Healing

1129 Words
“Apa?! Baginda Raja menjadikanmu sebagai Calon Raja?!” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash yang kala itu baru saja menjelaskan apa hukuman yang diterima olehnya pada saat itu pun menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. Dan tentu saja mengejutkan Adalard yang mendengarnya saat itu. “...” Pangeran Ilyash terlihat tidak banyak bereaksi saat itu, namun Adalard tahu pasti jika Pangeran Ilyash lebih tertekan dengan hukuman yang akan di jalani olehnya saat ini, yang tentu saja menjadi seorang Raja merupakan hal yang tidak mudah. “Pangeran … apakah anda merasa khawatir tentang hukuman ini? Kau bisa bercerita kepada saya, jika anda ingin!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini terduduk dengan lemas di ruang laboratorium miliknya itu dan kemudian menganggukkan kepalanya dan menampakkan wajah takut, bercampur dengan khawatir dan juga yang lainnya di sana. “Aku merasa takut, Adalard … aku merasa jika aku tidak pantas untuk menjadi seorang Raja nantinya!” jelas Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini menghembuskan napasnya menanggapi hal itu dan kemudian membuatnya menggelengkan kepala. “Tidak Pangeran … jangan pernah merasa jika anda tidak pantas untuk menjadi seorang Raja, anda bisa melakukannya … aku yakin itu!” jelas Adalard berusaha untuk menenangkan Pangeran Ilyah, namun nampaknya Pangeran tidak merasa jika perkataan itu membuatnya tenang, yang pada akhirnya ia hanya menghembuskan napasnya seraya menggelengkan kepala untuk menanggapi ucapan dari Adalard di sana. “Eum … kapan penobatan itu di laksanakan, Pangeran?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash kini berucap, ”Satu minggu dari hari ini!” ucap Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Saya rasa, satu minggu adalah waktu yang cukup untuk merefresh semua pikiran anda, agar setidaknya anda tidak terlalu tertekan di sini. Benar bukan?!” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash kini mengerutkan dahinya menanggapi pernyataan itu. “Apa yang kau maksud, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash di sana, membuat Adalard kini tersenyum dan kemudian berucap, “Rezen memerintahkan saya untuk membawa anda jalan-jalan, dan setidaknya menyegarkan pikiran anda!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kembali mengerutkan dahinya lagi seraya kembali bertanya, “Apa yang akan kita lakukan?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash kala itu pun membuat Adalard kini mengeluarkan sebuah alat pancing dari balik bahunya dan kemudian berucap, “Memancing di sungai isen! Ini adalah ide yang disarankan oleh Rezen!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini semakin mengerutkan dahinya menanggapi hal itu. … Sore itu, seperti yang di sarankan oleh Adalard, Pangeran Ilyash pun berjalan bersama dengannya untuk memancing di pinggir sungai Issen. Dan sesuai dengan apa yang di sarankan, menurut Pangeran Ilyash itu sangat-sangat menyenangkan. “Aku mendapatkannya lagi!” sebuah seruan yang di serukan oleh Pangeran Ilyash dengan senang sore itu kepada Adalard pun membuat Adalard yang tengah memancing di pinggir sungai saat itu, membuat dirinya kini tersenyum dan menganggukkan kepalanya menanggapi seruan Pangeran Ilyash yang kala itu berhasil mendapatkan kerang di pinggir sungai. Itu persis seperti apa yang di katakan oleh Rezen kepada Adalard, alih-alih memancing Pangeran Ilyash pasti akan mencari kerang air tawar, karena dirinya tidak akan tega untuk menangkap ikan karena ia merasa menangkap ikan hanya akan melukainya, meski pun Pangeran Ilyash sendiri bisa menyantap olahan ikan yang selalu di masak oleh Alexandra setiap malamnya. “Pangeran, apakah anda ingin saya membakar ikan hasil tangkapannya? Saya rasa akan lezat dan segar jika kita langsung mengolahnya!” ucap Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini menoleh menatapnya dan kemudian menganggukkan kepala untuk menjawab hal itu. “Yeah, itu akan sangat menyenangkan memakan ikan segar! Apakah kau membawa sayuran untuk menemani ikannya, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash pada saat itu membuat Adalard terkejut mendengarnya, “Eum … saya lupa membawanya Pangeran, apakah saya harus kembali untuk membawa sayurannya?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash kini menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian berucap, “Tidak perlu! Kita bisa memetik beberapa jamur di hutan!” jelas Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Baiklah, kita akan mencari jamur itu bersama! Saya tidak pandai memilih jamur yang baik, Pangeran!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. … Tidak lama dari sana, Pangeran Ilyash pun beranjak dari dalam sungai Issen membawa satu ember penuh kerang air tawar, yang kemudian meminta Adalard untuk merebuskan kerang itu agar bisa di santap. “Adalard, rebuslah ini! Selagi menunggu kita petik jamurnya!” ajak Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian berucap, “Baiklah … saya akan rebuskan, Pangeran!” ucap Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini menganggukkan kepalanya. Dan setelah Adalard merebuskan kerang-kerang itu, dirinya dan juga Pangeran Ilyash pun akhirnya poergi bersama menuju hutan untuk mencari jamur hutan yang setidaknya aman untuk di konsumsi, dan Pangeran Ilyash lah yang bisa memilih jamur mana yang baik dan jamur mana yang beracun. “Pangeran, Apakah jamur ini bisa kita konsumsi?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat Pangeran Ilyash kini menolehkan pandangannya untuk menatap ke arah Adalard yang kala itu menunjuk sebuah jamur berwarna merah dengan titik-titik putih yang ada di permukaan atasnya, yang kala itu tumbuh di bawah pohon pinus, dan membuat Pangeran Ilyash kini menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu. “Tidak bisa, itu adalah Amanita … kita akan mengalami diare jika kita memakan jamur ini, Adalard!” ucap Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian berucap, “Ah ... kalau begitu aku akan berusaha mengingatnya agar setidaknya tidak menyarankan ini kepada yang lainnya nanti!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu. “Jadi … mana jamur yang bisa kita gunakan untuk kita konsumsi, Pangeran?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard saat itu, membuat Pangeran Ilyash pun menolehkan pandangannya ke kanan dan ke kiri, untuk kemudian menatap ke arah satu pohon yang kala itu di tumbuhi dengan jamur yang lainnhya, yang membuat Pangeran Ilyash pun berjalan untuk mendekati pohon tersebut. “Saya rasa ini adalah jamur yang tepat! Adalard, kita bisa memakan jamur ini!” jelas Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini mengerutkan dahinya untuk kemudian berjalan mendekati Pangeran Ilyash dan menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, ”Baiklah … mari kita konsumsi ini!” jelas Adalard seraya memetiki jamur tersebut. Sore itu, mereka benar-benar menyantap ikan bakar, memasak sup jamur beserta dengan kerang air tawar yang mereka dapati dari sungai Issen yang terletak tidak jauh dari Kerajaan. Dan seperti dugaan Rezen, Pangeran terlihat sangat senang menghabiskan waktu di luar Kerajaan kala itu. …  to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD