Kesedihan yang mendalam

1889 Words
Hukuman sang kakak yang Pangeran Vernom rasa bahwa itu merupakan hukuman yang tidak masuk ke dalam akal pun membuat dirinya tidak pernah berhenti untuk menangis, ia menangis dan terus menangis di dalam kamarnya, dan bahkan ketika Alexandra datang untuk menghiburnya, Pangeran Vernom terus menangis dan enggan untuk di temui oleh siapapun, ia tidak membalas surat yang di kirimkan oleh Woojin kepadanya maupun membukakan pintu untuk para prajurit yang sudah ia anggap sebagai temannya. Pangeran Vernom memang tidak mengetahui apa perkara masalahnya, namun ia tahu bahwa sang kakak tidak jahat pasti ada alasan kenapa dia bertindak seperti itu dan berani membunuh Sodu, naga petinggi sang kakek. Ia tahu dan yakin seratus persen jika sang kakak tidak melakukannya karena hal yang salah, ia pasti membela sesuatu yang benar. Pangeran Vernom terus merenungkan dan memikirkan hal itu bahkan bukan hanya satu hari namun hingga berhari-hari, ia pun tidak keluar dari ruangan Kamarnya yang tentu saja mengkhawatirkan, bahkan tidak hanya Pangeran Vernom, Ratu Xiona pun melakukan hal yang sama, seolah yang dilakukan oleh keduanya adalah bentuk protes mereka terhadap apa yang telah di lakuklan oleh ESA merupakan bentuk ketidak adilan yang membuat mereka pun tidak ingin keluar dari kamarnya barang sedikit pun. Pangeran Vernom terdiam dan terus saja terdiam, untuk akhirnya ia pun mendengar sebuah suara yang berasal dari tubuhnya. Ya … Pangeran Vernom tahu, bahwa itu adalah jiwa keduanya yang terbangun saatn ini. “Kenapa kau tidak bersemangat, Vernom?” sebuah pertanyaan pun hadir di dalam hatinya, yang membuat Pangeran Vernom kini berucap untuk menjawba pertanyaan yang ia dengar di dalam hatinya saat itu. “Aku sedang memikirkan sesuatu hal yang menurutku, ada hal yang mengganjal di sini mengenai ESA.” ucap Pangeran Vernom kepada jiwa keduanya yang memiliki nama END, yang tentu saja membuat END merasa senang karena setidaknya ia bisa berinteraksi dengan Pangeran Vernom, setelah sekian lama mereka tidak melakukannya karena END harus terkurung untuk beberapa waktu dan waktu sekarang bertepatan dengan waktu bebasnya ENd saat ini. “ESA?? kau merasa bahwa ESA menyembunyikan sesuatu hal, benar??”  pertanyaan yang lagi dan lagi terlontar di dalam benak Pangeran Vernom pun membuat Pangeran VErnom kini menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan dan pertanyaan yang di lontarkan oleh END kepada dirinya. “Ya … aku merasa seperti itu, apakah kau merasakan seperti itu juga??” kini pertanyaan pun di lontarkan oleh Pangeran Vernom kepada ENd yang kemudian END pun menjawabnya, “Ya … dan aku tahu apa yang di sembunyikan olehnya, Vernom… apakah kau mau aku tunjuki jalannya??” sebuah tawaran yang di lontarkan oleh ENd saat itu pun di beri anggukkan setuju oleh Pangeran Vernom, yang kemudian secara spontan tubuh Pangeran Vernom bergerak untuk berjalan menuju keluar dari ruangannya. “Oh?! kenapa tubuhku bergerak dengan sendirinya, End?!” tanya Pangeran Vernom dengan terkejut, yang kemudian End pun memberitahukan kepadanya bahwa itulah cara kerja dirinya, ia meminjam tubuh sang Pangeran untuk sementara agar ia bisa menunjukkan jalan ke mana seharusnya mereka pergi saat ini. ‘tak apa … biarkan aku yang menuntunmu pergi ke tempat yang mereka sembunyikan dari semua orang dan termasuk dengan dirimu Vernom!’ ucap End kepada Pangeran Vernom yang kini emnganggukkan kepalanya dan pasrah-pasrah saja dengan apa yang di lakukan oleh End kepada tubuhnya saat ini. Pangeran Vernom membiarkan End menguasai tubuhnya yang kini membuat dirinya berjalan dengan perlahan menuju lorong-lorong istana, dan kemudian ia berjalan melewati beberapa taman istana, lapangan prajurit untuk akhirnya ia berjalan untuk memasuki kebunb Hamush, namun karena kondiri dari tubuh Pangeran VErnom sudah tidak lagi memungkinkan, karena ia kekurangan banyak sekali cairan tubuh dan mengalami dehidrasi yang tinggi, pada akhirnya tubuh Pangeran Vernom pun terjatuh di depan kebun hamush pada malam itu. “Apa?? kenapa dengan tubuhku?” tanya Pangeran Vernom kepada End yang kini merutuk dengan kesal setelah mengetahui bahwa tenaga yang di miliki Pangeran Vernom sudah tidak ada. ‘kita kehabisan tenaga, Vernom … sepertinya kita tidak akan bisa mendatangi tempat itu, kau harus mengistirahatkan dirimu lagi, dan tunggulah aku nanti … karena sepertinya aku akan terikat kembali.’ ucap End kepada Pangeran Vernom yang kini mengerutkan dahinya mendengar ucapan yang telah di lontarkan oleh End kepada dirinya. “Tunggu … End? jangan tinggalkan aku dulu! aku harus segera tahu rahasia yang ingin kau perlihatkan kepadaku! End!” panggil Pangeran Vernom berusaha untuk mendatangkan End kembali kepada dirinya, namun pada kenyataannya Pangeran Vernom tahu jika End sudah kembali terikat di dalam alam bawah sadarnya, yang tentu saja membuatnya menjadi lemas dan perlahan lemas hingga akhirnya kesadarannya pun berkurang dan nyaris menghilang. “Pangeran!” hanya ada suara panggilan tersebut yang terdengar secara samar sebelum akhirnya Pangeran Vernom benar-benar pingsan malam itu di depan kebun hamush. Seperti yang sudah di duga oleh Pangeran Vernom sebelumnya, dirinya terserang dehidrasi dan juga enegrgi, itu disebabkan karena dirinya yang dengan sengaja tidak makan dan minum dan memilih untuk berdiam diri di kamarnya, yang pada akhirnya membuat Pangeran Vernom pun harus di rawat di ruangan tabib istana yang membuatnya tidak diperidzinkan untuk pergi ke mana pun dengan penjagaan ekstra ketat yang membuat dirinya merasa sangat kesal karena harus di jaga seperti itu. … Selama kurang lebih dari lima hari lamanya, Pangeran Vernom tidak pernah beranjak dari atas kasur tabib istana. Hingga pada akhirnya sang tabib pun memperbolehkan sang Pangeran untuk kembali ke tempatnya setelah di rasa bahwa sang Pangeran sudah benar-benar sembuh total dan sehat. Pangeran Vernom berjalan keluar dari ruangan tabib kerajaan dan pandangannya kini bertemu pandang dengan sang Raja yang berjalan menghampiri dirinya. “Kau sudah membaik, Vernom?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Ayah membuat Pangeran Vernom kini menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan yang di lontarkan oleh RAja Abraham dan kemudian membuat sang Raja pun menganggukkan kepalanya dan mengusap rambut sang Pangeran seraya berucap, “Kalau begitu, kau boleh kembali ke tempatmu dan ingat … kau harus mengisi perutmu itu.” ucap Raja Abraham kepada Pangeran Vernom yang kini menganggukkan kepalanya dengan pelan dan kemudian pergi dari hadapan snag Raja menuju ruang kamarnya yang terletak cukup jauh dari ruangan tabib saat ini. Pangeran Vernom berjalan dan menolehkan pandangannya ke arah sekitar istana, dan satu hal yang ia sadari bahwa suasana Istana kini berubah drastism seluruh perabotannya pun bahkan berganti dan berbeda dari yang semula, yang tentu saja membuat Pangeran Vernom merasa sangat aneh. Pangeran Vernom memang sangat ingin bertanya mengenai hal ini, namun ia tidak ingin bertanya terlebih dahulu dan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya untuk kembali beristirahat. Baru saja Pangeran Vernom masuk ke dalam ruangan kamarnya, pandangan Pangeran Vernom kini tertuju kepada sebuah pedang yang tergeletak di atas meja baca miliknya, yang tentu saja membuat dahi Pangeran Vernom kini berkerut dan membuatnya berjalan untuk menghampiri dan melihat pedang milik siapa itu. Ia meraih pedang tersebut dan melepaskan sarungnya untuk melihat ukiran yang indah dari mata pedang tersebut, pandangan tajam Pangeran Vernom kini tertuju kepada sebuah ukiran nama yang sangat jelas ia kenali. ‘Arb Muller’ Membuat Pangeran Vernom pun menyadari bahwa pedang ini adalah pedang sang kakak, yang tentu saja tidak akan ia serahkan kepada siapapun dan akan selalu ia pakai sampai kapanpun. Dimasukkannya kembali pedang itu ke dalam sarungnya dan Pangeran Vernom pun memeluk pedang tersebut dengan erat, “kakak … aku merindukanmu.” ucap Pangeran Vernom dengan pelan, seolah berharap jika Pangeran Arb mengetahui hal itu dan juag merasakan hal yang sama seperti apa yang di rasakan oleh dirinya. … Tidak mudah menghadapi situasi seperti ini, tragedi yang terjadi beberapa malam yang lalu sangatlah mirip seperti tragedi dari Reglus Muller, mereka sama-sama keluar dari Kerajaan setelah sebelumnya melanggar sebuah peraturan, yang tentu saja perbincangan itu sangat hangat yang membuat berita itu terus menyebar di kalangan masyarakat desa dan terus menerus di bahas, seolah pemberitaan mengenai Pangeran Arb dan Pangeran Reglus tidak ada hentinya. Dan bahkan banyak orang yang menyamakan sifat, sikap serta semua yang bisa mereka samakan antara Pangeran Reglus dan Pangeran Arb yang tentu saja menjadi banyak sekali orang yang memercayainya dan mengatakan bahwa Pangeran Arb merupakan titisan dari Pangeran Reglus yang kala itu tidak di ketahui di mana keberadaannya saat ini. Yang etntu saja membuat orang-orang di istana menjadi merasa tidak enak mendengar desas dan juga desus yang cukup meresahkan saat itu. … “Baginda Raja, apa yang harus kita lakukan? Banyak sekali orang yang membicarakan hal yang telah terjadi di wilayah Desa yang membuat kami yang mendengarnya menjadi tidak nyaman.” ucapan yang di lontarkan oleh salah satu pengawal pun, membuat Raja Abraham kini menolehkan pandangannya menatap sang Pangawal dan kemudian menolehkan pandangannya untuk menatap Rezen dan kemudian berucap, “Berikan aku buku peraturan dan juga sebuah pena, Rezen!” ucap Raja Abraham yang kemudian membuat Rezen pun memberikan buku peraturan serta pena yang diinginkan oleh sang Raja. “Aku ingin kau menyebarkan undang-undang ini dan aku yakin semua desas dan desus yang mengganggu tidak akan lagi terdengar di telingat kita.” ucap Raja Abraham seraya menuliskan sebuah pesan di dalam buku peraturan yang kemudian ia beri darahnya sendiri untuk menyetujui dan mensahkan hukum tersebut yang kemudian memberikan buku tersebut kepada Rezen yang kini membacanya sekilas dan menolehkan pandangannya menatap Raja Abraham yang baru saja menyimpan tintanya di atas meja. “Anda yakin dengan hal ini, Baginda?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Rezen pun membuat Raja Abraham menganggukkan kepalanya menjawab dan meyakini keputusannya, yang pada akhirnya membuat Rezen pun menolehkan pandangannya untuk menatap ke arah snag Prajurit dan kemudian menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Kau bisa bacakan undang-undang ini di hadapan seluruh rakyat, dan jika mereka bertanya dari mana asalnya dan pasal ke berapa, katakan bahwa itu berasal dari sang raja di pasal lima satu dua puluh ayat satu dan di situ pula ada hukuman bagi para pelanggar. Kau mengerti??” penjelasan yang di lontarkan oleh Rezen pun membuat sang prajurit mrngangguk mengerti dan kemudian pergi dari hadapan Raja dan Rezen untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh Raja Abraham kepadanya. Saat itu undang-undang yang di tulis oleh Raja Abraham berisikan tentang. ‘siapa saja yang membicarakan orang-orang yang telah terbuang di wilayah Kerajaan Valens dan termasuk dengan Desanya, maka akan di hukum seberat-beratnya hukuman gantung dan seringan-ringannya terusir dari Wilayah KerajaanValens. Tertanda Raja Abraham Muller.’ Pesan itu langsung di bacakan oleh prajurit pemberi kabar kepada semua warga desa yang mendengarkannya di tengah desa yang kemudian membungkam seluruhn warga desa yang sempah menjadi ricuh setelah mendengar peraturan yang menurut mereka tidak sah, namun setelah sang prajurit pemberi kamar menegaskan bahwa ayat serta pasal itu sudah masuk ke dalam buku undang-undang, membuat mereka pun segera mengeceknya dan ternyata peraturan itu pun benar adanya, yang membuat mereka pun akhirnya benar-benar bungkam dan enggan untuk membahas mengenai Pangeran Reglus serta Pangeran Arb. Yang membuat kedua Pangeran itu dikenal sebagai Pangeran terbuang atau mereka sering menyebutnya sebagai Pangeran tanpa nama. Lagi dan lagi, kekuasaan Raja Abraham mampu membungkam seluruh rakyatnya seperti itu, yang tentu saja kedua Pangeran yang semula di kenal sangat tangguh dan kuat pun menghilang begitu saja dan dilupakan oleh banyak orang, yang pada dasarnya mereka mengingatnya namun tidak ada satu pun warga yang berani membahasnya termasuk staff kerajaan. Yang menganggap kedua pangeran itu tidak pernah ada. begitu pun dengan Pangeran Vernom, ia menjadi diam namun sebenarnya ia berusaha untuk mencari tahu kebenaran yang terjadi dengan cepat atau pun lambat. ia tidak membahasnya secara gamblang, namun ia berusaha untuk memerhatikan siapapun yang ia curigai dan termasuk dengan sang Ayah, Raja Abraham.  …  to be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD