Rapat Darurat dan sang Penmbangun

1400 Words
Sore hari itu pun rapat darurat dilaksanakan, kehadiran Raja Abraham, sang kepercayaan Kerajaan Rezen, panglima perang Ray, prajurit spesial Saint serta Alexandra, dan tentu saja para petinggi yang ada di dalam ruang petinggi pun ikut andil dalam rapat darurat tersebut, karena mereka tahu jika situasi saat ini tidak baik-baik saja, mereka (Para petinggi) yakin jika runtuhnya Aidanum akan menghasilkan sebuah dampak yang sangat buruk kepada Kerajaan Valens, mengingat jika itu adalah satu-satunya hal yang membuat kerajaan lain takut untuk menyerang Negeri Valens. “Bagaimana ini, ESA?! apa yang harus kita lakukan??” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Arcraf (Naga milik Raja ke delapan) membuat ESA yang mendengarnya kini menghembuskan napas dan menolehkan pandangannya ke arah Raja Abraham dan juga Rezen, yang kemudian nampak berpikir dengan keras mengenai hal ini. “Apakah diantara kelian semua ada yang mengetahui kedua naga itu?” tanya ESA menatap ke arah mereka semua yang membuat mereka yang merasa ditatap kini menggelengkan kepalanya,s edangkan sang Raja tidak menjawab melainkan terdiam dan menatap ESA dengan tajam, yang tentu saja disadari oleh ESA. “Ab! Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya ESa kepada Raja Abraham yang kini menggelengkan kepalanya dan kemudian berucap, “Tidak .. hanya saja, apakah hal itu penting di saat seperti ini, ESA?!” balas Raja Abraham bertanya kepada ESA yang kini menghembuskan napasnya menanggapi hal itu dan kemudian menganggukkan kepalanya setelah merasa jika ucapan yang ditanyakan oleh Raja Abraham adalah benar, “Yeah … ini bukan saatnya untuk bertanya seperti itu, kau benar Ab!” jelas ESA yang kini menatap dengan serius Rezen yang ada di hadapannya saat ini, “Rezen … apakah kau benar-benar tidak bisa membangun tangga itu kembali?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh ESA kala itu membuat Rezen menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan tersebut seraya berucap, “Ya, ESA … saya tidak bisa membangunnya kembali!” jelas Rezen kepada ESA yang kini menghembuskan napasnya lagi seraya berucap, “Benarkah? Aku pikir … kau bisa memulihkan kembali sesuatu yang telah hancur, Rezen! Aku tidak bodoh, aku tahu semua kekuatanmu!” ucap ESA kepada Rezen yang membuat Raja Abraham menggerbrak mejanya seraya berucap, BRAKK! “Rezen bukan sang pemulih, ESA! Jika kau ingin memulihkan Aidanum kembali, kita hanya perlu mencari sang pemulih, bukan begitu?” jelas Raja Abraham yang membuat ESA kini terkekeh dan mengangguk, “Dan dari mana aku bisa mendapatkan orang yang kau katakan sang pemulih itu, huh??” tanya ESA membalas ucapan Raja Abraham yang kini tertegun mendengarnya, “Bukankah kau juga mengetahuinya, Ab? Satu-satunya orang yang bisa menirukan banyak kekuatan adalah Rezen, dan bagaimana dia bisa untuk tidak bisa memulihkan kembali Aidanum di sana??” jelas ESA kepada Raja Abraham yang kini menghembuskan napasnya dan menggelengkan kepala, “ESA … idzinkan Saya untuk berbicara di sini!” sebuah ucapan yang di lontarkan oleh Ray kala itu, membuat mereka semua yang tengah dalam situasi tegang pun kini menoleh menatap Raj yang berdiri dari mejanya, “Ray … silahkan!” ucap ESA mempersilakan Ray untuk berbicara di sana, yang kemudian mengangguk dan berucap, “Mungkin anda sudah lupa dengan hal ini, namun Saya masih mengingat semuanya secara jelas!” jelas Ray kepada ESA yang kini mengerutkan dahinya dan menatap Ray tajam dengan berucap, “Apa yang kau maksud huh?!” tanya ESA kepada Ray, yang dengan tenang kini kembali berucap, “Mengenai pembangunan Aidanum, ESA … Saya jelas ingat karena Saya ikut andil di dalam pembuatannya!” jelas Ray kepada ESA yang kini terkekeh dan kemudian menganggukkan kepalanya, “Ya … aku memang tidak mengingatnya karena aku tidak ada di sana, dan lebih menghabiskan waktuku di dalam ruangan ini … jadi katakan apa yang kau ketahui mengenai apa yang tidak aku ketahui,RAY!” ucap ESA memerintah Ray yang kini menegapkan bahunya dan menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Pembuatan Aidanum tidak hanya seperti membalikkan telapak tangan, ESA!” jelas Ray kepada ESA yang kini mengerutkan dahinya, dan membuat salah satu peringgi lainnya kini berucap, “Berceritalah mengenai tahapan pembuatannya agar kami tahu, Ray!” jelas naga petinggi itu kepada Ray yang kini menoleh menatapnya yang kemudian menganggukkan kepalanya di sana. “Saya dan Baginda tercinta Joseph memutuskan untuk berkelana dan mencari sang pembangun untuk memintanya membangunkan Aidanum di negeri ini, dan mencari sang pembangun tidak serta merta memakan waktu yang sebentar, apakah kalian mengingat tahun kekosongan di kerajaan ketika Baginda Joseph menjabat?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray kala itu pun membuat mereka-mereka para petinggi yang seketika mengingatnya pun kini menganggukkan kepala menanggapi pertanyaan itu. “Yeah … kekosongan selama dua setengah tahun terjadi ketika itu, namun kami lupa kenapa itu terjadi!” jelas AMER, Petinggi dari Raja kedelapan yang membuat Ray menganggukkan kepalanya lagi dan kemudian berucap, “Itu adalah masa di mana Saya dan juga Baginda Joseph berkelana untuk mencari sang pembangun!” jelas Ray yang kini menolehkan pandangannya kepada ESA yang mengerutkan dahinya dan kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi cerita tersebut, “Yeah … baik lah … aku juga kini mulai mengingatnya, tidak mudah untuk menemukan sang pembangun, mereka selalu berpindah tempat dengan cepat!” jelas ESA kepada mereka semua, yang membuat Ray menganggukkan kepalanya menanggapi penjelasan tersebut. “Lalu, apa yang akan kau putuskan selanjutnya ESA?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh AMER pun membuat ESA kini menoleh dan menatap ke arah Raja Abraham yang tepat berada di samping Rezen saat ini. Merasa di tatap oleh pemimpin petinggi naga, Raja Abraham kini membalas menatap ESA seraya bertanya dengan santainya, “Kenapa?” tanya Raja Abraham, “Kau yang harus memutuskan Raja! Kenapa kau diam saja?” tanya ESA kepada Raja Abraham yang kini terkekeh menanggapi hal itu dan kemudian berucap, “Kau pikir aku terdiam tidak berpikir huh?? aku tengah meresapi semua cerita yang dipaparkan oleh Ray tadi!” ucap Raja Abraham yang tentu saja membuat ESA terkekeh kesal, merasa jika sikap sang Raja tidak pernah berubah dan tak akan pernah bisa berubah. “Sekarang bukan waktunya untuk meresapi semua ucapannya, dan putuskan lah segera!” titah ESA kepada Raja Abraham, yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian berpikir. Ray tidak akan mungkin menceritakan mengenai pembuatan Aidanum jika tidak ada sesuatu yang terjadi kala itu, karena ia yakini jika Ray sendiri pun tidak akan melakukannya jika tidak ada alasan, karena ia tahu jika Ray berada di pihaknya saat ini. Yang ia katakan beberapa saat yang lalu adalah bahasan mengenai perjalanan mengelana dan juga waktu kekosongan, yang tentu saja itu merupakan mimpi buruk bagi sebuah kerajaan, dan lagi waktu dua setengah tahun adalah waktu yang cukup lama, yang tentunya dirinya yakini sendiri jika para petinggi akan sangat kewalahan jika mengalami nasib yang sama seperti saat itu. “Baiklah! Kudengar Ray pernah mencarinya bersama dengan Joseph bukan? Kalau begitu aku akan perintahkan Ray untuk pergi kembali mencari sang pembangun itu!” putus Raja Abraham seraya tersenyum dan menolehkan pandangannya ke arah Ray yang kini mengerutkan dahinya dan kemdian berucap, “Yang mulia … tidak hanya saya yang seharusnya pergi untuk mencarinya, tapi pemimpin dari negeri lah yang harus menemui nya secara langsung agar ia mau membantu!” jelas Ray kepada Raja Abraham, “Tidak, tunggu!” sebuah penolakan yang diucapkan secara spontan oleh ESA, membuat mereka semua kini menoleh menatapnya, “Apakah itu adalah syaratnya?” tanya ESA kepada Ray yang kini menganggukkan kepalanya, “Seseorang yang tahu mengenai kerajaan sendiri lah yang harus berbicara dengannya dan menjelaskan apa maunya, ESA … itu lah sebabnya Baginda Joseph ikut dalam perjalanan mencari sang pembangun!” jelas Ray kepada ESA yang terlihat cemas dan tidak ingin hal yang telah terjadi kembali terulang lagi. “Tidak bisakkah Rezen yang ikut denganmu, Ray?” tanya ESA, yang kini membuat Ray yang hendak menggelengkan kepalanya segera diputus oleh Raja ABraham yang kini berucap, “Yeah! Ray! Bawa Rezen … ia lebih tahu kerajaan di bandingkan denganku! Itu akan sangat memudahkan mu dan kita!”sela Raja ABraham kepada Ray yang kini mengerutkan dahinya sedikit, namun kemudian menganggukkan kepala setelah ia tahu apa yang di maksdukan oleh sang Raja di sana. “Baiklah … aku dan Rezen akan pergi untuk mencari sang pembangun malam ini!” ucap Ray kepada mereka semua, yang membuat ESA menghembuskan napasnya dan menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Lebih cepat maka itu lebih baik!” jelas ESA di rapat darurat itu.   Keputusan dari rapat darurat pun turun, Ray dan Rezen diperintahkan untuk berkelana, mencari sang pembangun agar mereka dapat kembali membangun Aidanum. …  to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD