Kelahiran sang Adik dan si Pengendali Naga

1060 Words
Pandangan Rezen kini menoleh menatap naga lahir dari pangeran kedua, yang kala itu menjadi tenang setelah sebelumnya di teriaki oleh Koud, yang tentu saja membuat Rezen bertanya-tanya mengenai hal itu. “Kenapa dia seperti itu?” tanya Rezen bergumam, namun gumaman dari dirinya saat itu di dengar dan kemudian di jawab oleh Pangeran Arb yang berucap, “Koud … aku meminta Koud untuk menenangkan adik kecilnya.” ucapan yang di lontarkan oleh Pangeran Arb saat itu pun membuat Rezen mengerutkan dahi dan menghembuskan napasnya, merasa terkejut sekaligus kagum dengan apa yang diucapkan  dan tindakan yang di lakukan oleh Pangeran Arb untuk melindungi desa saat itu. … Tap … tap … tap … Pandangan dari naga lahir dari pangeran kedua pun kini menoleh menatap ke arah belakang, yang membuat Rezen dan juga Ray kini menolehkan pandangannya ke arah sang Raja yang berjalan dengan menggendong pangeran muda yang terlihat masih merah. Pangeran Arb tersenyum ketika melihat sosok adik yang telah lahir yang kala itu digendong oleh sang Raja untuk melakukan sebuah tradisi yang dilakukan secara turun temurun ketika seorang anak dari raja lahir bersama dengan naga lahirnya. Jièshào, itulah sebutan bagi tradisi yang dilakukan secara turun temurun dari Kerajaan agung, yang tidak akan pernah bisa di hentikan demi keamanan warganya sendiri. Pangeran kecil itu pun akhirnya di perkenalkan oleh sang Raja kepada naga yang kini menundukkan kepalanya untuk menatap secara dekat, siapan anak yang lahir bersama dengannya. “Ini adalah saudaramu, aku memberinya nama Vernom Muller.” ucap Raja Abraham kepada Naga tersebut yang kini segera menolehkan pandangannya menatap dirinya yang kini menatap sang naga dengan serius.   “Dan aku memanggilmu, Utsubo-sei.” ucap Raja Abraham kepada Naga yang kini memejamkan matanya dan kemudian menghilang, masuk ke dalam tubuh Pangeran kecil yang tengah terlelap, yang kemudian tersenyum dengan manis ketika Naga miliknya masuk dan bersarang di dalam tubunnya, memberikan tattoo dengan nama Utsubo-sei, sebagai penanda bahwa naga itu merupakan naga miliknya dan naga lahirnya. … Pandangan sang Raja kini menoleh untuk menatap Rezen yang kala itu tengah menggendong Pangeran Arb. Raja Abraham pun kini menoleh menatap Koud yang kala itu masih berada di samping Rezen serta Pangeran Arb, yang karenanya Rezen pun menolehkan pandangannya ke arah sang Pangeran dan kemudian berucap, “Pangeran … apakah anda bisa mengembalikan Koud kembali pada tempatnya?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen pun membuat Pangeran Arb kini menolehkan pandangannya untuk menatap Rezen yang kemudian Pangeran Arb pun menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan darinya saat itu. “Heis ra Koud seiogh, Aesiao. (Tugasmu selesai Koud, terima kasih)” ucapan yang di lontarkan oleh Pangeran Arb pun membuat sang naga kini menundukkan kepalanya sebelum akhirnya naga itu pun terbang ke atas langit dan menghilang di sana. Sedangkan Rezen yang kala itu menggendong Pangeran Arb pun cukup terkejut ketika sang Pangeran yang kala itu berusia empat tahun, menguasai bahasa Naga kuno, yang tentu saja sangat aneh baginya karena Pangeran masih berusia empat tahun. … Pangeran Vernom, lahir ketika musim hujan tiba dan itu merupakan kelahiran yang penuh dengan haru dan juga membutuhkan banyak sekali pengorbanan, yang tentunya memengaruhi inflasi Kerajaan yang membuat Raja Abraham dan juga Rezen memutuskan untuk memutar otak dan mengganti alat pertukaran yang sah menggunakan berlian atau kepingan emas sementara waktu, yang tentu saja nilai dari harga barangnya menjadi sangat mahal. Vernom Muller adalah anak yang tampan, ia berbeda dari Pangeran pertama yang memiliki wajah yang cukup tegas sedari lahir, Vernom, memiliki ketampanan yang lebih dua atau tiga taraf dari pangeran-pangeran yang lahir di tahun yang sama dengannya, yang karenanya banyak orang yang menyebut Pangeran Vernom sebagai Malaikat tampan yang tidak ada tandingannya. Itu semua terbukti dari ketika ia berusia tiga tahun saja, banyak sekali Raja-Raja yang mengirimkan surat permintaan pertunangan untuk di masa mendatang bersama dengan putri-putri mereka, yang tentu saja membuat Raja Abraham tidak habis pikir dengan surat-surat yang hampir setiap harinya selalu muncul di atas meja kerjanya, yang tentu saja membuat Raja ABraham menolak semua permintaan tersebut. “Aku tidak akan mengikat anakku seperti kambing, aku tidak bisa dengan seenaknya mencarikan mana yang terbaik untuk dirinya sendiri, selain jika ia yang menghendakinya sendiri.” itulah ucapan yang di lontarkan oleh Raja Abraham kepada Rezen dan Ray ketika mereka tengah membicarakan banyaknya surat dan kelelahanya para petugas dalam mensortir surat-surat tersebut setiap harinya, yang pada akhirnya sang Raja pun memutuskan untuk menyebarkan ke seluruh kerajaan mengenai ketidak inginan sang Raja dalam menjodoh-jodohkan seluruh anak Raja dari Kerajaan Valens, dan ia pun dengan nekad menghapus sementara tradisi mengenai perjodohan yang tertulis di salah satu buku tradisi Kerajaan Valens, yang karenanya Kerajaan-kerajaan lain pun menghormati hal itu dan berhenti mengirimi Surat kepada sang Raja yang membahas mengenai perjodohan serta pertunangan. “Anda sangat cerdik tuan.” ucapan yang di lontarkan oleh Rezen, membuat Raja Adalard yang tengah membaca salah satu surat yang di kirim oleh Kerajaan Cairchanter pun, membuat pandangan dari Raja Abraham kini menoleh menatap ke arah Rezen yang baru saja berucap demikian. Senyuman yang penuh dengan rasa bangga pun ia tunjukkan kepada Rezen, dan bahkan saat ini dirinya pun berucap, “Tentu saja! Apakah kau melupakannya?? jika aku adalah Raja terpintar pada masa ini?” ucap Raja Abraham, yang langsung membuat Rezen terkekeh seraya menggelengkan kepalanya, tidak menyetujui dengan apa yang baru saja diucapkan oleh sang Raja tentang kata ‘Raja terpintar pada masa ini’, seolah Rezen ingin sekali menarik semua pujian yang baru saja di lontarkan oleh dirinya kepada sang Raja yang kini ikut terkekeh melihat reaksi dari Rezen yang seperti itu. “Aku melakukannya, karena aku tahu … jika aku memaksakan itu, besar kemungkinan mereka tidak akan saling mencintai satu sama lain, yang membuat hubungan mereka akan menjadi dingin, seperti diriku dan Xiona.” ucap Raja Abraham secara gamblang, yang tentu saja membuat Rezen kini menolehkan pandangannya dengan cepat menatap sang Raja yang kini terkekeh dan mengangguk anggukkan kepalanya seolah ucapannya perihal itu adalah benar. Raja Abraham tidak ingin kisah cinta dari anak-anaknya berakhir seperti dirinya dna juga Xiona, yang menikah atas dasar kesuksesan Kerajaan dan bukan atas dasar cinta, yang tentu saja membuat dirinya dan bahkan sang permaisuri tidak bahagia. Sang Raja berharap, jika kedua Pangeran kecilnya kelak akan menemukan permaisuri yang mereka idamkan dan hidup dengan penuh cinta, tanpa memikirkan kondisi dari Kerajaan, karena ia merasa bahwa tradisi seperti itu adalah tradisi yang sangat merugikan batin, dan terutama batin dirinya saat ini. …  to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD