Bayangan Misterius

1095 Words
Satu tahun pun berlalu dengan cukup singkat, dan saat ini Pangeran Ilyash berusia sepuluh tahun. Dia tumbuh menjadi seorang Pangeran tampan dengan keahlian dari pengobatan yang tidak bisa disia-siakan begitu saja, berterima kasih lah kepada sang Raja yang secara tidak langsung mendukung keahlian dari Pangeran terakhir yang hingga ke penjuru kerajaan lain pun terdengar. Pangeran Valens yang memiliki ilmu penyembuh yang sangat luar biasa, yang tentunya membuat banyak sekali orang yang membanggakan dirinya dan termasuk dengan Ray dan juga Rezen. Namun tidak dengan sang Raja yang mengatakan jika Pangeran terlalu sibuk berada di ruangannya dan tidak bergaul dengan orang-orang di sekitaran dia yang tentu saja membuat Rezen merasa bahwa sang Raja hanya khawatir saja. … Seperti yang diucapkan oleh Raja Abraham, Pangeran Ilyash memang selalu berada di dalam ruang kerja yang diberikan oleh sang Raja sendiri satu tahun yang lalu, dan Pangeran Ilyash selalu bersyukur karenanya, karena dukungan dari sang Raja, membuat dirinya bisa fokus bekerja dan belajar mengenai obat-obatan herbal. Malam itu, pangeran Ilyash tengah berada di dalam ruangan yang ia sebut sebagai laboratorium miliknya, yang tentunya saat itu ditemani oleh Adalard yang kini tengah bersantai dengan duduk-duduk di kursi yang telah disediakan di dalam laboratorium itu atas perintah Pangeran Ilyash sendiri yang meminta Adalard untuk bersantai saat itu. Hubungan mereka bukan seperti atasan dan bawahan lagi, mereka sangat mirip dengan Rezen dan Raja Abraham, namun lebih ke dalam hal santainya di bandingkan seriusnya. Namun, hal itulah yang membuat mereka menjadi lebih nyaman lagi, atau lebih tepatnya membuat Pangeran Ilyash merasa lebih nyaman lagi untuk meracik obat-obatan, karena ia tidak akan merasa tegang di tatap terus menerus dengan tatapan serius yang terkesan tajam oleh Adalard. Yang pada akhirnya menggagalkan resep racikan dari Pangeran Ilyash. “Adalard, apakah kau tahu?? jika kita menanam Mandragora di istana, dan aku meminta seorang pelayan untuk mencabutnya tanpa memberitahukan bahwa itu berbahaya, apakah orang yang mendengarnya juga akan mati seketika??” sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Pangeran Ilyash secara random saat itu, membuat Adalard yang tengah membaca buku pun kini menoleh menatap sang Pangeran yang tengah meneteskan beberapa racikan ke dalam racikan lainnya, semacam mengembangkan racikan yang membuat Adalard pun kini mengerutkan dahinya dan kemudian berpikir. “Hmm … aku tidak yakin dengan hal itu.” ucap Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini mengerutkan dahinya dan menoleh menatap Adalard setelah jawaban yang di lontarkan oleh Adalard tidak dimengerti oleh dirinya. “Kenapa??? kenapa kau tidak yakin dengan hal itu, Adalard?” tanya Pangeran Ilyash kembali, dan hal itu membuat Adalard kini menghembuskan kembali napasnya dan kemudian berucap, “Yah … karena aku yakin, Anda tidak akan berani menanamnya, mengingat tanaman itu di tanam langsung di bawah tempat orang-orang yang dieksekusi di gantung.” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini meringis mendengar penjelasan yang di lontarkan oleh Adalard dan kemudian dengan cepat ia menoleh menatap sang pelindung dengan kesal seraya berucap. “Bukankah di dalam pertanyaannya sudha jelas, saya menambahkan kata Jika di dalamnya, Adalard??” sebuah keterangan yang dilontarkan oleh Pangeran Ilyash saat itu pun membuat Adalard kini kembali menghembuskan napasnya dan kemudian berpikir sejenak sebelum akhirnya kembali menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Tapi … bagiku itu tetap tidak bisa terbayangkan, karena anda bukan orang yang akan dengan tega memerintahkan seorang pelayan untuk mencabutnya tanpa memberitahukannya sebelumnya, Pangeran Ilyash.” jelas Adalard lagi kepada Pangeran Ilyash yang kini menghembuskan napasnya dengan pelan, setelah mengetahui jika Adalard memang sudah mengetahui sifat asli dari dirinya, yang memungkinkan saja jika ia menjadi tidak bisa membayangkan hal jahat yang ditanyakan oleh Adalard kepada dirinya. “Huft … baiklah … aku mengerti dengan apa yang kau ucapkan, karena pada dasarnya aku sama sekali tidak kejam.” gumam Pangeran Ilyash kepada dirinya sendiri, yang tentu saja meski pun gumaman dari dirinya sangatlah kecil, namun Adalard bisa dengan jelan mendengarnya, yang pada akhirnya membuat Adalard pun tersenyum mendengarkan gumaman itu. “Jangan pernah membayangkan hal yang jahat yang anda lakukan, Pangeran … Citramu adalah Pangeran yang lembut dan berhati hangat.” ucap Adalard seraya kembali meraih buku yang sempat ia letakan dan kembali membacanya dengan khusu, yang tentunya kembali membuat Pangeran Ilyash kini menggelengkan kepalanya seraya tersenyum karena merasa bahwa ucapan dari Adalard ada benarnya juga. Kala itu, Pangeran berdiri persis di hadapan jendela yang lansung menampakkan pemandangan hutan perbatasan kerajaan dengan hutan yang langsung mengarah ke sungai issen, dan pada saat itu pandangan Pangeran Ilyash dengan samar dapat melihat seseorang yang berdiri di antara pepohonan hutan tersebut, yang tentunya membuat Pangeran Ilyash merasa janggal dan kembali menolehkan pandangannya untuk memastikan jika yang di lihat olehnya adalah salah. Namun, kedua mata Pangeran Ilyash kini terbelalak ketika menyadari dan mengetahui jika hal yang dicurigainya ternyata benar, ada seseorang yang kini berdiri di antara dua pepohonan yang terletak di hutan itu, yang tentu saja membuat Pangeran Ilyash menjadi sedikit terganggu dengan orang tersebut dan segera memanggil Adalard. “Adalard … Adalard!” panggil Pangerna Ilyash dengan pelan, namun dari tekanan yang di berikan oleh Pangeran Ilyash saat memanaggil sang palindung itulah yang segera membuat Adalard berlari menghampiri dirinya dan bertanya kepada sang Pangeran yang saat itu terus saja menatap ke arah luar dan sedikit pun tidak menolehkan pandangan dari sana. “Pangeran … ada apa??” tanya Adalard kepada sang Pangeran yang kini mengembuskan napasnya sebelum akhirnya berucap, “Ada seorang wanita yang berdiri di antara dua pepohonan hutan itu, Adalard … bisakkah kau mengeceknya untukku??” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pun membuat Adalard kini mengerutkan dahinya dan menoleh untuk menatap arah hutan yang gelap saat itu, dan membuat Adalard pun menganggukkan kepalanya seraya mengeluarkan pedang dari tempatnya. “Tenanglah Pangeran, Saya akan melihatnya untuk anda!” ucap Adalard sebelum akhirnya berjalan meninggalkan ruangan itu dan berlari untuk masuk ke dalam hutan tersebut. Mencari-cari sosok wanita yang dimaksud oleh Pangeran Ilyash saat itu. Namun, tak ada satu pun orang yang didapati olehnya saat ini, yang membuat Adalard segera mengirim thelepati kepada sang Pangeran. Pangeran … tak ada siapapun di sini. Ucap Adalard melapor kepada sang Pangeran yang kala itu masih berdiri di depan jendela yang langsung menghadap ke arahnya berdiri saat ini. Di samping kananmu! dan ucapan yang dilontarkan oleh Pangeran Ilyash di dalam Thelepatinya pun membuat Adalard dengan segera menoleh ke arah kanan dengan segera dan was-was, namun ia juga tidak mendapati siapapun di sana, sehingga membuat Adalard kini menoleh menatap sang Pangeran. Ke mana orang itu? Tanya Adalard, dan gelengan kepala pelan lah yang dikeluarkan oleh Pangeran Ilyash, membuat Adalard kini mengerutkan dahinya dan kembali menoleh ke arah sekitar untuk kembali mengecek keadaan di dalam hutan itu.  ...  To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD