Pedang Roh Oak

1193 Words
Malam itu, Pangeran Ilyash tengah menyiapkan berbagai peralatan kesehatan yang setidaknya bisa ia bawa, karena yang ia tahu jika seorang pengelana dilarang menggunakan kekuatan mereka kecuali keahlian seperti pedang, panah dan medis untuk mempertahankan hidup mereka pada saat itu, yang tentu saja membuat dia merasa sangat khawatir jika sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi nantinya, oleh sebab itu sang Pangeran menyiapkan semuanya dengan matang. Tok … tok … tok … Sebuah ketukan dari pintu kamarnya yang terdengar pada sata itu, membuat Pangeran Ilyash menoleh sekilas menatap pintu tersebut untuk kemudian berkata, “Masuk!” sebuah perintah yang pada akhirnya membuat pintu itu terbuka dan menampakkan seorang lelaki dewasa yang amat ia kenali yang kini berdiri dengan sopan tepat di depan pintu itu. Pangeran Ilyash menoleh menatapnya, untuk kemudian dengan segera beranjak dari duduknya dan menatap ke arah lelaki tersebut, “Rezen?” panggil Pangeran Ilyash kepada sang kepercayaan kerajaan yang kini mengembangkan senyumannya dan berjalan masuk ke dalam ruang kamar sang Pangeran. Pandangan Rezen kini menoleh menatap peralatan yang akan di bawa oleh sang Pangeran di sana, sebelum akhirnya berkata,  “Anda sedang bersiap-siap Pangeran muda?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash tersenyum dan menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan tersebut, “Ya … saya sedang menyiapkan semuanya! Eum … ada sebuah kabar kah? Sehingga kau datang kemari secara langsung?” tanya Pangeran Ilyash kepada Rezen yang tidak pernah menurunkan senyumannya kepada sang Pangeran sebelum akhirnya menggeleng dan mengeluarkan sebuah pedang dari balik tubuhnya untuk kemudian berkata, “Tidak … hanya saja saya ingin anda membawa ini!” ucapan Rezen pada saat itu mengejutkan Pangeran Ilyash yang kini menatap pedang yang baru saja disodorkan oleh sang kepercayaan kepadanya. “I .. ini??” tanya Pangeran Ilyash, yang membuat Rezen menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Ini adalah pedang oak hitam! Saya ingin anda membawa pedang ini selama anda berkelana, Pangeran!” ucap Rezen kepada sang Pangeran, yang membuat Pangeran Ilyash kini menghembuskan napasnya tidak percaya jika sang kepercayaan akan memberikan pedang roh oak itu kepada dirinya saat ini, “T … tapi, aku belum menjadi seorang pengelana … d … dan lagi, aku tidak berhak membawanya!” ucap Pangeran Ilyash kepada Rezen yang kini terkekeh menanggapi ucapan tersebut dan kemudian berkata, “Khkh … siapa yang mengatakan jika anda tidak berhak membawanya, Pangeran? Bawa lah … dia akan sangat berguna jika ditanganmu!” ucap Rezen kepada Pangeran Ilyash, yang kini membuat sang Pangeran kembali menghembuskan napasnya untuk kemudian menganggukkan kepala dan meraih pedang itu seraya berkata, “Saya akan mengembalikannya ketika saya selesai berkelana, Rezen!”ucap Pangeran Ilyash kepada Rezen, yang karenanya membuat Rezen kini tersenyum menanggapi ucapan dari sang Pangeran. “Pass pengenal kalian akan selesai di pagi hari, jadi hari ini anda dan juga Adalard bisa beristirahat dan memulainya besok siang!” ucap Rezen memberitahukan mengenai pengenal mereka, dan hal itu membuat Pangeran Ilyash menganggukkan kepalanya dan kemudian berkata, “Baik, terima kasih … Rezen!” ucap Pangeran Ilyash, dan membuat Rezen menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya menundukkan kepala dan pergi dari hadapan sang Pangeran. “...” Pandangan Pangeran Ilyash kini menoleh menatap pedang oak yang ia genggam dan menghembuskan napasnya merasa jika ia tidak pantas untuk membawa pedang tersebut, karena pedang roh oak adalah pedang khusus yang diperuntukkan kepada para pengelana yang beruntung, dan setahunya Rezen dulunya merupakan seorang pengelana, dengan bukti bahwa pedang roh oak hitam itu adalah milik Rezen. Pangeran Ilyash merasa tidak enak jika harus menggunakan pedang itu karena ini merupakan perjalanan pertamanya, namun karena itu adalah Rezen, seseorang yang memang pemilik dari pedang itu yang mempersilakannya membuat Pangeran Ilyash pun mau tidak mau membawa pedang roh oak hitam itu untuk berkelana di hari esok. “Apakah sebaiknya aku berbincang dengan Adalard terlebih dahulu untuk menentukan dari mana kami memulai?” gumaman Pangeran Ilyash pada saat itu, membuat dirinya sendiri mengangguk setuju akan hal itu, yang pada akhirnya ia pun berjalan keluar dari ruang kamarnya untuk kemudian pergi menuju laboratorium pribadinya, setelah sebelumnya ia memberikan pesan telepathy kepada Adam yang berisikan jika mereka harus berbincang mengenai hari esok di ruangan itu. … Malam itu, Pangeran Ilyash tengah terduduk berhadapan dengan Adalard yang duduk di depannya, dihembuskannya napas Adalard sebelum akhirnya berkata, “Jadi … apa yang harus kita bicarakan saat ini, Pangeran?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard, membuat sang Pangeran kini mengeluarkan sebuah peta untuk kemudian berkata, “Kita harus memutuskan titik awal kita pergi, Adalard! Dan aku ingin kita sepakat akan hal itu1” ucap Pangeran Ilyash kepada Adalard, yang kemudian membuat Adalard kini menghembuskan napasnya dan menganggukkan kepala menanggapi ucapan itu, ditatapnya petas yang baru saja terbentang di atas meja yang menjadi pemisah antara dirinya dan juga sang Pangeran, sebelum akhirnya Adalard pun kembali bertanya, “Jadi … Pintu mana yang akan menjadi titik awal kita, Pangeran?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash menghembuskan napasnya dengan sangat panjang, untuk kemudian berkata, “ Menurutmu, apakah kita harus memulai sama seperti para Pangeran terdahulu memulainya, Adalard?” alih-alih memberikan jawaban, sang Pangeran justru berbalik bertanya kepada Adalard, yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian menganggukkan kepalanya seraya berkata, “Kalau begitu pohon yang berada di dekat gerbang perbatasan Istana adalah titik awal dari mereka berkumpul, Pangeran! Kita bisa menjadikan itu sebagai titik awal kita1” ucap Adalard kepada sang Pangeran, yang membuat Pangeran Ilyash kini menghembuskan napasnya lagi dan mengangukkan kepala. “Ah … apakah kita akan menemukan para monster yang ada di dalam kisah para pangeran itu, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash, membuat sang Pelindung kini menggelengkan kepalanya seraya berucap, “Entah lah Pangeran … tapi kemungkinan untuk bertemu monster yang ada di dalam kisah itu adalah kecil, mengingat dulu mereka pergi untuk mengunci para monster itu, tapi … ada kemungkinan besar jika kita juga pasti akan menemukan monster lainnya yang tidak kala seram, karena seingatku para pengelana yang mampir di desa selalu bercerita mengenai ragamnya monster yang mereka temui!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash, yang kini terlihat menahan napasnya selama beberapa detik untuk kemudian menghembuskannya lagi dengan panjang dan menganggukkan kepala akan hal itu. “Bagus lah jika itu akan terjadi … j … jadi, kita harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang kan?” ucap Pangeran Ilyash, dan hal itu membuat Adalard mengangguk, dan terdengar jika dari getaran suara sang Pangeran, ia nampak sedikit mengkhawatirkan hal itu.  “Tentu!” jawab Adalard yang kini berusaha untuk menahan senyumannya agar tidak terkembang dan membuat Pangeran merasa kesal karenanya.  “Ehem … baiklah, titik ini adalah titik pertama kita, besok jam sepuluh kita akan memulai semuanya!” ucap Pangeran Ilyash yang kini beranjak dari kursinya dan membuat Adalard pun ikut berdiri untuk kemudian membungkukkan tubuhnya sedikit untuk memberi hormat kepada sang Pangeran yang kini pergi dari laboratorium itu. Malam itu, Adalard mengetahui jika Pangeran Ilyash sangat khawatir dengan perjalanan yang akan mereka lakukan di hari esok, namun Adalard tahu, jika rasa kekhawatiran itu tidak harus selalu di rasakan, meski pada kenyataannya sang pelidung seperti dirinya pun merasakan hal yang sama, karena ini adalah perjalanan panjang pertama untuknya, untuk mereka berdua. … To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD