Perginya Ray dan Rezen dari Kerajaan

1159 Words
Malam itu, Rezen tengah bersiap-siap untuk pergi berkelana dan menjalankan misi yang diberikan oleh ESA bersama dengan Ray, yang tentu saja membuat Rezen kini tidak habis pikir dengan usulan dari sang Raja dan juga penjelasan dari Ray. Jika benar mereka menginginkan tradisi Reaglest di hentikan, lalu untuk apa mereka menjelaskan jika ada sang pembangun di saat ini? Namun, karena Rezen merasa jika dirinya tidak atau belum mengerti dengan maksud dari keduanya, yang pada akhirnya membuat Rezen hanya bisa mengikuti apa saja yang diinginkan oleh Raja Abraham di sana dan memilih untuk percaya kepadanya dan juga Ray. Tok … tok … tok … Sebuah ketukan di pintu, membuat Rezen menolehkan pandangannya dan menganggukkan kepala seraya berucap, “Siapa di sana?” tanya Rezen, yang kemudian sebuah suara yang lembut yang amat dikenalnya pun membuat Rezen menyunggingkan senyumannya ketika mendengarnya berucap, “Ini Saya … Saya ingin memberikan sesuatu, apakah anda bisa membukakan pintu untuk saya Rezen … saya hanya memiliki dua lengan yang terbatas!” jelas seseorang yang menjawab pertanyaan Rezen kala itu, yang membuat senyuman Rezen terulas dan kini segera bangkit dari tempatnya untuk kemudian membukakan pintu kamar miliknya, dan masuklah seorang wanita cantik yang muda, namun sangat Rezen hormati karena sebenarnya wanita itu sudah sangat tua, namun abadi. Seperti Ray. Ialah Alexandra. “Maafkan aku, Alexandra … seharusnya saya langsung membukakan pintu itu untukmu, bukan malah bertanya seperti tadi!” ucap Rezen kepada Alexandra yang kini tersenyum dan menggelengkan kepalanya untuk mengusap bahu Rezen seraya berucap, “Tidak … tidak … aku tidak masalah dengan itu Rezen!” ucap Alexandra kepada Rezen yang kini tersenyum menanggapi ucapan dari Alexandra yang baru saja menyimpan sebuah kotak besar ke atas mejanya. Dan tentu saja hal itu membuat Rezen merasa sangat penasaran dengan isi dari kotak tersebut.   “Apa ini, Alexandra?”tanya Rezen kepada Alexandra yang kini tersenyum menanggapi pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen kepada dirinya, yang membuat Alexandra pun segera membuka kotak besar itu yang ternyata sebuah jubah dan juga pedang. “Aku tahu … ini sedikit usang, tapi aku rasa kau lebih cocok untuk menggunakannya … karena aku rasa Ray tidak akan senang jika aku memberikan ini kepadanya lagi!” jelas Alexandra yang kini membuat Rezen mengerutkan dahinya setelah mendengar tuturan dari Alexandra di sana. “Huh?? lagi?” tanya Rezen kepada Alexandra yang kini menganggukkan kepalanya dan kemudian berkecak pinggang di samping Rezen sebelum akhirnya berucap, “Yeap … ini adalah jubah dan juga pedang lama milik Ray, ia memberikan ini dan menyuruhku untuk membakarnya, tapi aku tidak melakukannya karena aku yakin jika suatu saat dia pasti akan berpergian lagi. Tapi tampaknya … jubah ini tidak akan cocok untuk Ray, karena Ray sudah terlihat tua!” ucap Alexandra kepada Rezen yang kini terkekeh mendengar penjelasan dari Alexandra saat itu. “Apakah Ray tidak akan mendengar hal ini, Alexandra? Setahuku … kalian satu rasa karena racun itu kan?” Alexandra kini menoleh menatapnya dan berucap, “Tentu dia akan tahu, dan hal yang harus kau ingat itu bukan racun tapi kutukan …” jelas Alexandra kepada Rezen yang kini menolehkan pandangannya ke arah Alexandra untuk kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi penjelasan itu. “ Yah … jadi aku harap kau mengenakan ini, Rezen!” ucap Alexandra dan itu cukup mengejutkan Rezen yang kini segera menoleh menatap Alexandra dengan tatapan kagetnya. “M .. maaf, apa maksud anda Alexandra?” tanya Rezen kepada Alexandra yang kini menunjuk ke arah jubah itu dan kemudian berucap, “Itu … aku ingin kau yang menggunakannya! Lagipula jubah itu tidak terlihat kun, dan akan sangat pantas jika kau yang mengenakannya!” jelas Alexandra kepada Rezen yang cukup terkejut ketika mengetahui jika kedatangan Alexandra membawa jubah itu adalah untuk ini. Meski sebenarnya Rezen juga tidak ingin memakai jubah tersebut, namun karena ia menghormati Alexandra seperti ibundanya sendiri, dan ia juga tidak ingin melukai hati Alexandra yang terlihat sangat menantikannya di sana,pada akhirnya membuat Rezen pun meraih jubah itu untuk kemudian mengenakan jubah pengelana milik Ray dan menoleh menatap Alexandra yang terlihat sangat senang karenanya, yang tentu saja membuat Rezen pun ikut tersenyum. “Lihatlah … aku baru saja melihat seorang pengelana yang sempurna di hadapanku!” ucap Alexandra memuji Rezen yang segera menggelengkan kepalanya seraya tersenyum dan kemudian berucap, “Hahaha … tidak Alexandra, aku belum menjadi seorang pengelana!” ucap Rezen kepada Alexandra yang kini menatapnya dengan tersenyum iri, seolah ia ingin sekali pergi bersama dengan Rezen saat ini, namun ia tidak bisa melakukannya dan itu lah yang di ketahui oleh Rezen yang menatapnya dengan lekat. “Alexandra … adakah yang kau inginkan dariku ketika aku pulang dari tugasku?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen kepada Alexandra saat itu membuat Alexandra tersenyum dan menggelengkan kepalanya seraya berucap, “Aha … apa yang kau katakan huh? Tak ada yang aku butuhkan!” ucap Alexandra menjawab pertanyaan Rezen yang kini membuat Rezen tertegun dan kemudian menganggukkan kepala dan beurcap, “Aku akan membawakan sesuatu untukmu, jadi aku mohon selalu berbahagia lah di sini!” penjelasan Rezen saat itu membuat Alexandra terkejut dan menatapnya dengan sedih, namun ia tersenyum dan menganggukkan kepala dengan cepat menanggapi hal itu. “Yah … terima kasih atas ucapan itu, Rezen … aku akan bahagia di sini!” ucap Alexandra yang kini menyeka air matanya untuk kemudian menepuk bahu Rezen lagi seraya berucap, “Yah … segera lah menyelesaikannya, aku rasa Ray sudah menunggu mu di gerbang perbatasan!” ucap Alexandra kepada Rezen yang kini menganggukkan kepala seraya meraih kantungnya dan pedang tersebut untuk akhirnya pergi dari ruang kamar itu bersamaan dengan Alexandra. … Seperti apa yang diucapkan oleh Alexandra, kini Ray tengah berdiri di gerbang perbatasan bersama dengan beberapa prajurit, Raja Abraham dan bahkan ESA yang akan mengantarkan keduanya pergi mencari sang pembangun. “Apakah Rezen melupakan waktunya?” pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham saat itu, membuat Ray tersenyum dan menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan dari sang Raja seraya berucap, “Saya rasa ada seseorang yang sedikit menghambatnya datang kemari!” jelas Ray kepada Raja Abraham yang kini mengerutkan dahinya menanggapi hal itu, “Maaf … saya terlambat!” ucap Rezen kepada mereka yang sudha menunggu kedatangannya, yang membuat Raja Abraham kini menoleh menatap Rezen yang datang mengenakan jubah pengelana dan juga pedang serta Alexandra yang berjalan di sampingnya saat itu, yang kemudian membuat sang Raja pun menganggukkan kepalanya ketika mengetahui siapa orang yang sedikit menghambat Rezen saat itu. “Baiklah … apa kau sudah siap, Rezen?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray pada saat itu, membuat Rezen menganggukkan kepalanya dan membuat Raja Abraham kini ikut mengangguk di sana dan kemudian menepuk bahu Rezen seraya berucap, “Pergi lah dan serahan kerajaan padaku, cari lah sang pembangun dan pulang dengan selamat!” itu adalah ucapan selamat jalan terburuk yang pernah di dengar oleh Rezen, namun ia tidak bisa mengatakan apapun selain menganggukkan kepalanya dan mereka pun akhirnya memulai perjalanan untuk mencari sang Pembangun atas perintah dari sang Raja dan juga naga petinggi. … To Be COntinue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD