Pedang dan Panah

1199 Words
Pagi hari itu, Pangeran Vernom berjalan mengelilingi lorong-lorong kerajaan, pandangannya pun kini menoleh menatap pangeran Rainer, yang lain dan bukan adalah Pamannya yang memiliki umur yang sama dengan sang kakak, Pangeran Arb. Kala itu, pangeran Rainer tengah berlatih bersama dengan Anaes sang guru panah, Pangeran Rainer bermain panah saat itu, dan itulah yang membuat langkah kaki dari Pangeran Vernom kini terhenti untuk menatap sang Paman yang berusaha membidik target yang berada jauh di depan sana. Pangeran Vernom terus menatap dan memerhatikan sang Paman yang belajar dan terus berusaha menarik tali dari busur panar tersebut, di saat yang bersamaan, Ray yang tengah berjalan di lorong pun menghentikan langkahnya setelah melihat Pangeran Muda tengah terdiam di lorong itu dan menatap ke arah Pangeran Rainer yang tengah berlatih pedang. “Pangeran??” sebuah panggilan yang di lontarkan oleh Ray saat itu, membuat Pangeran Vernom kini menolehkan pandangannya untuk menoleh menatap ke arah Ray yang baru saja memanggil namanya. “Kenapa anda terdiam di sini??” tanya Ray kepada Pangeran Vermon yang kembali menolehkan pandangannya untuk menatap ke arah sang Paman yang kemudian membuat Pangeran Vernom kini tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tidak ada apa-apa, Ray.” ucap Pangeran Vernom menanggapi pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray saat ini, “Apakah anda tertarik dengan panah?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray pun membuat Pangeran Vernom kini menoleh dan menatapnya yang kemudian ia tersenyum menanggapi pertanyaan yang baru saja di lontarkan oleh Ray kepada dirinya. “Apakah panah adalah hal yang sulit, Ray?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Vernom pun membuat Ray kini tersenyum dan kemudian menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan yanhg di lontarkan oleh Pangeran Vernom kepada dirinya. “Tidak Pangeran … panah adalah hal yang sangat mudah.” ucap Ray kepada Pangeran Vernom yang kini ia pun menganggukkan kepalanya dan kemudian ia pun menoleh kepada Ray untuk akhirnya berucap, “Kalaun begitu aku juga ingin berlatih panah.” itulah ucapan yang di lontarkan oleh Pangeran Vwrnom kepada Ray yang tentu saja terkejut setelah ia mendengar hal itu dari sang Pangeran. Membuat Ray kini tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk bergandengan dengan Pangeran Vernom seraya berucap, “Kalau begitu mari … saya kenalkan anda dengan Anaes.” ucap Ray kepada Pangeran Vernom yang kini tersenyum dan kemudian meraih tangan Ray untuk akhirnya Ray pun menuntun Pangeran Vernom mendekati Pangeran Rainer beserta dengan Anaes yang tengah berlatih panah di lapangan itu. “Anaes!” sebuah panggilan yang di lontarkan oleh Ray, membuat Anaes sang guru panah, serta Pangeran Rainer kini menoleh kedatangan Ray beserta dengan Pangeran Vernom, yang membuat Pangeran Rainer kini menoleh menatapnya seraya tersenyum kepada sang keponakannya yang juga tersenyum menatap Pangeran Rainer saat ini. Pandangan Anaes saat ini tertuju pada Ray yang baru saja memanggil ndirinya, “Ada apa, tuan Ray?” pertanyaan yang di lontarkan oleh Anaes saat itu, membuat Ray kini menoleh menatap sang Pangeran Vernom yang kemudian berucap kepada Anaes, “Saya melihat Pangeran Vernom meminati pelajaran yang tengah anda ajarkan kepada Pangeran Rainer, jadi bisakah anda ikut mengajarinya juga?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray, membuat Anaes kini mengerutkan dahinya dan menoleh menatap Pangeran Vernom yang kini menoleh menatapnya seraya tersenyum, yang tentu saja membuat sang Anaes kini mengangguk menyanggupi hal itu. “Eum, tapi … tuan Ray. Saya belum menginformasikan hal ini kepada…-” “Biarkan saya yang menyampaikan hal ini langsung kepada Raja.” ucapan Anaes saat itu di potong oleh Ray, yang membuat Anaes pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan yang di lontarkan oleh Ray kepada dirinya, Pandangan Anaes pun kini menoleh menatap ke arah Pangeran Vernom, yang kemudian Anaes pun berjalan menghampiri sang Pangeran dan kemudian merundukkan tubuhnya untuk bisa sejajar dengan Pangeran Vernom. “Pangeran … saya akan mengajari anda berpanah, mari … saya akan berikan busur dan anak panah untuk anda!” ucapan berupa ajakan yang di lontarkan oleh Anaes kepada Pangeran Vernom, membuat sang Pangeran kini menolehkan pandangannya untuk menatap sang Anaes, yang kemudian ia mengangguk dan menggenggam lengan Anaes yang terulur untuk kemuidan mengikuti sang Anaes untuk pergi mengambil busur yang telah dijanjikan oleh Anaes kepada dirinya. Pandangan Ray pun kini menatap Anaes yang juga menatap ke arahnya,“Kalau begitu tolong ajari dia.” ucap Ray, yang kembali membuat Anaes menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Serahkan semuanya kepada saya, tuan Ray.” ucap Anaes kepada Ray yang kini menganggukkan kepala dan kemudian pergi dari lapangan itu, meninggalkan Pangeran Vernom yang kala itu bersama dengan Anaes dan juga sang Paman, Pangeran Rainer. Pandangan Anaes kini beralih menatap Rainer yang kala itu memandangi busurnya, yang pada akhirnya membuat Anaes pun memanggil sang Pangeran untuk menoleh menatapnya. “Pangeran Rainer!” panggilan yang di ucapkan oleh Anaes saat itu, membuat Pangeran Rainer kini menolehkan pandangannya dan menatap sang Anaes yang kini berucap, “Tolong bidik target itu dengan anak panah anda, dan idzinkan saya untuk mengambil busur bersama dengan Pangeran Vernom di ruang busur.” ucap Anaes kepada Pangeran Rainer yang kini tersenyum kepada Anaes dan menganggukkan kepalanya untuk menjawab semua perintah dan permintaan Idzin sang Anaes yang katanya akan memberikan busur untuk keponakan kecilnya itu. “Kau boleh melakukannya, Anaes. Berikanlah busur yang bagus untuk Vernom.” ucap Pangeran Rainer kepada sang Anaes yang kini menganggukkan kepalanya dan mengajak Pangeran Vernom untuk mengambil busur yang baik untuk sang Pangeran. … “Apa?? Vernom tertarik juga dengan Panah??” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham saat itu, membuat Ray yang baru saja menginformasikan jika Pangeran Vernom meminati Panah, pun kini mengerutkan dahinya, “Apa maksudmu dengan kata juga, Baginda??” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray pun membuat Raja Abraham kini menghembuskan napasnya dan mengibaskan tangannya untuk memberi tanda bahwa Rezen harus membantunya saat itu, yang akhirnya Rezen pun berucap, “Kemarin Igor baru saja memberikan informasi kepada Raja, bahwa Vernom meminati pedang, Ray.” ucap Rezen kepada Ray yang kini mengerutkan dahinya, “Sungguh??” tanya Ray kepada Rezen yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray saat itu. “Baguslah, bukankah itu hal yang bagus??” tanya Ray kepada Raja Abraham yang kini mengangguk-anggukkan kepalanya, “Itu memang bagus, tapi … tidakkah itu akan sangat membebani dirinya, Ray?? dia harus berlatih pedang dan panah, apakah dia akan sanggup untuk melakukannya?” sebuah pertanyaan dan keraguan yang ada di dalam ucapan Raja Abraham saat itu pun, membuat Ray kini menghembuskan napasnya dan kemudian menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Ucapan anda memang benar, Baginda … tapi, tidak bisakah kita setidaknya memberikan kesempatan kepada Pangeran Vernom untuk mencoba itu semua sekaligus?? dan jika ia tidak bisa menguasai  salah satu darinya, kita bisa menghentikan pelatihannya, bukan?” ucap Ray kepada Raja Abraham, yang kemudian ucapan itu diberi anggukkan oleh Rezen yang kini membuat Raja Abraham pun menghembuskan napasnya dan kemudian mengangguk menyetujui ucapan tersebut. “Baiklah … dia bisa melakukannya dalam sekaligus.” ucap Raja Abraham, memperbolehkan Pangeran Vernom belajar dua ilmu sekaligus. Meski pun sang Raja sebenarnya merasa khawatir jika Pangeran Vernom akan keteteran karena belajar dua keahlian dalam satu waktu yang bersamaan, namun pada kenyataannya Pangeran Vernom mengusai keduanya di saat yang bersamaan yang tentu saja membuat sang Raja merasa bangga kepada Pangeran Vernom. to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD