Sadness 2

1174 Words
Merasa bahwa pertanyaannya tidak di gubris oleh sang permaisuri, pandangan Raja Abraham pun kini menolehkan pandangannya untuk menatap ke arah Rezen, yang kini juga menatap sang Raja, seolah Rezen penasaran dengan tindakan yang akan diberikan oleh sang Raja kepada Ratu saat ini. “Xiona, aku berbicara denganmu saat ini!” ucap Raja Abraham kepada snag Ratu, yang masih tetao tak bergeming menatap dirinya dengan tatapan kosong, yang tentu saja membuat Raja Abraham kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Kau marah kepadaku?? katakan saja kepadaku, apa salahku?? apa yang kau inginkan agar aku bisa mendengar sesuatu darimu.” ucap Raja Abraham kepada Ratu Xiona, yang masih tidak bergeming sama sekali, yang pada akhirnya membuat Ray pun bergeming setelah ia merasa bahwa ESA tengah berada dalam perjalanannya menuju ke ruangan kerajaan saat ini. “Yang Mulia Ratu, jangan mendiamkan Rajamu seperti ini, itu merupakan sebuah penghinaan.” ucap Ray kepada Ratu Xiona yang kini bereaksi dan melirik Ray dengan cukup tajam, “Jangan pernah ikut campur urusanku dengan suamiku Ray!” ucap Ratu Xiona berucap kepada Ray yang kini menghembuskan napasnya menanggapi ucapan dari sang Ratu, pandangan Ratu Xiona pun kembali tertuju kepada Raja Abraham yang masih menatapnya dengan penasaran, “Kau mengetahui dengan pasti apa yang aku rasakan saat ini, Abraham.” ucap Ratu Xiona kepada sang Raja yang kini mengerutkan dahinya mendengar ucapan yang di lontarkan oleh sang Ratu kepada dirinya, di saat yang bersamaan ESA sang petinggi naga pun datang dengan wajah yang angkuh dengan kepala yang terangkat, yang membuat banyak pasang mata yang ada di dalam ruangan itu kini menoleh menatap dirinya. “Ada apa ini?? aku mendengar hal yang tidak enak saat ini.” ucap ESa bertanya kepada Raja Abraham yang kini menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh ESa saat itu, “Tidak ada ESA, Xiona hanya membutuhkan seorang teman … aku akan mendatangkannya langsung dari Kerajaan Clairchanter agar dirinya tidak merasa bosan.” ucapan yang di lontarkan oleh sang Raja kepada ESA tentu saja membuat Ratu Xiona kini bereaksi, dirinya sangat marah karena sang Raja tidak mengatakan yang sejujurnya kepada petinggi naga tentang apa yang tengah terjadi di antara dirinya dan juga sang Raja saat ini. Tak ada yang bisa di lakukan oleh Rezen dan Ray selain menunduk dan terdiam, mereka berusaha untuk mengikuti aturan yang sudah di tuliskan di dalam buku peraturan saat itu, namun tidak dengan Ratu Xiona yang kini dengan kesalnya menatap sang Naga petinggi dan juga sang Raja dengan geram. “Jangan samakan Saya dengan Ibumu, Abraham!” ucapan yang dilontarkan oleh Ratu Xiona mengejutkan banyak pihak dan termasuk ESA yang kini menatapnya dengan tajam, namun Ratu Xiona bukanlah seorang wanita lemah yang takut dengan ESA saat itu. Ia tidak selemah itu. “Saya bukanlah Ibumu yang akan menjadi senang setelah kau memberikan seorang teman, aku tidak akan semudah itu bisa bahagia kembali, Ab.” ucap Ratu Xiona kepada Raja Abraham yang kini menatapnya dengan penuh keterkejutan di sana, “Kau telah membuang kebahagiaanku demi tradisi yang kalian banggakan dan aku membenci itu. Jika kau ingin melihatku bahagia, berikan aku Arb maka aku akan kembali seperti semula, jadi kembalikan anakku!!” ucapan dan juga bentakan yang di lontarkan oleh Ratu Xiona saat itu mengejutkan mereka semua dan tentu saja membuat ESA menjadi murka karenanya. “PEMBANGKANNN!!! KURANG AJAR SEKALI KAU BERKATA ITU KEPADA RAJA!!!” ucap ESA dengan segera mengeluarkan pedang miliknya untuk segera menghukum sang Ratu di ruang Raja saat itu. Dengan gerakan cepat, ESA hendak menebas RAtu Xiona dengan pedang miliknya, namun Rezen tidak akan tinggal diam, ia dengan lebih cepat lagi mengeluarkan pedangnya dan menangkis serangan yang di lakukan oleh ESa yang tentu saja mengejutkan Ray, Ratu Xiona dan bahkan ESA sendiri, sedangkan sang Raja hanya diam dan tak bergeming di kursi singgah sana miliknya. Trang!!! “!!!” menyadari bahwa Rezen menghalanginya dalam menghukum sang Ratu, membuat ESA semakin murka dibuatnya. “REZEN!!! BERANINYA KAU MENGHALANGIKU DALAM MENGHUKUMNYA!” ucap ESA kepada Rezen yang kini menatap matanya sebentar dan kemudian menundukkan kepala seraya berucap, “Maafkan saya karena telah berlaku lancang, Namun Anda pun seharusnya mengerti … Nona Ratu sedang dalam kondisi bersedih karena hukuman yang menimpa Pangeran Pertama, Tidakkah seharusnya anda membiarkannya meluapkan emosinya kepada sang Raja?? karena saya merasa bahwa Baginda pun tengah menerima semua emosi yang diberikan oleh Nona Ratu dan tidak keberatan sama sekali atasnya.” ucap Rezen kepada ESA yang kini mengerutkan dahinya, pandangannya pun kini tertoleh untuk menatap Raja Abraham yang terlihat terdiam dan menerima bentakan yang di lontarkan oleh sang Ratu kepada dirinya, yang pada akhirnya membuat ESA kini mengekeh karenanya dan menggelengkan kepalanya. “Aku tidak percaya … kau dan juga Kepercayaanmu memiliki pemikiran yang selaras untuk melindungi wanita ini.” ucap ESA kepada Raja Abraham yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Aku tidak ingin ada hukuman lagi yang keluar dari dirimu untuk saat ini ESA, dan aku juga akan berbicara dengan Xiona empat mata … jadi, aku ingin kalian pergi meninggalkan kami berdua sekarang.” ucap Raja Abraham dengan nada tenangnya, yang pada akhirnya membuat ESA sempat mendengus kesal sebelum akhirnya pergi dari ruangan tersebut, dan membuat Ray serta Rezen kini menganggukkan kepalanya dan membungkuk hormat sebelum akhirnya pergi dari dalam ruangan itu untuk memberikan ruang kepada Ratu dan juga Raja. … Pandangan Raja Abraham saat ini menoleh menatap Ratu Xiona yang menatap dirinya cukup tajam saat ini, namun dari tatapan tajam itu Raja Abraham tahu persis, kenapa dirinya menatap tajam seperti itu. Di balik tatapan yang tajam itu, Ratu Xiona merasa sangat sedih dan hal itu sangat dimengerti oleh Raja Abraham yang kini menghembuskan napasnya menanggapi tatapan itu. “Katakan kepadaku, Xiona … apa yang kau inginkan saat ini?” ucap Raja Abraham kepada Ratu Xiona yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Arb … aku menginginkan anakku untuk kembali, Abraham.’ ucap Ratu Xiona kepada Raja Abraham yang kini memejamkan matanya dan kembali menghembuskan napasnya, yang kemudian berucap, “Tidak dengan yang satu itu, Xiona … mengertilah, aku tidak bisa melanggar hukuman yang telah diberikan oleh ESA kepada Arb.” ucap Raja Abraham kepada Ratu Xiona yang kini terlihat menahan tangisnya dan kemudian menghembuskan napasnya untuk menghentikan air yang hendak keluar dari kedua matanya saat itu. “Kalau begitu, aku menginginkan satu hal … Abraham.” ucap Ratu Xiona kepada Raja Abraham yang kini mengangguk untuk menanggapi permintaan yang akan dilontarkan oleh Ratu Xiona saat itu, “Katakan kepadaku, apa yang kau inginkan selain Arb, Xiona.” ucap Raja Abraham kepada Ratu Xiona yang kini menatapnya dengan tatapan menuntut seraya berucap, “Aku ingin kau menghapuskan tradisi yang menjadi akar permasalahan dari perginya anak kita, Abraham.” ucapan yang di lontarkan oleh Ratu Xiona membuat Raja Abraham terkejut bukan main, tatapan sang Ratu kini terlihat begitu menuntut dan mengharapkan jika Raja Abraham pasti akan menghapuskannya demi Ratu Xiona saat itu. “Hapus lah Tradisi Reaglest itu.” itulah permintaan yang di lontarkan oleh Ratu Xiona, yang mempu membuat Raja Abraham membatu untuk waktu yang cukup lama di atas singgah sana miliknya.  To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD