Pangeran dan Bukit Legenda

1039 Words
Pagi itu, langit terlihat sangat gelap. Semua orang istana berlalu lalang, seolah mereka tengah mempersiapkan sesuatu hal yang besar yang akan datang sebentar lagi. Pangeran Vernom yang kala itu masih berusia enam tahun dan belum mengerti situasi saat itu pun hanya bisa terduduk dan melihat ke arah kanan dan kiri, memandangi mereka yang berjalan ke sana dan ke mari penuh dengan raut kecemasan yang tidak ia mengerti. “Mereka akan datang!” ucap Raja Abraham, sang Ayah yang kini berjalan dengan cepat bersama dengan Rezen yang menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Ya, Baginda … kabar dari Raja Ginormous seperti itu.” ucap Rezen, yang membuat Raja Abraham kini mendecih dengan kesal dan kemudian memunculkan pedang seraya memanggil sang naga petinggi, ESA yang keluar begitu saja dari lorong besar di samping ruang tempat sang Pangeran Vernom terduduk. “Apa yang terjadi, Ab??” pertanyaan yang di lontarkan oleh ESA, membuat Raja Abraham kini berucap, “Aku memiliki kabar bahwa beberapa naga pembuat onar akan datang dan menghancurkan kerajaan, kita harus segera pergi ke hutan armen untuk menghentikannya, ESA.” ucap Raja Abraham, yang karenanya ESA pun mengangguk-anggukkan kepala, dan menolehkan pandangannya menatap ke arah Rezen seraya berucap, “Bukalah portalmu, Rezen … kita hentikan di perbatasan hutan Armen!” ucap ESA kepada Rezen yang kini menganggukkan kepalanya dan segera membukakan pintu portal untuk mereka bertiga masuk ke dalam portal tersebut dan menghilang begitu saja. Pangeran Vernom yang sedari tadi memerhatikan mereka berbincang pun hanya terdiam kebingungan, namun … ketika ia menolehkan pandangannya menatap ke arah seseorang yang ia ketahui sebagai sang kakak, membuat Pangeran Vernom pun akhirnya turun dari tempat duduknya untuk kemudian berjalan mengikuti langkah kaki sang kakak yang kala itu berusia sepuluh tahun. Langkah kaki Pangeran Arb kala itu berjalan dengan begitu cepatnya, sehingga Pangeran Vernom pun harus berlari kecil untuk bisa mengejar langkah kakinya yang sudah hampir tertinggal jauh di depan sana. Pangeran Vernom tidak mengerti dengan tingkah laku sang kakak yang terlihat sangat aneh hari itu, ia nyaris sama seperti staff kerajaan dan juga sang Ayah yang menghadapi situasi di pagi itu, yang tentu saja membuat Pangeran Vernom kini mengerutkan dahinya dan merasa penasaran dengan hal tersebut. Pagi itu, Pangeran Arb berjalan menuju sebuah bukit yang terletak di belakang Istana Kerajaan, atau yang selalu di kenal sebagai Bukit perbatasan Kerajaan. Tempat yang jarang sekali di kunjungi oleh siapapun, dan termasuk Pangeran Vernom, karena letaknya berada di belakang istana Kerajaan, maka bukit itu jarang di lirik dan jarang di singgahi. Kala itu, Pangeran Vernom melihat bahwa sang kakak, Pangeran Arb berjalan dan menaiki bukit tersebut, karena hawa yang dirasakan oleh Pangeran Vernom tidak enak mengenai Bukit itu, membuat dirinya enggan untuk mendekat lebih lanjut dan hanya bisa terdiam bersembunyi menatap sang kakak yang kala itu berdiri tepat di atas bukit perbatasan Kerajaan itu. Pandangan Pangeran Vernom tidak pernah luput dari sang kakak yang kala itu tengah menoleh menatap jauh ke arah luar perbatasan dan membelakangi dirinya. Merasa penasaran dengan apa yang akan di lakukan oleh sang kakak di atas bukit itu, membuat Pangeran Vernom pun terduduk dan memerhatikannya, ia menunggu dan terus menunggu. Hingga akhirnya, ada sebuah angin yang cukup kencang yang berembus dari arah di mana sang kakak menoleh menatapnya, angin itu berembus dengan kencang yang kemudian mendatangkan sebuah suara gemuruh yang hebat. “Pangeran!!” pandangan Pangeran Vernom kini menoleh menatap Ray yang berlari bersama dengan beberapa prajurit dari arah belakang tempat di mana Pangeran Vernom bersembunyi, Pangeran Vernom mengetahui jika mereka datang untuk menjemput dirinya dan juga sang kakak. “Pangeran Arb!!” panggil Ray kembali kepada Pangeran Arb yang kini menolahkan pandangannya ke arah Ray yang baru saja memanggil dirinya. “TURUNLAH!! Di SANA BERBAHAYA!” ucap RAy kepada Pangeran Arb, yang tentu membuat Pangeran Vernom kini menolehkan pandangannya untuk menatap sang kakak yang kini terlihat tidak memerdulikan Ray yang baru saja meminta sang Kakak untuk segera turun dari bukit itu. “Pangeran!!” panggil Ray kembali, namun kali ini suara Ray lebih keras dari yang sebelumnya, yang pada akhirnya membuat Pangeran Vernom merasa ketakutan dan keluar dari persembunyiannya. Pangeran Vernom takut jika sang kakak terluka di sana, yang membuatnya kini berteriak dengan amat keras, sehingga mengejutkan mereka semua dan termasuk dengan sang kakak. “Kakak!! turun dari sana!!” teriakan yang di lontarkan cukup keras oleh Pangeran Vernom, membuat Ray terkejut dengan kehadirannya yang ada di sana, yang membuat Pangeran Arb pun menoleh dengan kaget ke arah Pangeran Vernom yang baru saja mengucapkan hal itu kepada dirinya. “APa yang kau lakukan di sini?! RAY! Bawa dia pergi!!” ucap Pangeran Arb, yang tentu saja membuat Ray segera berlari untuk memeluk sang Pangeran Vernom yang kini hendak berlari untuk menghampiri sang kakak. “Jangan mendekatinya Pangeran, itu berbahaya!” ucap Ray kepada Pangeran Vernom yang kala itu berusaha untuk melepaskan dirinya dari pelukan Ray, “Kak Arb!” panggil Pangeran Vernom, bersamaan dengan itu … Pangeran Arb kini kembali menolehkan pandangannya ke arah depan sana yang kemudian lima Naga yang cukup besar pun terlihat melesat untuk masuk menuju perbatasan Kerajaan, yang tentunya membuat mereka bersiap untuk menahan kelima naga tersebut. Namun, sebuah hal yang spektakuler pun terjadi, yang tentu membuat Ray serta para prajurit yang di tugaskan hanya bisa menganga tidak percaya dengan apa yang baru saja di lihat oleh diri mereka sendiri. Karena saat itu, Pangeran Arb menghempaskan tangannya ke arah depan. Ke tempat di mana para naga itu tengah melesat untuk menyerang Kerajaan Valens, karena hempasan tangan yang dilakukan oleh Pangeran Arb pada akhirnya melenyapkan mereka semua secara bersamaan. Kelima naga itu hancur lebur menjadi serpihan debu secara bersamaan yang tentu saja membuat Ray serta Para prajurit bertanya-tanya mengenai hal apa yang di lakukan oleh sang Pangeran berusia sepuluh tahun, yang berhasil melumpuhkan para naga pembuat onar hanya dengan satu kali kibasan tangan. Yang pada akhirnya kesaksian dari mereka pun berguna untuk menjelaskannya kepada Raja Abraham dan juga ESA yang kala itu berjaga di perbatasan hutan Armen namun kelima naga itu tidak muncul karena mereka berputar arah. Kehebatan dari Pangeran Arb pun akhirnya di akui oleh ESA dan juga sang Raja, dan bahkan bukit perbatasan yang tidak pernah di lirik oleh semua orang pun berubah dan menjadi sebuah bukit yang mereka sebut sebagai bukit legenda. … to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD