sowvra, adalah seorang anak terakhir dari Kerajaan Sowvra yang diselamatkan oleh Rezen yang pada akhirnya menjadi seorang b***k kerajaan, yang telah dididik sedemikian ajaran hingga menjadi seseorang yang nantinya akan menjadi penerus bagi Ray dan juga Rezen di dalam Kerajaan itu. Pandangan sang Raja kini menoleh menatap Anaes yang masih berada, dan dirinya pun tersenyum kepada sang guru seraya berucap, “Terima kasih karena kau sudah mengajarinya bermain panah, namun tugasmu sudah selesai sampai di sini … kau akan diperidzinkan untuk kembali mengajari para prajurit panah di medan perang, kau boleh kembali ke tempatmu.” itulah yang diucapkan oleh Raja Abraham kepadanya yang kini mengangguk mengiakan hal itu dan berpamit untuk pergi mengundurkan dirinya dari ruangan tersebut. … Sudah dua hari semenjak Pangeran Ilyash tidak melakukan kegiatan apapun di dalam Kerajaan. Kesadarannya mengenai keahlian yang tidak ia miliki membuat dirinya merasa sedih, dan kini memilih untuk termenung dan bersandar di bawah pohon Chery prunus padus yang terletak di tengah-tengah kebun Hamush* Hamush merupakan kebun apel hitam yang sengaja ditanam dan ditumbuhkan di salah satu lokasi yang ada di dalam wilayah Kerajaan serta Desa oleh Raja Muller ke VII (Joseph Muller), Raja yang selalu diagungkan. Tak ada pohon lain yang mendominasi di dalam kebun Hamush selain apel hitam tersebut, dan pohon itu sengaja membentuk spiral yang memiliki sebuah jembatan kayu si salah satu sisi dengan sungai kecil yang terbuat secara alami di taman tersebut dan di setiap sudutnya terdap kursi taman untuk memperindah kebun Hamush. Namun ada satu pohon yang sangat mencolok, yaitu pusat dari kebun itu merupakan pohon Chery Prunus Padus, pohon dengan bunga putih kecil yang selalu mendominasi di setiap dahannya, itu merupakan pohon keramat bagi para anak Raja. Sebuah ayunan sengaja di buat menggantung ke salah satu dahan tebal dari pohon Chary itu, Raja Muller VII sengaja membuatnya untuk putrinya tercinta.   Di bawah pohon Chery Prunus Padus itu Pangeran Ilyash menangis dan bersedih, ia sedih karena ia merasa bahwa dirinya tidak memiliki kebisaan apapun dan menurutnya itu sangat menyedihkan. Saat ini ia terisak seperti anak kecil yang tengah kehilangan permen kesukaannya. Dari kejauhan, seorang lelaki berperawakan tinggi, berjubah dengan jubah Kerajaan datang perlahan mendekati sang Pangeran yang menangis dengan sedih di bawah pohon Chery Prunus Padus. “Pangeran … apa yang sedang anda tangisi saat ini?” sebuah pertanyaan terlontar darinya kepada Pangeran Ilyash, membuat sang Pangeran pun menoleh menatap lelaki bermata Amber yang kini tersenyum menatapnya dengan sayang, dan hal itu membuat sang Pangeran pun berucap, “Rezen … aku tidak memiliki keahlian apapun … Apakah aku akan dibuang sebagai seorang Pangeran??” tanya Pangeran Ilyash kepada Rezen yang kini berlutut di bawah pohon Chary tersebut dan menghadap ke arah sang Pangeran yang bersandar dan memeluk lututnya. “Kenapa anda berpikir seperti itu Pangeran?? tidak ada yang akan membuang anda” ucap Rezen kepada Pangeran Ilyash yang kini terisak dan menoleh menatap sang Kepercayaan. “Tapi … bukankah seorang Pangeran harus memiliki keahlian ?? dan aku tidak memilikinya, tidak dengan Pedang dan juga panah” ucap Pangeran Ilyash kepada Rezen, dan hal itu membuat Rezen tersenyum menanggapi hal itu dan kemudian mengeluarkan sebuah buku dari balik jubahnya. “Seorang Pangeran tidak harus pandai menggunakan pedang dan panah, Pangeran” ucap Rezen kepadanya yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian bertanya, “Benarkah??” dan pertanyaan itu diberi anggukan oleh Rezen, “Lalu?? apa yang harus kupelajari selain Pedang dan Panah agar aku setidaknya pandai melakukan sesuatu, Rezen??” sambung Pangeran Ilyash kembali bertanya kepada Rezen yang kini memberikan buku berwarna indocolite kepada sang Pangeran. Diambilnya buku tersebut oleh Pangeran Ilyash, dan dibacanya judul buku itu. “Ilmu penyembuh sang pengelana” ucap Pangeran Ilyash, dan setelahnya ia pun menoleh menatap Rezen yang kini tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, “Jika anda tidak pandai berperang, setidaknya anda bisa membantu Pangeran Vernom dalam menyembuhkan orang dan prajurit yang terluka” itulah yang diucapkan oleh Rezen kepada Pangeran Ilyash, dan karenanya Pangeran Ilyash pun tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Dimulai dari saat itu, Pangeran Ilyash belajar dan terus mendalami Ilmu penyembuhan, bukan hanya dari buku catatan Rezen, namun ia juga membaca seluruh buku penyembuhan yang ada di dalam perpustakaan Kerajaan dan belajar mengaplikasikannya. …   Clue.   Sang Pelindung Pagi itu, Salju turun dengan halus dan lembut. Di musim dingin yang merupakan hari di mana Pangeran Ilyash baru saja bertambah umurnya menjadi delapan. Dan pagi itu suasana hati sang Pangeran sangatlah baik, dengan senang ia turun dari atas kasurnya. Seperti biasa, atau semacam sudah menjadi kebiasaan bagi Pangeran Ilyash, dirinya tidak langsung pergi ke kamar mandi, melainkan membuka buku Ilmu penyembuh dan membaca untuk dua lembar kertas di sana sebelum akhirnya mandi. Pangeran Ilyash keluar dari kamarnya setelah ia berpakaian rapih dan ia berjalan menuju ruang makannya untuk bertemu dengan sang Raja, sang Ratu, Rezen dan tentunya sang Kakak. Ia berjalan dengan senyuman yang tidak pernah luntur di sana. “Selamat pagi, Pangeran Ilyash” ucap Rezen menyapa dirinya di sana, dan hal itu membuat Pangeran Ilyash menanggapi sapaan Rezen dengan semakin tersenyum bahagia, “Pagi, Rezen!” sapa Pangeran Ilyash, namun detik kemudian ia segera merubah sikapnya menjadi sopan dna membungkukkan tubuhnya ketika ia melihat sang Raja datang dan masuk ke dalam ruang makan yang mewah itu.   To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD