Adik Kecil dan Sang Kakak

1363 Words
Musim gugur tiba, Pangeran Ilyash yang kala itu berusia Empat tahun pun tengah terduduk di jendela kamarnya dan termenung melihat dedaunan yang perlahan gugur dari pepohonan yang tumbuh di sekitar taman luar kamarnya. Pangeran Ilyash tumbuh menjadi seorang anak yang pendiam, ia tidak terbiasa untuk bermain dan memilih untuk mencari perhatian dari sang Raja, dan semenjak setengah bulan yang lalu, ketika sang ayah tidak kunjung menatapnya, Pangeran Ilyash pun memilih untuk berhenti mencari perhatian darinya dan mulai membaca beberapa buku yang tak lazim untuk anak yang seumur dengan sang Pangeran. “Psst!” Sebuah suara yang muncul di tengah keheningan dari dalam ruangan itu pun membuat Pangeran Ilyash mengerutkan dahinya dan menoleh ke arah belakang, namun tidak ia mendapati apapun di dalam ruangan kamarnya, atau tidak ada seorang pun selain dirinya di dalam kamar megahnya. “Pssst!!” dan suara itu terdengar kembali dan semakin jelas, yang membuat Pangeran Ilyash pun menoleh ke arah luar dan terkejut hingga terjatuh dari pegangannya menuju atas matras yang empuk yang terhampar di lantai kamar itu. “!!!” Pangeran Ilyash tidak bersuara, namun raut wajahnya sangat menampakkan jika ia terkejut ketika ada seseorang yang melompat keluar dari tempat persembunyiannya. Itu adalah sang kakak, Pangeran Vernom Muller. Pangeran Vernom lah yang mengeluarkan suara aneh sebanyak dua kali dan dengan sengaja mengejutkan sang adik yang kini sudah terduduk di atas matras dan terjatuh karena terkejut. “Hahaha! Kau terkejut, Ilyash?? maaf ya” ucap Pangeran Vernom seraya melompat untuk kemudian masuk ke dalam ruang kamar Pangeran Ilyash yang rapi itu. Mendengar permintaan maaf dari sang kakak, membuat Pangeran Ilyash pun mengangguk menanggapi permintaan tersebut dengan wajah yang kembali tenang. Dengan sayang, Pangeran Vernom menggendong sang adik dan membawanya ke atas pangkuannya yang kini terduduk di atas kasur milik Pangeran Ilyash. “Apa yang sedang kau lakukan, Adikanda Ilyash?” tanya Pangeran Vernom kepada Pangeran Ilyash yang kini menoleh menatapnya, pandangannya kini menatap ke arah Pangeran Vernom, seorang anak lelaki berusia Lima belas tahun yang memiliki warna mata yang sama dengan dirinya, warna biru kehijauan terang yang indah. “Ilyash hanya melihat daun yang jatuh, kakak … apakah pohon-pohon yang tumbuh di luar sana sedang sakit??” tanya Pangeran Ilyash dengan polosnya kepada sang kakak, yang membuat Pangeran Vernom tertawa mendengar itu semua seraya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan itu, “Iya, mereka sedang sakit, apakah Ilyash mau membantuku untuk mengobati pepohonannya?” tanya Pangeran Vernom kepada sang adik yang kini melompat dari pangkuan dirinya dan kemudian menganggukkan kepala, menyanggupi dan ingin menolong pepohonan yang ada di luar sana. “Iya! Ilyash mau membantu mereka kakak, apa yang harus Ilyash lakukan?” tanya Pangeran Ilyash terlihat bingung setelah ia memikirkan bahwa ia tidak tahu obat-obatan yang bagus untuk mereka pohon-pohon yang sedang sakit, melihat hal itu membuat Pangeran Vernom kembali tersenyum tipis merasa menyesal karena telah menipu adiknya. “Maaf Ilyash, kakak berbohong … pohon itu tidaklah sakit.” jelas Pangeran Vernom kepada Pangeran Ilyash yang kini semakin mengerutkan dahinya karena merasa bingung dengan apa yang baru saja diucapkan oleh sang kakak, “Tidak! Mereka sakit, kakak … lihatlah! Warnanya menjadi coklat dan rambutnya berjatuhan!” ucap Pangeran Ilyash seraya menunjuk ke arah dedaunan yang berguguran,dan karena ucapan dari sang adik itulah yang membuat Pangeran Vernom menghampiri Pangeran Ilyash seraya berucap, “Tidak Ilyash … pohon tidak akan pernah sakit, saat ini mereka hanya kekurangan sinar matahari.” ucap Pangeran Vernom menjelaskan kepada Pangeran Ilyash yang kini menyipitkan dahinya dan kembali bertanya, “Lalu kemana perginya sinar matahari saat ini?? kenapa mereka tidak datang?” tanya Pangeran Ilyash kepada Pangeran Vernom yang sempat berpikir dan kemudian berucap, “ Matahari sedang pergi, karena saat ini bukan giliran dirinya untuk datang … bukankah sebentar lagi akan ada salju yang turun??” tanya Pangeran Vernom kepada sang Adik yang kini menganggukkan kepalanya dan kemudian ber’o’ria, “Tapi … apakah pohon-pohon itu akan mati??” tanya Pangeran Ilyash kepada Pangeran Vernom yang kini menggelengkan kepalanya menjawab itu, “Tidak, Adikku … ah! Bukankah hari ini Ilyash berjanji kepada kakak untuk menemani kakak ke kebun Hamush??” tanya Pangeran Vernom berusaha mengganti topik pembicaraan, dan untungnya pertanyaan itu membuat Pangeran Ilyash teralihkan dan kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi itu dengan senang. Diulurkannya tangan Pangeran Vernom kepada Pangeran Ilyash yang kini meraih tangan itu dan berjalan keluar dari ruang kamar Pangeran Ilyash. Dengan jalan yang riang, Pangeran Ilyash mengikuti langkah kaki sang kakak dengan sangat senang, ia tidak pernah merasa sedih ketika sang kakak selalu berada di sisinya. Namun kesenangan itu dan perasaan bahagia itu tidak berlangsung lama. Ketika usia sang kakak menginjak tujuh belas, dan ketika dirinya menginjak enam tahun, sang Ayah (Raja Abraham) memerintahkan Pangeran Vernom untuk mengikuti beberapa pelajaran dan kursus bersama dengan Ray untuk berlatih pedang, perang dan tradisi. Karenanya waktu bertemu antara Pangeran Vernom dan Pangeran Ilyash sangatlah jarang. Itulah yang membuat Pangeran Ilyash kembali merasa sedih dan kesepian, ia tidak memiliki banyak teman, karena ia tidak diperkenankan untuk sekolah di sekolah umum melainkan sekolah secara individual bersama dengan guru yang terpilih, dan lagi guru yang mengajari Pangeran Ilyash tidak begitu disukai oleh sang Pangeran karena sama sekali tidak ramah kepada dirinya. … Siang itu, Pangeran Ilyash pun memilih untuk bolos di dalam jadwal pelajaran yang sudah di tetapkan dan memutuskan untuk bersembunyi di kebun Hamush. Ia terduduk di salah satu bangku yang memang tersedia di dalam kebun tersebut, dengan sebuah buku cerita pemberian sang Kakak, tanpa mengetahui bahwa staff di istana tengah kewalahan mencari keberadaan dirinya. “Hei …” sebuah panggilan yang terlontar, membuat Pangeran Ilyash menoleh menatap kedatangan sang kakak yang kini tersenyum dan berdiri di hadapannya. Melihat bahwa sang kakak yang datang mencarinya, membuat Pangeran Ilyash segera berdiri dari sana dan segera memeluknya dengan erat. “Apa-apaan kamu ini?!” sebuah sentakan yang dilontarkan oleh sang guru yang datang bersama dengan Pangeran Vernom pun membuat Pangeran Ilyash terkejut dan melepaskan pelukannya dan menatap ke arah sang guru dengan kaget bercampur takut. Namun, sentakan sang guru segera saja dihentikan oleh Pangeran Vernom yang kini merentangkan tangannya menghalangi pandangan sang guru yang tajam kepada Pangeran Ilyash. “Bisakah anda tidak membentak adik saya seperti itu?!” tegas Pangeran Vernom kepada sang guru, yang membuat sang guru pun mengangguk pelan dan menunduk dengan hormat. “Maafkan saya, tapi … seharusnya dia tidak kabur di tengah pelajaran, Pangeran muda.” ucap sang guru dengan sangat sopan kepada Pangeran Vernom yang kini malah menggelengkan kepalanya mengelak itu semua. “Mungkin Ilyash sedang tidak ingin belajar hari ini, seharusnya anda yang mengerti akan hal itu … geser saja pelajarannya di minggu depan, anda boleh pergi dan tinggalkan kami saat ini, biarkan saya berbincang dengan Ilyash.” ucap Pangeran Vernom kepada guru dari adiknya, dan ucapan itu membuat sang guru pun mengangguk dan segera pergi dari sana, karena ucapan dari Pangeran Vernom seperti sebuah perintah baginya saat itu. “Ilyash …. kenapa kau bolos?? bukankah itu tindakan yang tidak terpuji?” jelas Pangeran Vernom kepada sang adik yang kini memberenggutkan bibirnya ke bawah seraya berucap, “Aku rindu bertemu denganmu kakak, kau sangat sibuk dan aku tidak menyukai guru itu, aku tidak memiliki teman!” ucap Pangeran Ilyash menjelaskan kenapa dirinya bisa sampai membolos seperti itu,dan jawaban itu pun membuat Pangeran Vernom menghela napasnya sebentar, “Maafkan aku, aku tidak bisa terus menemanimu untuk beberapa waktu ini.” ucap Pangeran Vernom, dan jawaban tersebut membuat sang adik sangat sedih, “Eum … sebagai gantinya, bagaimana jika aku titipkan Tsusei kepadamu??” tanya Pangeran Vernom kepada Pangeran Ilyash yang kini segera menoleh kepada sang kakak yang kini mengayunkan tangannya dan mendatangkan Tsusei (naga pembimbing Pangeran Vernom), yang kemudian diberikannya naga tersebut untuk selalu berada di sisi sang Adik yang kini tersenyum dengan senang. “Tsusei akan menemanimu ketika aku tidak bisa melakukannya, apakah Ilyash tidak keberatan karenanya?” tanya sang kakak kepada Pangeran Ilyash yang kini dengan segera mengangguk dengan senang karenanya,membuat sang kakak merasa bersyukur.  “Ilyash, berjanji lah kepadaku … kau harus semangat belajar lagi, mengerti?” tanya Pangeran Vernom kepada Pangeran Ilyash yang kini menoleh menatapnya dan tersenyum seraya menganggukkan kepalanya untuk menyanggupi janji itu sebelum akhirnya mereka pun berjalan bersama menuju istana kerajaan.  To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD