Memulai Perjalanan

1033 Words
Pagi itu, adalah pagi terakhir di mana Pangeran Ilyash dan juga Adalard menginjakkan kaki mereka di Istana, karena pada hari itu mereka akan segera memulai perjalanan panjang mereka dalam berkelana. Sesuai dengan apa yang diniatkan oleh Pangeran Ilyash sebelumnya, ia menyapa sang Ibunda terlebih dahulu lewat jendela kamar yang dihuni oleh sang Ratu, tak ada yang di lakukan oleh Pangeran selain menatap ke arah jendela untuk kemudian memberi hormat kepada sang ibunda dari jarak yang jauh, mengingat sang Ibunda sangat jarang keluar dari kamarnya, dan jarang menyapa sang Pangeran, membuat dirinya merasa sedih jika melihat kondisi dari mereka berdua saat ini. Seperti tak ada hubungan yang baik di antara dirinya dan juga sang ibu, meski Pangeran Ilyash sendiri tahu jika itu semua merupakan bagian dari konsekuensi sang Ratu … karena telah melahirkan seorang Pangeran yang tidak memiliki bakat seperti yang lainnya, dia nekad membesarkan pangeran yang tidak sempurna dan membuatnya harus memiliki hubungan yang tidak bagus seperti saat ini dengan Pangeran yang ia pertahankan di sana. Semua hal itu tertulis dengan jelas di dalam buku undang-undang yang disusun secara langsung oleh Raja ke tujuh, dengan isi undang-undang nomor 653 mengenai Keluarga kerajaan yang menyatakan, ‘Seorang Pangeran atau Putri yang terlahir tidak sempurna yang tidak memiliki dua anugerah (Naga lahir atau pun jiwa kedua) harus dibunuh dengan cara di bakar hidup-hidup di depan para petinggi naga, di aula naga. Dan bagi siapapun yang melanggarnya, baik itu sang Raja atau sang Ratu … maka mereka akan diberi konsekuensi yang akan diberikan oleh sang Pemimpin petinggi Naga.’ Meski pada kenyataanhya, jiwa kedua dari Pangeran Ilyash sudah muncul. Namun mungkin rasanya akan aneh jika sang Ratu langsung datang dan berbincang dengannya waktu itu, dan Pangeran Ilyash memahami hal itu, Pangeran Ilyash bahkan bersyukur karena dirinya masih hidup saat ini dan ia sangat tahu jika itu semua adalah perjuangan dari sang Ratu dan juga sang kepercayaan yang selalu menjaganya. “Pangeran … apakah anda sudah siap?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat sang Pangeran yang tengah melamun pun kini tersadar dan segera menolehkan pandangannya ke arah sang pelindung yang kini ternyata sudah berdiri tepat di sampingnya. “Ah … Ya, saya siap!” ucap Pangeran Ilyash kepada Adalard, yang kini membuat sang pangeran kembali menoleh ke arah jendela kamar sang Ratu, namun kemudian ia tidak mendapati siapapun di sana, dan mambuat Pangeran tahu jika ini adalah waktunya bagi mereka untuk pergi. “Ayo!” ajak Pangeran Ilyash kepada Adalard, yang kini menganggukkan kepalanya dan kemudian mereka pun berjalan keluar dari istana. Pagi hari pukul sepuluh saat itu terlihat sangat cerah, dan hari yang cerah itu mengantarkan kepergian dari Pangeran Ilyash dan juga Adalard yang kini berjalan hanya berdua saja keluar dari perbatasan kerajaan, yang tidak di sadari oleh keduanya sang Ratu menatap kepergian sang Pangeran melalui menara tertinggi di istana, ya … dirinya berlari menaiki ribuan anak tangga hanya untuk mengantarkan sang Putra terakhirnya pergi berkelana. “Pergi lah dan carilah sebuah kebenaran yang kau niatkan itu, Putraku!” gumam Ratu Xiona ketika melihat dari kejauhan sang anak yang kini benar-benar berjalan meninggalkan istana bersama dengan sang pelindungnya. … Tap … tap … tap … Langkah kaki Adalard dan Pangeran Ilyash kini berjalan beriringan, dan tidak ada satu pun suara yang mereka lontarkan untuk memecah kesunyian di sana pada saat itu, yang tentu saja membuat Adalard merasa bosan akan hal itu, karena mengetahui jika sang Pangeran pasti tidak akan membuat satu pun pembicaraan untuk memecah keheningan pada saat itu. “Ehem … Pangeran, apakah anda tahu, apa saja yang tidak boleh kita lakukan selama menjadi pengelana?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat sang Pangeran kini menoleh menatap Adalard untuk kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan tersebut seraya berkata, “Kita tidak bisa menaiki kuda, kita diharuskan berjalan, kita tidak boleh mengenakan portal, kita juga tidak bisa menggunakan kekuatan kita selain keahlian yang kita miliki sendiri, contohnya pedang, panah dan juga pengobatan herbal!” ucap Pangeran Ilyash berusaha menjawab semua yang ia ketahui dalam persyaratan berkelana, yang kemudian membuat Adalard kini terkekeh dan mengangguk seraya berkata, “Ya … itu benar, tapi … ada satu hal lagi yang harus anda ketahui, Pangeran!” Ucap Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kala itu melambatkan langkahnya agar bisa beriringan kembali dengan sang pelindung, setelah sebelumnya ia berjalan terlalu cepat ketika mengingat syarat pengembara, “Apa itu?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash, membuat Adalard kini berkata, “Kita tidak boleh menyombongkan kerajaan kita, tidak boleh memberitahukan status kita dan juga tidak boleh ikut campur ketika kita melihat sebuah perang yang terjadi di sebuah wilayah Kerajaan!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini membelalakan kedua matanya dan kemudian kembali berucap, “Meski kita melihat banyak yang terluka??” tanya Pangeran Ilyash, dan membuat Adalard menganggukkan kepalanya, “Meski mereka meminta bantuan kepada kita?” lagi sebuah pertanyaan di ucapkan oleh Pangeran Ilyash, yang kini membuat Adalard mterkekeh seraya berucap, “Mereka tidak akan mungkin meminta sebuah bantuan kepada para pengelana, Pangeran! Mereka memiliki aturan dan aturan itu salah satunya adalah tidak meminta kepada sembarang orang sebuah pertolongan!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash, yang kemudian membuat sang Pangeran pun menghembuskan napasnya dan mengangguk mengerti akan hal itu. “Jadi … perang pun kita memiliki aturannya?” sebuah pertanyaan random yang di tanyakan oleh sang Pangeran, membuat Adalard menatapnya dan menganggukkan kepalanya lagi, “Tentu saja! Sebuah kerajaan akan merasa sangat terhina ketika ketahuan melanggar peraturan perang!” Jelas Adalard, dan membuat Pangeran Ilyash merasa terkejut ketika mendengarnya, “Uah …. aku baru mengetahui hal itu!” ucap Pangeran Ilyash, dan membuat Adalard tersenyum menanggapinya. “Kau banyak belajar rupanya!” ucap Pangeran bermaksud untuk memuji sang pelindung, yang kemudian membuat Adalard kini mengangguk dan berkata, “Tentu! Kami para calon pelindung diwajibkan mengetahui banyak hal dan bahkan lebih banyak dari Pangerannya!” ucap ADalard kepada Pangeran Ilyash yang kini membuat sang pangeran pun terkekeh karena merasa tersindir pada saat itu. Itu lah perbincangan yang setidaknya mereka lakukan selama perjalanan pertama mereka keluar dari istana dan pergi berkelana, dengan niat mencari sebuah jawaban atas semua pertanyaan yang hadir di dalam benak dari sang Pangeran. … To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD