Persepsi

1482 Words
Sore itu langit wilayah kerajaan Valens berubah menjadi merah, yang tentu saja membuat banyak sekali warga dan bahkan staff kerajaan terkejut melihatnya. Raja Abraham yang kala itu tengah berdiskusi bersama dengan sang kepercayaan membahas mengenai tambang berlian yang akan diperluas pun seketika saja berhenti dan menoleh menatap ke arah langit yang kala itu menampakkan warna merah pekatnya, yang tentu saja hal itu membuat Rezen sang kepercayaan ikut menoleh menatap ke arah langit tersebut. “Hyuz?” Raja Abraham hanya bisa menganggukkan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan Rezen saat itu, yang tentu saja membuat keduanya kini bertanya-tanya mengenai Hyuz tersebut, siapakah diantara dua pangeran yang ada di dalam kerajaan ini yang tengah merasa marah? Apakah Pangeran Rainer, atau kah Pangeran Ilyash? Itu lah yang ada di dalam benak dari Rezen dan juga Raja Abraham, yang kemudian membuat Rezen kini menolehkan pandangannya ke arah sang Raja dan kemudian bertanya, “Apakah mesti saya mengecek keadaan keduanya, Yang mulia?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen pada saat itu, membuat Raja Abraham seketika menggelengkan kepalanya untuk menanggapi pertanyaan tersebut, “Tidak perlu Rezen … tak apa, kita tunggu saja mereka berdua!” ucap Raja Abraham kepada Rezen, yang tentu saja membuat sang kepercayaan kini mengerutkan dahinya merasa bingung dengan keputusan yang di ucapkan oleh sang Raja pada saat itu, namun karena itu yang diperintahkan dan dilakukan oleh sang Raja, membuat Rezen pun hanya bisa mengikuti semua yang diucapkan oleh sang Raja dan menunggu salah satu dari kedua pangeran yang terduga mengeluarkan hyuznya untuk datang ke dalam ruang Raja pada saat itu. Dan tidak lama dari sana, Pangeran Ilyash datang dengan wajah yang penuh dengan ekspresi marah dan juga kecewa, yang tentu saja hal itu mengejutkan bagi Rezen dan bahkan Raja abraham sendiri. Kedatangannya di sana untuk meminta izin berkelana, dan siapa yang tidak terkejut mendengarnya? Bahkan Rezen pun tidak habis pikir dengan apa yang diinginkan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu, karena setahunya, Pangeran Ilyash tidak akan berani meminta izin secara langsung seperti itu, seolah kini Rezen tidak bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Pangeran Ilyash. … “Rezen, berikan Pangeran Ilyash dan juga Adalard pass pengenal pengembara, aku memberi izin agar keduanya bisa belajar di luar sana!” ucapan yang di lontarkan oleh sang Raja pada saat itu kembali semakin mengejutkan Rezen yang kini menoleh dengan cepat ke arah Raja Abraham dan kembali bertanya, “Anda yakin, yang Mulia?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen pada saat itu membuat Raja Abraham kini mengangguk dengan mantap, dan membuat Pangeran Ilyash kini membungkukkan badannya untuk memberi hormat kepada sang Raja sekaligus berterima kasih atas izin yang diberikan darinya kepada Pangeran Ilyash. “Selama pass pengembara tengah di buat oleh Rezen, kalian bersiap lah!” ucap Raja Abraham, dan membuat Pangeran Ilyash mengangguk dan pergi dari ruang tersebut, “Hh … apa yang terjadi di sini? Aku tidak menyangka kau akan memberikan izin kepadanya, Baginda!” ucapan yang di lontarkan oleh Rezen pada saat itu, membuat Raja Abraham menoleh menatapnya dengan sekilas dan kemudian berucap, “Aku sengaja melakukannya Rezen!” ucap Raja Abraham, dan membuat dahi Rezen berkerut saat ini, dengan segera sang kepercayaan di sana berbalik menghadap ke arah sang Raja yang masih terduduk di singgah sananya dan kemudian Rezen pun bertanya, “Kenapa?? pasti kau memiliki alasannya bukan?” sebuah pertanyaan yang terdengar informal di sana, membuat Raja Abraham kini terkekeh dan kemudian menganggukkan kepalanya lagi seraya berucap, “Ya … aku memiliki alasannya Rezen!” jelas Raja Abraham, “Apa itu?” pandangan Raja Abraham kini menoleh menatap Rezen dan kemudian dirinya tersenyum seraya berucap, “Penasaran!” jawab Raja Abraham, dan membuat Rezen kini mengerutkan dahinya menanggapi jawaban tersebut, “Anak itu memiliki rasa penasaran yang tinggi, dan itu lah sebabnya kenapa aku mengidzinkannya untuk berkelana, agar ia belajar dan mengetahui banyak hal melalui alam, dan tidak perlu kita beritahu apapun!” ucap Raja Abraham, dan membuat Rezen kini menghembuskan napasnya dan kemudian kembali bertanya, “Tapi .. bukankah itu akan berbahaya? Bagaimana jika dia salah membuat persepsi tentang ini semua?? bagaimana jika nantinya dia akan berbalik kecewa kepada semua yang telah terjadi, Ab?” tanya Rezen kepada Raja Abraham, yang kemudian membuat snag Raja alih-alih ikut menjadi khawatir, dirinya justru tersenyum dengan tenang dan kemudian berucap, “Biarkan dia yang menilai Rezen … kita tidak bisa mengendalikan tanggapan orang terhadap kita bukan? Jika memang perlakuan dan keputusanku selama ini adalah salah, dia berhak untuk marah, dan jika perlakuan serta keputusanku selama ini adalah benar … maka aku rasa dia tidak akan marah!” Jelas Raja Abraham kepada Rezen, “Tapi selama ini mereka selalu menganggap semua keputusanmu adalah salah, Baginda!” jelas Rezen, dan kembali membuat Raja Abraham terkekeh, “Lalu bagaimana denganmu? Kau tidak pernah mengatakan aku salah, Rezen … tak apa … tenanglah! Biarkan dia melihat semuanya dan mengambil persepsinya sendiri, sama seperti aku membiarkan kalian dan bahkan dirimu!” jelas Raja Abraham, dan karena ucapan itu lah Rezen kini terdiam mendengarnya, dan kemudian menganggukkan kepala setelah menyadari jika Raja Abraham memang seperti itu, ia tidak akan mementingkan persepsi orang yang menganggapnya salah, karena dia tahu bahwa masih ada yang mendukungnya selama ini, dan Rezen adalah salah satunya. … Di luar lorong pintu Raja, Adalard masih terdiam di sana menunggu kedatangan sang Pangeran. Dan beberapa waktu terlewati, pada akhirnya Pangeran Ilyash pun keluar dari dalam ruangan tersebut, dan membuat sang pelindung kini segera menghampirinya dan kemudian bertanya, “Bagaimana? Apa yang anda bicarakan dengan Baginda Raja, Pangeran?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash terlihat sangat tenang. Pandangan Pangeran Ilyash kini menoleh menatap Adalard sebelum akhirnya berucap, “Aku rasa akan lebih baik jika kita membicarakan hal ini di laboratorium ku, Adalard!” ucap Pangeran Ilyash, dan hal itu segera membuat Adalard menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah sang Pangeran yang kini pergi meninggalkan lorong tersebut untuk menuju ke laboratorium pribadi miliknya di samping taman petunia. Sesampainya di sana, Pangeran Ilyash pun menceritakan semua keinginannya dan izin yang di berikan oleh Raja Abraham kepada dirinya dan juga Adalard, yang tentu saja sangat mengejutkan Adalard pada saat itu. “A … apa? Berkelana?” tanya Adalard, dan membuat Pangeran Ilyash kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Ya … kita akan berkelana dan aku sudah memutuskan akan hal itu!” jelas Pangeran Ilyash, dan segera saja membuat Adalard kini terduduk di kursi samping tempat sang Pangeran terduduk saat itu, “Apa yang sedang anda rencanakan sebenarnya, Pangeran? Aku tidak mengerti keinginanmu itu!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian mengeluarkan gulungan kisah Lima satu enam delapan belas yang selalu ia bawa di hari itu. “Apakah kau lupa? Seorang pengelana akan berkelana untuk menuntaskan keinginan yang diniatkan bukan?”tanya Pangeran Ilyash dan membuat Adalard menganggukkan kepalanya, “Tapi aku tidak paham, apa yang kau inginkan?” tanya Adalard kepada Pangeran Ilyash, “Banyak pengelana yang menginginkan sebuah kekuatan yang tak tertandingi atau setidaknya pengetahuan mengenai bumi, benar begitu kan? Dan selama mereka meniatkan itu di dalam hatinya, maka semua keinginan dan jawaban mereka akan terkabulkan ketika mereka berkelana … dan aku akan menggunakan hal itu untuk mencari jawaban atas semua hal yang tidak aku pahami, Adalard!” jelas Pangeran Ilyash, namun sepertinya sang Pelindung belum paham betul maksudnya, sehingga sang Pangeran menghembuskan napasnya dan kemudian berkata, “Aku berniat untuk mencari jawaban dari semua rahasia Kerajaan yang ada, karena aku tahu … jika aku berada di sini dan bertanya kepada mereka, mereka tidak akan sepenuhnya menjawab dengan sebenar-benarnya!” jelas Pangeran Ilyash, dan membuat Adalard terkejut mendengarnya, “Jadi … anda ingin berkenala untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan yang ada di dalam benak anda saat ini, begitu Pangeran?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash menganggukkan kepalanya, “Ya … yang aku inginkan adalah sebuah jawaban, dan aku yakin kita akan mendapatkan jawaban itu ketika kita berkelana ADalard! Dan lagi … selain itu, aku ingin bertemu dengan Arb Muller!” jelas Pangeran Ilyash, dan membuat Adalard terdiam untuk persekian detik sebelum akhirnya mengangguk, “Pasti akan ada kemungkinan jika kau bertemu dengannya, Ilyash!” jawab Adalard kepada sang Pangeran yang kini membuat Pangeran Ilyash tersenyum dan mengangguk.  “Kalau begitu, kita harus segera bersiap, karena aku rasa malam ini atau besok pagi … kita akan memulainya, Adalard!” ucap Pangeran Ilyash, dan membuat Adalard kini menganggukkan kepalanya dan berdiri dari tempat duduknya, “Kalau begitu izinkan saya untuk bersiap, Pangeran!” ucap Adalard, dan membuat Pangeran Ilyash pun ikut terbangun dari tempat duduknya dan mengangguk, untuk kemudian mereka pun berpisah di sana dan segera bersiap-siap. Karena perjalanan Pangeran Ilyash Muller dan sang Pelindung Adalard Sowvra baru saja akan di mulai, perjalanan yang pastinya sangat panjang itu akan mereka lalui demi mendapatkan semua jawaban dari rahasia Kerajaan yang mereka singgahi pada saat itu. … To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD