Undangan Pertemuan Para Pangeran dan Putri

1337 Words
Beberapa musim telah berlalu dengan begitu cepat, dan sudah seperti tradisi bagi semua Pangeran. Perkumpulan pangeran adalah waktu di mana para Pangeran kembali bersosialisasi dan tidak ada satu pun Pangeran yang akan melewatkan satu momentum ini, karena hal ini hanya akan terjadi setiap tiga satu tahun sekali dan bahkan lima tahun sekali, itu tergantung seperti apa sistem yang akan mereka lakukan di setiap tahunnya. Dan beruntungnya, tahun ini Pertemuan para Pangeran di satukan dengan Pertemuan para Putri. Itu semua di sarankan oleh banyak sekali pihak dan salah satunya Raja dari tempat yang akan menyelenggarakan pertemuan tersebut pada tahun ini, yaitu Raja William Velik dari Kerajaan Es. … “Apakah yang Saya baca ini tidak salah, Adalard?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash yang kala itu tengah berada di laboratoriumnya yang kini baru saja melepaskan sarung tangannya dan meraih surat itu kini menoleh menatap Adalard sang pelindungnya yang kini berdiri di ujung ruangan itu dengan tubuh yang bersandar pada dinding laboratorium itu dan pandangan yang kini tertuju pada seorang anak remaja yang kini berusia genap tujuh belas tahun, yang tidak lain dan bukan adalah Pangeran yang harus ia lindungi setiap harinya. Yang kini menatapnya dengan penuh penekanan jika dirinya harus menjawab detik itu juga, yang pada akhirnya membuat Adalard yang kala itu bersandar pun menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan itu. “Hh … bagus!” ucap Pangeran Ilyash kini meletakkan kembali surat itu di atas mejanya setelah melihat jawaban yang di berikan oleh sang Pelindung kepadanya. Lelaki yang kala itu bersandar memiliki bahu yang sangat tegap, rahang yang tegas, mata yang tajam dengan rambut undermessie berwarna coklat itu membuatnya merasa kesal. Dan tentu saja membuat Adalard mengetahui jika Pangeran Ilyash tengah kesal pagi itu. “Sebenarnya apa yang membuat anda kesal, Pangeran?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu, membuat lelaki bertubuh tinggi dengan bahu yang tidak begitu besar, yang kala itu memiliki kulit putih s**u yang turun dari ibundanya, rambut keriting hitam berponi, dan kedua mata yang terlihat penuh dengan kelembutan di sana, sehingga banyak orang yang menganggap lelaki itu turun dari surga pun terlihat sangat menakutkan ketika memperlihatkan tajamnya mata yang dimiliki oleh dirinya ketika sedang kesal saat seperti saat itu. Anak dengan perpaduan antara ayah dan ibu yang sangat-sangat sempurna, dan itu hanya di miliki oleh Pangeran Ilyash, tidak seperti kedua kakaknya yang lebih menyerupai sang Ayah di bandingkan sang Ibu, Pangeran Ilyash lebih condong menyerupai paras cantik dari sang Ibu dan karisma dari sang Ayah. Namun, karisma itu terhalang oleh sikap peduli dan lembutnya sehingga menciptakan karisma tersendiri bagi orang-orang yang melihatnya. “Bagaimana tidak kesal? Kenapa mereka menyatukan pertemuan Pangeran dengan Putri?? apakah ada maksud tersendiri di dalamnya??” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian berjalan untuk meraih surat undangan tersebut pun kini hanya bisa mengedikkan kedua bahunya dan kemudian berucap, “Yah … saya rasa juga seperti itu, Pangeran!” jelas Adalard, yang kembali membuat Pangeran Ilyash kini mendecih kesal menanggapinya. Mendengar sang Pangeran sampai mendecih seperti itu, membuat Adalard kini menoleh menatapnya cukup terkejut, karena pasalnya sudah lebih dari sepuluh tahun lamanya ia bersama dengan sang Pangeran, baru kali ini ia mendengar sang Pangeran mendecih karena kesal, dan hal itu adalah hal yang langka. “Eum, jadi … apakah anda akan mengabaikannya? Bukankah pertemuan ini sangat jarang terjadi?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Adalard pada saat itu pun akhirnya membuat Pangeran menggelengkan kepalanya dan kemudian berucap, “Saya akan datang, tentu saja!” jelas Pangeran Ilyash kepada Adalard yang kini terkekeh mendengar penjelasan itu, seolah Pangeran memang ingin pergi namun ia tidak suka dengan kehadiran para putri di sana. “Kita ambil sisi positifnya saja pangeran … anda akan bertemu dengan Putri Amanda!” jelas Adalard kepada Pangeran Ilyash yang karenanya membuat sang Pangeran pun menghembuskan napasnya dan menganggukkan kepala menanggapi hal itu. “Baiklah … kita bersiap agar tidak terlambat!” sambung Pangeran Ilyash, yang membuat Adalard kini menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju pintu ruang lab untuk kemudian membukakan pintu tersebut agar Pangeran Ilyash bisa berjalan keluar terlebih dahulu di sana. “Kau bisa bersiap Adalard, dan temui saya di aula depan Istana satu setengah jam dari sini, persiapkan juga kuda untuk kita!” ucap Pangeran Ilyash, yang membuat Adalard kini menganggukkan kepalanya mengerti dengan perintah itu, dan membuat dirinya pun segera berbelok di lorong kerajaan itu meninggalkan sang Pangeran yang masuk ke dalam Istana. … Persis seperti apa yang di ucapkan oleh Pangeran Ilyash kepada dirinya, setelah ia berpisah dengan Pangeran Ilyash, Adalard segera berjalan menuju kamarnya yang kala itu berada di ruang para staff kerajaan, dan tidak seperti orang-orang atau staff yang lain yang memiliki kamar bersama-sama, ia persis diseratakan dengan Ray dan juga Rezen, yang membuat dirinya memiliki sebuah ruang kamar khusus hanya untuk dirinya. Itu semua karena tugasnya lah yang membedakan dirinya dengan yang lain, ia adalah prajurit khusus yang melindungi Pangeran, atau lebih tepatnya pelindung pribadi dari Pangeran Ilyash. Adalard masuk ke dalam ruang kamarnya untuk kemudian mengganti pakaiannya dengan pakaian yang setidaknya senada dengan Pangeran Ilyash pada hari itu, dan hal itu pun membuatnya mengingat hari apakah ini,karena keputusan memilih baju formal akan di tetapkan sesuai dengan harinya, yang menjadikan mereka tidak sulit untuk memilih baju ketika ada undangan mendadak tiba. Dan hari itu adalah hari ke tiga, dari tujuh hari yang di tetapkan, yang membuat Adalard yakin jika Jubah biru dongker yang dihiasi oleh corak naga Silver lah yang akan mereka gunakan untuk keperluan formal di sana. Adalard meraih baju biru itu, yang langsung ia kenakan, dan ia pun tidak lupa menggantikan sarung pedangnya agar senada dengan baju yang ia kenakan saat ini. “Sepertinya tidak akan bagus jika aku menyenadakan sarung pedangku dengan baju!” gumam Adaladr ketika menoleh menatap pantulan dirinya di cermin saat itu, yang pada akhirnya Adalard pun menggelengkan kepala untuk akhirnya kembali memakaikan pedangnya sarung pedang yang biasa dan tidak senada dengan Baju, karena ia merasa jika itu akan terkesan sangat kuno. … Setelah selesai berganti pakaian, Adalard pun langsung berjalan dari ruang kamarnya menuju tempat di mana para kuda di simpan, yang tentu saja dia akan menemui sang penjaga kuda, yang kini menoleh menatapnya seraya tersenyum mengejek ke arahnya. “Biru?? kau akan pergi ke mana, Huh?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh sang penjaga kuda Istana saat itu pun membuat Adalard kini tersenyum dan kemudian berucap, “Saya akan pergi ke pertemuan para pangeran, dan saya di perintahkan untuk membawa dua ekor kuda untuk saya dan Pangeran Ilyash!” jelas Adalard penuh dengan bahasa yang sopan, yang tentu saja membuat lelaki penjaga kuda di sana kini terkekeh dan membukakan gerbangnya seraya berucap, “Bawa lah kuda yang kau butuhkan itu, Adalard! Jangan pernah memerintahku melakukannya untukmu!” ucap penjaga kuda yang kini tersenyum masih dengan senyuman yang mengejek Adalard saat itu. “Dia tidak membutuhkan kuda, tapi Saya yang menyarankannya untuk membawa kuda, karena saya ingin … Paman!” sebuah ucapan yang kala itu di lontarkan oleh Pangeran Ilyash yang kala itu berdiri di ujung lorong yang menghubungkan Istana Samping dengan tempat kuda, pun membuat Adalard dan sang Penjaga kuda kini menoleh menatapnya yang kini berdiri dengan baju rapinya dan juga pedang yang ia bawa di samping pinggang kirinya, yang tentu saja mengejutkan sang penjaga kuda di sana. “Oh, ampuni saya Pangeran! Saya tidak bermaksud lancang!” jelas Penjaga kuda di sana, namun sepertinya Perasaan sang Pangeran sedang tidak baik saat itu, yang membuat sang Pangeran kini hanya menatap dirinya dan kemudian berucap, “Segera keluarkan dua kuda, saya tidak ingin berlama-lama lagi!” jelas Pangeran Ilyash, yang tentu saja mendatangkan tanda tanya di dalam pikiran Adalard pada saat itu, karena lagi dan lagi ini adalah kali pertamanya Pangeran Ilyash memperlihatkan raut itu di hadapannya dan juga sang Penjaga kuda. Yang tentu saja hal itu membuat sang Penjaga langsung membawa dua ekor kuda ke hadapan sang Pangeran dan juga Adalard. Dan pada akhirnya keduanya pun segera pergi dari sana menaiki kuda istana. …  To Be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD