Jalan Buntu serta Saran untuk sang Raja

1792 Words
Malam yang tenang saat itu, tidak membuat Raja dapat memejamkan matanya barang satu jam pun. Saat ini ia terus saja terduduk di atas ranjangnya, mengabaikan sang Ratu yang sudah terlelap di sampingnya saat itu. Pandangan dari Raja Abraham saat ini menoleh ke arah luar jendela, dimana saat itu langit tengah memperlihatkan betapa indahnya bintang-bintang yang kala itu bertaburan di langit malam. Pikiran dari Raja Abraham kini terpusat kepada anak pertama yang ia usir beberapa minggu yang lalu,ia menjadi tidak tenang akhir-akhir ini karena permintaan dari sang Ratu yang menuntut dirinya untuk menghapuskan Tradisi yang menjadi akar permasalahan dari terhukumnya sang anak saat itu. ‘Apa yang harus aku lakukan saat ini??’ itulah pemikiran yang sedari tadi bernari-nari di dalam kepala Raja Abraham malam itu, yang membuat sang Raja pada akhirnya memutuskan untuk pergi dari kamarnya dan memilih untuk berpikir di ruang Kerajaan seorang diri. Itulah keputusan dari sang Raja dan itulah yang di lakukan oleh dirinya sendiri saat ini. Raja Abraham turun dari kasurnya dan berjalan untuk keluar dari ruang kamarnya, ia berjalan dengan mengenakan piama tidurnya dan juga jubah yang sengaja ia bawa untuk kemudian Raja Abraham berjalan-jalan di sekitaran lorong Istana. Berjalan dengan pandangan yang kosong dan pikiran yang terus saja memikirkan apa yang harus dilakukan oleh dirinya saat ini. “Apakah aku harus menuruti permintaan Xiona?? Ataukah aku tetap menjalankan tradisi itu??” gumam Raja Abraham kepada dirinya sendiri, yang tanpa sadar kini sebuah cangkir yang berisikan s**u hangat dan juga biskuit tersimpan tepat di hadapannya yang tengah terduduk dengan tanpa sadar di ruangan makan Istana, yang tentu saja membuat dirinya sendiri terkejut dan dengan segera menolehkan pandangannya untuk menatap ke arah Alexandra yang kini tersenyum ketika ia di tatap dengan terkejut oleh sang Raja. “Kau melamun, Ab.” ucapan yang di lontarkan oleh Alexandra saat itu lah yang pada akhirnya membuat Abraham kini menghembuskan napasnya menanggapi bahwa yang baru saja memberikan satu cangkir s**u hangat dan biskuit lezat adalah pelayan wanita yang dari dulu hingga kini selalu melayani sang Raja. Pelayan yang sama kekalnya dengan sang Panglima,Ray dan dialah Alexandra. “Hah … Alexandra, kau mengejutkanku.” ucap Raja Abraham kepada Alexandra yang kini tersenyum mendengar ucapan yang di lontarkan oleh sang Raja kepadanya, yang akhirnya membuat Alexandra pun kini terduduk di samping sang Raja dan menatap snag Raja seperti seorang ibu yang menatap bangga kepada anaknya yang tengah terduduk di sana saat ini. “Ada apa?? kau terlihat sangat gusar akhir-akhir ini.” ucapan yang di lontarkan oleh Alexandra, membuat Raja Abraham kini tertegun mendengar pertanyaan itu, yang membuat Alexandra pun kini menganggukkan kepalanya seolah mengerti dengan kegusaran hati dari Raja Abraham saat ini. “Ada apa?? kau bisa menceritakannya kepadaku, Ab.” ucapan yang di lontarkan oleh Alexandra saat itu lah yang kini membuat Raja Abraham menoleh menatapnya dan kemudian berucap, “AKu sedang merasa bingung saat ini, Alexandra. Aku membutuhkan saran darimu dan Ray.” ucap Raja Abraham, yang karenanya membuat dahi Alexandra berkerut setelah mendengar ucapan dari sang Raja saat itu, “Katakan saja… Ray pasti akan mendengarnya dari pendengaranku juga.” ucap Alexandra kepada Raja Abraham yang kini menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan itu, “Tapi tidak di Istana ini, Alexandra.” ucap Raja Abraham, yang membuat Alexandra kini menghembuskan napasnya dan mengetahui jika ini pasti ada hubungannya dengan sebuah peraturan Kerajaan atau yang lainnya, yang pada akhirnya Alexandra pun menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan yang di lontarkan oleh sang Raja kepada dirinya. “Baiklah kalau seperti itu, aku rasa kita bisa membicarakan hal ini di dalam portal dimensi milik Ray, bagaimana Ab, kau mau pergi ke sana bersamaku??” pertanyaan yang di tawarkan oleh Alexandra kepada sang Raja saat itu pun akhirnya di setujui oleh sang Raja sendiri, yang kemudian karenanya Alexandra pun terbangkit dari duduknya untuk kemudian mengirim sebuah telephati kepada Ray untuk segera membukakan portal untuk dirinya dan juga snag Raja yang katanya ingin menceritakan sesuatu hal kepadanya dan juga Ray. “Ray! Ada sesuatu hal yang mengganggu Abraham saat ini, dia ingin berbicara dengan kita … maka dari itu, bukakanlah sebuah portal dimensi untuk kita agar bisa berbicara dengan leluasa.” itulah pesan berupa telephati yang di berikan oleh Alexandra kepada Ray yang kala itu tengah berjaga untuk memantau Istana. Yang karenanya Ray pun segera membukakan sebuah portal dimensi untuk Alexandra dan juga Raja Abraham, dan memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara satu sama lain, karena yang ia ketahui sang Raja tidak akan pernah meminta saran kepada Alexandra atau pun dirinya jika masalah itu tidak sangat serius. Yang mengartikan jika masalah yang tengah di hadapi oleh Raja Abraham saat ini merupakan sebuah masalah yang sangat serius. … Alexandra dan juga Raja Abraham saat ini masuk ke dalam portal dimensi milik Ray, yang kemudian setelah mereka masuk pun Alexandra segera menolehkan pandangannya ke arah Raja Abraham dan kemudian bertanya, “Jadi … apa yang ingin kau ceritakan kepadaku dan juga Ray, Abraham??” pertanyaan yang di lontarkan oleh Alexandra kepada Raja Abraham saat itu pun, membuat Raja Abraham kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Apakah aku bisa mencabut atau mengganti sebuah tradisi, Alexandra?? Ray??” pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham kepada Alexandra saat itu tentu sangat mengejutkan, yang langsung saja membuat Ray segera membuka portal untuk dirinya masuk dan berhadapan dengan sang Raja yang kini menoleh menatap dirinya yang baru saja datang. “Ada apa, Abraham?? kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu??” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray, membuat Raja ABraham kini berdeham sebelum akhirnya berucap, “Karena aku merasa jika aku sudah tidak sanggup untuk menjalankan tradisi itu, Ray … Alexandra.” ucap Raja Abraham kepada Ray dan juga Alexandra yang kini keduanya menjadi termenung dan terlihat berpikir untuk sejenak. “Sebenarnya, kau memang bisa menghentikan atau mencopot salah satu tradisi, jika memang benar kau sudah tidak sanggup lagi untuk menjalankannya, tapi … tradisi apa yang tidak kau sanggupi itu, Ab??” kini ucapan dan juga pertanyaan yang di lontarkan oleh Ray kepada Raja Abraham, membuat sang Raja kini menghembuskan napasnya dan kemudian ia pun berucap dengan segera, “Tradisi Reaglest, Ray.” jawaban yang di lontarkan oleh sang Raja pun akhirnya sangat mengejutkan bagi Ray dna juga Alexandra yang kini menatap sang Raja dengan penuh keterkejutannya. “Tradisi itu??” tanya Alexandra, dan Raja Abraham kini mengangguk menanggapi pertanyaan yang di lontarkan oleh Alexandra saat itu. … “Apakah aku bisa menghentikannya, Ray??” tanya Raja kembali kepada Ray yang nampak berpikir, karena keinginan yang di ucapkan oleh Raja mengenai penghapusan sebuah tradisi sangat tidak main-main. Pandangan Ray kembali menatap Raja untuk kemudian menatap Alexandra yang juga menatap dirinya saat ini, dan dari pandangan mereka berdua, Ray sangat tahu jika keputusan saat ini jatuh di tangannya. “Saya pernah mendengar sesuatu dari Raja ketujuh ketika ia menuliskan mengenai tradisi Reaglest ini, Abraham. Tapi aku pun tidak yakin jika ini akan berhasil kau lakukan.” ucap Ray kepada Raja Abraham yang kini menatapnya dengan sangat berharap, “Untuk menghentikan tradisi ini, Ray??” pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Raja saat itu, seolah mengharapkan jika memang benar hal yang di dengan oleh Ray merupakan sesuatu yang setidaknya bisa untuk dirinya menghentikan tradisi tidak masuk akal tersebut. Mendengar Raja Abraham bertanya seperti itu, membuat Ray kini menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Raja saat itu, yang kini dengan tidak sabar bertanya seolah dia tidak sabar ingin segera mendengarkannya. “Apa itu?? cepat katakan kepadaku!” itulah yang diucapkan oleh Raja Abraham kepada Ray yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Aidanum.” ucapan yang di lontarkan oleh Ray, kepada Raja Abraham saat itu membuat sang Raja kini mengerutkan dahinya mendengar sebuah nama yang tidak ia ketahui sebelumnya, pandangan Ray kini menatap sang Raja seraya kembali berucap, “Tangga Dewi yang dibangun secara sengaja oleh Raja Muller Vii, adalah kunci dari semuanya. Abraham.” penjelasan yang di ucapkan oleh Ray kepada Raja Abraham saat itu membuat sang Raja kini terlihat berpikir, karena ia tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Ray sang panglima, dan mengetahui bahwa sang Raja belum mengerti dengan ucapannya membuat Ray pun menghembuskan napasnya dan kemudian memperjelas ucapannya kembali. “Jika anda sanggup untuk menghancurkan Aidanum yang sengaja dibuat oleh Raja Muller VII secara sengaja untuk memancing para dewi, maka tradisi itu pun tidak akan bisa dijalankan lagi.” ucap Ray menjelaskannya secara rinci kepada Raja Abraham yang kini tersadar dengan ucapan itu. “Oh! Jadi … aidanum adalah tangga yang sengaja di buat oleh Raja Muller VII untuk menculik para dewi??” pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham saat itu membuat Ray kini menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan  itu. “Ya, anda benar, Baginda.” ucap Ray kepada Raja Abraham yang kini mengerutkan dahinya kembali dan berpikir lagi. “Jadi … kuncinya hanyalah tangga itu, jika tangga itu hancur maka kita tidak akan melaksanakan tradisi Reaglest lagi??” gumam Raja Abraham kepada Ray yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan dan juga gumaman yang di lontarkan oleh sang Raja kepada dirinya. “Jadi … aku hanya harus mencari cara untuk menghancurkan tangga tersebut tanpa ketahuan oleh ESA… tapi bagaimana??” gumamnya lagi, dan kali ini Ray tidak memberi saran maupun masukan, ia membiarkan sisanya diserahkan kepada sang Raja, dan itu pun dilakukan juga oleh Alexandra yang kini tersenyum menanggapinya. “Anda harus mencari caranya sendiri untuk bisa menghancurkannya tanpa ketahuan oleh naga petinggi, Ab.” ucap Ray menambahkan kepada sang Raja yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. Pandangan Raja Abraham saat ini tertoleh menatap Alexandra dan juga Ray yang berada di hadapannya, “Terima kasih karena mau mendengarkanku dan mau membantuku … Alexandra, Ray … kalian memang dapat aku andalkan.” ucap Raja Abraham berterima kasih dan memuji Ray serta Alexandra yang kini bersama-sama terkekeh mendengar ucapan serta pujian yang diberikan oleh Raja Abraham kepada mereka berdua. “Kau tahu?? kau masih seperti seorang anak kecil yang harus kami bimbing, jadi … jangan pernah segan untuk meminta bantuan kami terutama hal yang memberatkan seperti ini.” ucapan yang di lontarkan oleh Alexandra saat itu pun membuat Raja Abraham kini tersenyum dan menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan tersebut. “Terima kasih.” ucap Raja Abraham, dan kini giliran Ray yang menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Yeah … karena semua sudah beres, idzinkan saya untuk pergi kembali berkeliling istana. Banyak sekali hal yang harus saya pantau saat ini.” ucapan yang di lontarkan oleh Ray pun membuat Raja dan juga Alexandra kini menolehkan pandangannya menatap Ray yang mengeliat di tempatnya, Raja Abraham pun mengangguk seraya tersenyum untuk menanggapi ucapan dari Ray yang baru saja berpamit untuk pergi, dan setelah anggukan dari sang Raja pun, Ray segera pergi meninggalkan mereka berdua dengan sebuah pintu portal yang terbuka untuk mereka berdua segera pergi dari portal dimensi itu. …  To be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD