First Monster?

1103 Words
Waktu sudah berganti dengan sangat cepat, tak terasa ini sudah satu hari semenjak Pangeran Ilyash dan juga Adalard melakukan perjalanan pertama mereka. Dan pagi itu suasana pagi di dalam hutan tempat mereka berada terlihat sangat-sangat indah. Mentari kala itu menyeruak dari sela-sela pephohonan yang kala itu masih diselimuti oleh embun pagi yang menyegarkan. Dan bahkan Pangeran Ilyash tidak ada hentinya mengagumi pemandangan yang baru saja ia lihat dari balik tenda yang sengaja di buat oleh sang pelindung untuk tempat sang Pangeran beristirahat di malam hari tadi. “Wah … Saya baru mengetahui jika pemandangan di pagi hari itu sangat indah di bandingkan ketika malam hari, Adalard!” ucap Pangeran Ilyash tengah memuji pemandangan itu, dan membuat sang Pelindung yang kala itu tengah menyeduh sebuah teh hangat untuk sang Pangeran pun hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan tersebut, “Tentu, Pangeran! Suasana di pagi hari lebih menyenangkan di bandingkan di malam hari yang terasa mengerikan, benar begitu?” tanya Adalard, dan membuat sang Pangeran menganggukkan kepalanya dan kemudian berucap, “Untuk hari selanjutnya, Saya tidak memerlukan tenda seperti ini lagi Adalard!” sebuah ucapan yang di lontarkan oleh sang Pangeran pada saat itu, membuat Adalard sang pelindung kini mengerutkan dahinya dan menoleh menatap sang Pangeran, “Ada apa? Apakah tendanya tidak nyaman untuk anda, Pangeran?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat sang Pangeran kini tersenyum dan menggelengkan kepalanya seraya terduduk di samping sang pelindung untuk kemudian berkata, “Tidak, hanya saja saya tidak memerlukannya, bukankah anda sendiri yang mengatakan jika seorang pengelana tidak harus membawa statusnya di dalam perjalanannya? Saya adalah Ilyash, dan bukan seorang pangeran di sini … dan anda tidak perlu seformal itu memperlakukan saya, kita sama-sama seorang pengelana saat ini, jadi biarkan saya tidur sama seperti malam tadi anda tertidur, saya ingin merasakan tidur dengan alas seadanya dan tidak diperlakukan secara khusus, bisakah anda melakukan itu?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Pangeran pun membuat Adalard mengembangkan senyumannya dan kemudian mengangguk menanggapi pertanyaan tersebut, “Ya …baiklah Pangeran … saya akan mengikuti apa yang anda inginkan!” ucap Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini tersenyum menanggapi hal itu, “Jadi kalau begitu, sekarang kita bisa bicara dengan informal kan?” pertanyaan Pangeran Ilyash kembali membuat Adlaard tersenyum dan menganggukkan kepalanya seraya memberikan sebuah gelas yang terbuat dari kulit kayu yang batru saja di buat oleh Adalard untuk menjadi wadah dari teh yang baru saja ia masak di perapian itu. “Tentu saja!” ucap Adalard, dan membuat sang Pangeran kini meraih gelas itu dan mengangguk, “Terima kasih, ah … dari mana kau mendapatkan air ini, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pada Adalard, membuat Adalard menunjuk ke arah Selatan seraya berkata, ”Aku mendapati sebuah rawa, dan aku lihat air di sana sangat jernih … jadi aku ambil sedikit untuk kita minum!” ucap Adalard kepada sang Pangeran yang kini mengerutkan dahinya untuk kemudian berucap, “Rawa?? jadi di sana juga pasti ada ikan, bukan?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash, membuat Adalard kini mengerutkan dahinya dna kemudian berkata, “Apakah sekarang anda ingin menyantap ikan, Pangeran Ilyash?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard di sana membuat Pangeran Ilyash kini mengerutkan dahi dan kemudian berucap, “Adalard … jangan panggil saya dengan kata Pangeran!” ucap Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian berkata, “Akan sulit bagi saya untuk tidak mengatakan itu, Pangeran … maafkan saya!” ucap Adalard, yang kemudian membuat sang Pangeran pun menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Baiklah … tak apa, ya! Aku ingin makan ikan, apakah kau juga tidak ingin makan ikan, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan Pangeran Ilyash dengan santai kepada sang pelindung saat itu pun membuat Adalard pada akhirnya menganggukkan kepala dan kemudian berkata, “Baiklah jika itu yang anda inginkan, ayo kita tangkap ikan di sana1” ucap ADalard kepada sang Pangeran, yang kini terlihat sangat senang mendengarnya dan keduanya pun akhirnya berjalan meninggalkan tenda untuk pergi ke rawa yang ada di sekitar sana dan menangkap ikan yang mereka inginkan. … Satu kata yang bisa di lontarkan oleh snag Pangeran ketika kali pertamanya datang ke rawa tempat yang dikatakan oleh sang pelindung adalah rawa yang jernih dan luas pada saat itu adalah kata ‘menyeramkan’ ya … berbanding terbalik dengan suasana indah yang bisa ia rasakan di hutan tempat ia bermalam, rawa adalah tempat yang menyeramkan baginya. Bagaimana tidak … Pangeran Ilyash tidak bisa melihat satu pun cahaya mentari yang menyinari rawa-rawa tersebut, meski pun tak ada satu pun pepohonan yang menghalangi sang mentari untuk masuk ke wilayah itu, seolah mentari pun enggan untuk mempercantik rawa tersebut. Yang tentu saja membuat sang Pangeran kini menahan sebentar napasnya untuk kemudian bertanya kepada sang pelindung dengan berkata, “Adalard … apakah ini rawa yang kau maksudkan itu?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu, membuat sang pelindung meliriknya dan menganggukkan kepala, “Ya Pangeran … ini adalah rawanya, ada apa? Apakah ada masalah?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash menggelengkan kepalanya dan kemudian berucap, “T … tidak! Mari kita ambil ikannya!” ucap sang Pangeran kepada Adalard yang kini menganggyk seraya mengeluarkan sebuah pisau tajam kecilnya dan segera meraih ranting pohon kecil yang tumbuh di sekitar sana, untuk kemudian ia jadikan sebagai dua buah tombak dengan ujung kayu yang sengaja di tajamkan. Tak ada yang di lakukan oleh sang Pangeran selain menatap sang pelindung yang masih berusaha menajamkan ranting tersebut, untuk kemudian diberikannya kayu itu kepada sang Pangeran seraya berkata, “Kita tidak mengambilnya Pangeran, tapi kita memburunya!” ucap Adalard, dan membuat sang Pangeran kembali menganggukkan kepala dan berkata, “Yeah … kau benar… kita harus berburu!” ucap Pangeran Ilyash yang kini dengan berani memasukkan kedua kakinya ke dalam rawa itu dan mulai mencari ikan yang dirinya inginkan, dan tidak hanya sang Pangeran, karena kini Adalard pun melakukan hal yang sama, masuk ke dalam rawa untuk mencari ikan agar mereka bisa menjadikan ikan itu sebagai santapan di pagi hari, meski pun sebenarnya di dalam kantung Adalard, terdapat banyak sekali bahan makanan, namun karena sang Pangeran ingin ikan, ia mengurungkan niatnya untuk mengeluarkan bahan makanan itu dan memilih untuk berburu bersama dengan sang Pangeran. Keduanya tengah memfokuskan diri terhadap ikan-ikan yang menari-nari di kaki-kaki mereka, yang tanpa mereka sadari sebenarnya ada sesuatu hal yang juga tinggal di dalam rawa itu, selain ikan-ikan yang kini terlihat sangat cemas dan seolah meminta keduanya untuk tidak masuk ke dalam air pada saat itu. … To be continue.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD