Almost Death

1123 Words
Saat itu Pangeran Vernom terluka pada bagian leher, yang tentu saja itu merupakan sebuah titik yang sangat Fatal, dan bahkan para tabib yang tengah menanangi sang Pangeran pun tidak bisa berbuat banyak selain meracik obat penutup luka dan obat untuk menghentikan pendarahan yang di dera oleh sang Pangeran. Berbeda dengan para tabib yang berusaha menahan luka yang terbuka, Pangeran Ilyash justru menyiapkan Benang dan jarum yang menurut para tabib jarang untuk mereka gunakan. Pandangan Pangeran Ilyash kini menoleh menatap Adalard yang tengah bersiaga di hadapan mereka beberapa langkah dari sana, “Adalard! Berikan aku fermentasi gula dan raginya!!” ucap Pangeran Ilyash yang kemudian membuat Adalard dengan segera membukakan sebuah portal kecil yang langsung mengarah ke tempat terletaknya cairan yang di maksud oleh Pangeran Ilyash yang ia ketahui sengaja di letakan di atas nakas laboratorium milik Pangeran Ilyash. Dengan segera Pangeran Ilyash memasukkan tangannya untuk mengambil sebuah botol cairan yang sebuah tempat yang terbuat dari perak yang kemudian merendam jarum serta benangnya ke dalam cairan fermentasi tersebut. Pandangan para tabib dengan bingung menolehkan pandangannya ke arah Pangeran Ilyash yang kini dengan cepat menyingkirkan seluruh daun-daun yang di tempelkan oleh para tabib di sampingnya. “Jika kalian ingin menghentikan pendarahannya, kita harus menutup lukanya terlebih dahulu.” ucap Pangeran Ilyash yang kini menyeka bekas dedaunan itu dan kemudian mulau menjahit luka yang di dera oleh sang kakak. “Aku membutuhkan darah untuknya!” ucap Pangeran Ilyash kepada para tabib yang terlihat terkejut mendengar ucapan yang di lontarkan oleh sang Pangeran, seolah donor darah adalah hal yang sangat di larang di Kerajaan Valens. Pandangan Pangeran Ilyash kini menoleh menatap mereka yang hanya terdiam dan tidak melakukan hal yang di perintahkan oleh dirinya, yang membuat ia kini menegur dengan keras mereka yang hanya tertegun di sampingnya saat ini. “APA YANG KALIAN LAKUKAN?! CEPAT BAWAKAN AKU DARAH UNTUKNYA!” itulah teguran yang di berikan oleh Pangeran Ilyash kepada para tabib yang kini salah satu dari mereka berucap, “Pangeran Muda, maafkan kami … tapi Donor darah merupakan hal yang tabu dan kami tidak di perbolehkan untuk melakukannya.” ucap salah satu tabib yang kini di tatap sangat tajam oleh Pangeran Ilyash, ini adalah kali pertamanya Hyuz dari sang Pangeran datang di desa. Bersamaan dengan itu, sebuah portal milik Rezen terbuka tepat di hadapan mereka, dan portal itu memunculkan sang Ratu yang kini melangkah keluar dari portalnya untuk kemudian menghampiri kedua Pangeran yang tengah berada di garis belakang medan perang. “Ibunda …” panggil Pangeran Ilyash, ia merasa terkejut karena sang Ratu sangat jarang untuk keluar dari kamarnya dan kali ini ia datang dan menginjakkan kakinya dan kini terduduk di hadapan Pangeran Vernom yang tengah terbaring dan juga Pangeran Ilyash yang tengah terduduk menghadap Pangeran Vernom. Dengan cepat, sang ratu mengulurkan tangannya kepada Pangeran Ilyash, “Gunakan darahku untuknya, Ilyash!” ucap sang Ratu kepada Pangeran Ilyash, yang tentunya tidak ada satu pun tabib yang berani menegurnya, yang pada akhirnya membuat Pangeran Ilyash pun kini menganggukkan kepalanya dan segera mengambil jarum suntik dan juga selang kecil. Ia mulai mendonorkan darah sang Ratu kepada Pangeran Vernom yang kini dalam kondisi kritis, Pangeran Ilyash pun melakukan tindakan operasi untuk pertama kalinya kepada seorang manusia dan itu adalah sang kakak kandungnya sendiri. Tentu saja Pangeran harus ekstra Fokus dalam menangani sang kakak. Ia mulai menjahit luka dari sang kakak yang di saksikan langsung oleh sang Ratu beserta dengan para tabib yang berada di sekelilingnya. Ia menjahit dengan sangat baik dan berhasil menutup luka yang di dera oleh sang Kakak, yang kini terlihat begitu pucat, sehingga Pangeran Ilyash pun masih merasa bingung, apa lagi yang harus di lakukan olehnya kepada sang kakak. Angin berembus dengan tenang, dan dari ujung mata Pangeran Ilyash, ia menangkap sesosok wanita yang perlahan melayang ke arah mereka semua. Ya! Melayang. Waktu seolah terhenti bagi Pangeran Ilaysh, karena saat ini mereka smeua yang ada di dalam medan perang berhenti bergerak dan termasuk dengan Adalard yang tengah menjaga mereka, serta sang Ibunda yang kini tengah menatap kondisi dari kakaknya Vernom Muller dengan penuh kekhawatiran. Namun, yang tidak berhenti saat ini adalah dirinya, beserta dengan wanita yang sangat cantik, seperti seorang dewi dengan jubah putih kebiruan terang yang menutupi seluruh tubuhnya, kulitnya berwarna pucat, dengan tattoo kebiruan yang menutupi seluruh permukaan kulit tangannya dan termasuk dengan wajahnya, rambutnya berwarna silver yang menyala dan kedua matanya berwarna hijau daun, bibir serta hidungnya selalu tertutupi oleh kain yang transparan, sehingga Pangeran Ilyash masih bisa melihat cantik wajah dari wanita yang kini melayang dan berdiri tepat di samping Pangeran Ilyash. “Si … siapa kau??” sebuah pertanyaan yang dim lontarkan  oleh Pangeran Ilyash, tidak membuat dirinya menjawab melainkan hanya menoleh menatapnya seraya melontarkan sebuah senyuman yang indah kepada Pangeran Ilyash. Tangan dari wanita cantik itu kini terulur dan kemudian menempelkannya ke tempat luka yang sudah di jahit oleh Pangeran Ilyash, yang beberapa detik kemudian sebuah cahaya berkilauan berwarna biru pun muncul dari langit dan langsung mengarah ke arah tangah dari wanita itu yang kini meletakkannya ke bahu Pangeran Vernom yang terluka. Cahaya itu bahkan mengandung sebuah gliter yang sangat indah di dalamnya, yang pada akhirnya membuat pangeran Vernom pun menghembuskan napasnya dengan dalam dan kemudian perlahan membuka kedua matanya. Itu merupakan sebuah keajaiban yang sangat tidak biasa, pandangan Pangerna Ilyash kini kembali tertuju kepada wanita itu yang kini perlahan keberadaannya menjadi samar dan semakin samar untuk akhirnya menghilang, dan waktu yang sempat terhenti pun kini kembali berjalan. “Vernom!” panggilan yang di lontarkan oleh sang Ratu, membuat Pangeran Vernom yang terbangun dari keritisnya kini menolehkan pandangannya menatap ke arah sang Ibunda dan kembali beralih untuk menoleh menatap sang adik yang kini menolehkan pandangannya menatap Adalard. “Bukankan Portal untuk kami, Adalard!” ucap Pangeran Ilyash, yang membuat Adalard pun segera melakukannya agar Para tabib, sang Ratu, dan kedua Pangerannya bisa masuk ke dalam Istana dan aman di dalamnya. Ketika Adalard membukakan portal, beberapa penjaga yang tengah menjaga di sekitaran sana pun segera berlari untuk membantu sang Ratu dan Pangeran Ilyash yang tengah membopong sang Pangeran yang sudah mulai pulih. Para penjaga itu segera mengambil alih dan membopong sang Pangeran untuk kemudian masuk ke dalam ruang tabib kerajaan, namun tidak dengan Pangeran Ilyash yang kini masih merasa penasaran dengan wanita tersebut, pandangan Pangeran Ilyash kini menoleh menatap ke arah medan perang yang terlihat sangat kacau, dan ia berharap semoga peperangan ini di menangkan oleh mereka. … Prang memang di menangkan oleh Kerajaan Valens, namun di saat yang bersamaan mereka pun kembali kehilangan satu orang Pangeran yang amat mereka banggakan. Vernom Muller, satu minggu setelah Kejadian perang yang nyaris merenggut nyawanya menyebabkan ia mendapatkan sebuah trauma yang berkepanjangan, yang membuatnya memutuskan untuk melepas jabatannya sebagai seorang Pangeran dan memilih untuk pergi berkelana bersama dengan naga pembimbing miliknya, Utsubosei.  to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD