Pangeran yang penasaran

1033 Words
Pangeran Vernom, tumbuh menjadi pangeran yang penuh dengan rasa penasaran, terutama ia selalu mengikuti langkah kaki dari Pangeran Arb yang tentu saja akan membuat siapapun yang melihatnya akan menjadi gemas karena tingkah laku sang Pangeran dalam mengikuti langkah dan juga gerak dan gerik dari sang kakak, dengan tatapan yang penuh dengan rasa penasarannya. Saat itu, Pangeran Vernom menginjak empat tahun, dan sang kakak menginjak delapan tahun. Pangeran Arb tahu, jika sang adik terus saja mengikuti langkah kakinya semenjak setelah makan pagi berakhir. Namun, Pangeran Vernom tidak merasa terganggu dan malah memelankan langkah kakinya, agar sang adik tidak berlari untuk mengejar langkahnya yang cepat di hari itu. Sang kakak sangat menyayangi Pangeran Vernom. “Pangeran Vernom!” sebuah panggilan yang mengejutkan sang Pangeran Vernom yang kala itu tengah asyik berjalan pun,membuat Pangeran Arb yang mengetahuinya kini menoleh dan menatap tajam ke arah sang guru dari dirinya yang menegur dengan keras adik kesayangannya itu. Yang tentu saja, membuat sang guru ikut terkejut setelah di tatap cukup tajam oleh Pangeran Vernom yang ada di hadapan dirinya saat ini. Hal itu membuat sang guru kini menjadi tergagap dan tidak tahu harus berucap apa. “A … eu …” “Igor … ada apa kau memanggil adikku dengan begitu kencangnya??” pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Arb saat itu seketika membungkam Igor, guru pedang dari Pangeran Arb yang kini menatapnya dengan tajam. “EUm … seharusnya, Pangeran … Vernom …, eum …” ucapan Igor tergagap, yang tentu saja membuat Pangeran Arb kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Hari ini, Vernom akan ikut bersama denganku dan memerhatikanku untuk melawanmu, jadi jangan membentak atau menegurnya jika dia mengikuti langkah kakiku, karena aku tidak keberatan atasnya.” ucap Pangeran Arb kepada Igor yang kini dengan segera menganggukkan kepalanya dan menunduk, seolah dirinya meminta maaf karena telah membentak sang Pangeran muda di hadapan Pangeran Arb. Pandangan Pangeran Arb saat ini menoleh menatap Pangeran Vernom yang juga menoleh menatapnya seraya tersenyum dengan manis, “Vernom … ayo! Ikut denganku, aku akan belajar pedang hari ini.” ucap Pangeran Arb kepada Pangeran Vernom yang kini menganggukkan kepalanya dan berjalan untuk kemudian meraih tangan dari Pangeran Arb yang sengaja terulur ke belakang untuk menggandeng sang adik. Pangeran Arb dan Pangeran Vernom pun pergi bersama-sama menuju lapangan latihan bersama dengan Igor sang guru pedang yang kini berjalan di belakang mereka, mengikuti langkah kaki dari kedua Pangeran kecil tersebut. Meski pun Pangeran Vernom masih menginjak empat tahun saat itu, namun Pangeran Vernom masuk ke dalam anak yang sangat pintar dan ia bahkan memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi melebihi anak-anak seusianya. Dan beruntung, Pangeran Arb tahu bagaimana cara untuk mengatasi seluruh rasa penasaran sang adik, dengan cara membawanya dan membuat Pangeran Vernom mencoba apa yang membuatnya merasa penasaran, seperti saat ini. Pangeran Arb memberikan pedang miliknya kepada Pangeran Vernom, yang tentu saja kekuatan sang adik masih belum mampu untuk mengangkat pedang yang cukup berat itu. “UGHT!” ringin Pangeran Vernom ketika sang kakak menyerahkan pedang itu kepada Pangeran Vernom. Pandangan Pangeran Vernom saat ini menoleh menatap sang kakak yang kini tersenyum melihat sang adik kesusahan seperti itu, karena menurut Pangeran Arb, sang adik sangatlah menggemaskan. “Ada apa, Vernom??” tanya Pangeran Arb kepada sang adik yang kini terlihat sangat sedih setelah dengan kesal menjatuhkan gagang pedang yang ia genggam ke atas tanah saat itu. “Susah!” ucap Pangeran Vernom kepada sang kakak yang kini tertawa dan kemudian menganggukkan kepalanya, “Kau bisa menggunakannya nanti, kau mengerti?” tanya Pangeran Arb kepada sang adik yang kini menatapnya dengan sedih, “Kapan??” tanya Pangeran Vernom kepada Pangeran Arb, “Ketika umurmu sudah cukup kuat untuk mengangkat pedang ini, maka dari itu … Vernom duduk dulu di pinggir lapangan, kakak akan berlatih dan kita akan bermain setelahnya, Bagaimana?” ucapan dan penawaran yang di berikan oleh Pangeran Arb kepada Pangeran Vernom pun membuat Pangeran Vernom dengan senang menganggukkan kepalanya dan segera berlari kecil menuju tempat yang di tunjuk oleh Pangeran Arb, kakaknya. Ia naik ke bangku penonton dan duduk dengan manis untuk melihat sang kakak berlatih pedang bersama dengan Igor, guru pedang Arb Muller. Hal seperti itulah yang diberikan oleh Pangeran Arb kepada Pangeran Vernom, agar setidaknya ia bisa mengetahui kapan ia akan menggunakan dan bisa melakukan hal-hal yang di lakukan oleh Pangeran Arb pada saat itu, yang tentu saja membuat sang Raja merasa teringankan dan para penjaga dari Pangeran Vernom pun mudah untuk mengawasi sang Pangeran. … Hari itu merupakan hari libur, Pangeran Arb mengajak Pangeran Vernom untuk ke sungai Issen, tempat yang belum pernah di datangi oleh Pangeran Vernom selama ini. Dengan keahlian kuda yang sudah di kuasai oleh Pangeran Arb yang kala itu berusia delapan tahun pun, membuat Pangeran Arb memberi tumpangan kepada sang adik yang dengan sengaja ia letakan di depan dirinya. Mereka pergi ke sungai Issan menggunakan kuda milik Pangeran Arb, yang ia beri nama Max. Sesampainya di tepian sungai Issen yang kala itu langsung berbatasan dengan hutan terlarang pun, membuat Pangeran Vernom berdecak kagum, beningnya air sungai serta angin yang berembus dengan segar membuat Pangeran Vernom menyukai tempat itu. “Apa namanya?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Vernom pun, membuat Pangeran Arb yang tengah mengikat Max di salah satu pohon yang rindang, kini menoleh menatap sang Adik yang kini menatap sungai Issen dengan penuh kekaguman. “Namanya sungai Issen.” ucap Pangeran Arb kepada Pangeran Vernom yang kini tersenyum mendengar namanya, “Issen … jernih sekali!” ucap Pangeran Vernom kembali kepada Pangeran Arb yang kini tersenyum dan berjalan menghampiri sang adik untuk akhirnya berucap, “Apakah kau mau bermain di sungai Issen bersama denganku, Vernom?” pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Arb kala itu, membuat Pangeran Vernom segera meliriknya dan mengangguk dengan penuh semangat, yang akhirnya membuat Pangeran Arb pun menggendong sang adik dan masuk ke dalam sungai Issen bersama-sama. “WAAAA!!! Dingin!” seru Pangeran Vernom dengan senang, ketika dirinya merasakan kesegaran dari sungai Issen, yang kala itu membuat Pangeran Arb tertawa dan menganggukkan kepalanya. “Segar kan??” tanya Pangeran Arb kepada sang adik yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi pernyataan yang di berikan oleh sang kakak. Mereka berdua bermain di sungai Issen dengan penuh kesenangan.  To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD