Penantian Pelaksanaan Penghancuran Aidanum

1110 Words
Hari itu merupakan hari di mana langit di wilayah kerajaan Valens tidak seperti biasanya, langit yang seharusnya cerah memperlihatkan yang sebaliknya. Awal gelap mendominasi wilayah itu, namun hujan tidak kunjung datang, yang tentu saja mendatangkan sebuah pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya terjadi oleh para warganya. Angin berembus dengan cukup kencang dari arah timur ke barat yang tentu saja membuat para warga merasa aneh karena ini bukanlah waktu untuk angin tersebut berembus. “Apa yang sebenarnya terjadi?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh salah satu pedagang roti kepada sang pembawa kayu bakar yang kini menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan dari sang pedagang roti di sana. “Apakah ada sesuatu hal yang akan terjadi?” itu lah yang ditanyakan oleh pemuda pembawa kayu bakar tersebut kepada sang pedagang roti yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian berucap, “Semoga saja tidak ada!” jelasnya. Sementara itu, di dalam kerajaan. Sang Raja tengah terduduk dan menoleh sesekali menatap awan hitam yang berjalan dengan perlahan ke wilayah mereka saat itu, dan kembali ia menghembuskan napasnya dan menerka-nerka apakah ini merupakan hari mereka beraksi? Karena Abraham sendiri tidak tahu kapan kedua naga itu akan beraksi untuk menghancurkan Aidanumj di sana. “Baginda!” sebuah panggilan yang di lontarkan oleh Rezen pada saat itu pun menyadarkan lamunan dari Raja Abraham yang kini menolehkan pandangannya ke arah Rezen yang ternyata kini tengah berdiri tepat di samping seorang Raja yang amat ia kenali. Raja yang berasal dari negeri yang terletak di barat laut yang tentu saja tembus hingga Barat Daya. Kerajaan terbesar dan banyak disegani, ialah kerajaan Shan Ghwa. Dan tepat di hadapannya saat ini, Raja dari Kerajaan Shan Ghwa tengah berdiri, yang tentu saja membuat Raja Abraham terkejut atas kedatangannya yang tidak ia ketahui saat itu. “Kakak!” ucap Raja Abraham kepada Raja dari kerajaan Shan Ghwa yang kini terkekeh melihat raut terkejut dari Raja Abraham. “Saya tidak tahu jika anda akan seterkejut ini melihat kedatangan Raja HanXi lan, Baginda!” jelas Rezen kepada sang Raja yang kini menoleh menatap Rezen dengan kesal seraya berucap, “Kenapa kau tidak memberitahukan jika Kakak akan datang hari ini, Rezen?!”tanya Raja Abraham seraya berjalan mendekati Raja HanXi Lan yang kemudian memberikan pelukan hangatnya kepada sang Raja yang memiliki darah yang sama dengannya, mereka adalah keturunan yang sama, yang menjadikan mereka sebagai adik-kakak jauh sebelum mereka lahir sebagai masing-masing pemegang tahta kerajaan yang berbeda setelahnya. “Tidak … tidak … Ab, aku yang memerintahkan Rezen untuk tidak memberitahukan ini kepadamu. Aku kemari hanya ingin mengunjungi desa untuk mendapatkan beberapa cinderamata yang diinginkan oleh kerabatku, tapi karena istriku ingin bertemu dengan Xiona, maka tidak ada alasanku untuk tidak mengunjungimu karenanya!” jelas Raja HanXi Lan kepada Raja Abraham yang kini berjalan dan mempersilahkan Raja HanXi lan untuk duduk di sana, yang tentu saja membuat Raja Abraham kini terkejut mendengar penjelasan yang di lontarkan oleh Raja HanXi Lan. “Apa?? Teganya kau datang kemari dan berniat untuk tidak  menemuiku, HanXi Lan!” ucap Raja Abraham kepadanya yang kini membuat Raja HanXi Lan tertawa ketika mendapati jika sifat asli dari Raja Abraham akhirnya keluar juga di hari itu kepadanya. “Hahaha … tolong jangan ambil hati akan hal itu, adikku! Aku tidak ingin merepotkanmu hanya karena aku menginginkan beberapa cindera mata dari desamu!” jelas Raja Hanxi Lan kepada Raja Abraham yang kini menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Yah … aku tentu merasa seperti itu, aku tentu akan direpotkan karena kau mengatakannya, terima kasih karena tidak memberitahuku sebelumnya, Kakak!” jelas Raja ABraham kepada Hanxi Lan dan hal itu membuatnya kini terkekeh mendengarnya dan menggelengkan kepala. “Lalu … bagaimana pendapatmu mengenai aku saat ini, kakak?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham, membuat Raja HanXi Lan kini menolehkan pandangannya menatap Raja Abraham yang terlihat tidak seperti biasanya, yang tentu saja membuat Raja HanXi Lan mengetahui dengan pasti maksud dari pertanyaan yang di lontarkan oleh Raja Abraham pada saat itu. “Kau tidak seperti mereka … setelah kejadian itu, tak ada lagi Raja yang menghubungi diriku selain kau … dan tentunya Ginormous sendiri memberiku pesan jika ia kecewa dengan keputusanku ini mengenai Arb. Meski sebenarnya aku juga bisa membalikkan fakta bahwa ia yang diam saja ketika kak Zhumon menghilang, namun tak ada keberanian bagiku untuk mengirim hal itu dan memilih untuk diam seperti boneka bodoh yang menunggu diperintah oleh ESA.” sambung Raja Abraham kepada Raja HanXi Lan, yang tentu saja membuat Rezen kini menolehkan pamndangannya ke arah sang Raja, mengetahui jika sebenarnya ia juga tidak ingin bertindak seperti itu dan berusaha untuk mempertahankan Pangeran Arb, namun ia tidak memiliki kuasa penuh atas pengadilan yang berkuasa di kerajaan itu, sehingga Raja pun pada akhirnya akan tunduk pada hukum serta sang penghukum. Melihat terdapat kesedihan di dalam diri Raja Abraham pada saat itu, membuat Raja HanXi Lan kini tersenyum dan menganggukkan kepalanya seolah mengerti perasaan kalut yang dirasakan oleh adik jauhnya yang sati itu, yang membuatnya kini berjalan menghampirinya dan menepuk bahu Raja Abraham untuk menenangkan dan memberi semangat kepadanya kala itu, sedangkan Rezen hanya terdiam dan tidak berkutik sama sekali di hadapan mereka saat itu, berusaha untuk tidak mencampuri urusan dari kedua Raja yang ada di hadapannya saat ini. Ini bersifat pribadi dan Rezen selaku kepercayaan hanya bisa mendengar dan menyimpannya sebagai rahasia antar ketiganya di sana. Rahasia di mana sebenarnya Raja Abraham sangat sedih atas terusirnya Pangeran Arb. Anak lelaki yang selalu ia banggakan kepada siapapun, yang karenanya banyak sekali kerajaan yang menghakiminya sebagai seorang Raja Bodoh yang tidak punya otak serta perasaan yang begitu saja membuat Pangeran terhebatnya, dan juga sang Raja yang tidak memiliki perasaan. Namun, sebenarnya tak ada yang tahu jika ia juga terikat dengan itu semua dan tidak bisa bergerak dengan bebas, yang membuat Rezen merasa jika Raja Abraham memang membutuhkan seorang teman yang selalu mendukungnya, dan ia sendiri pun memutuskan untuk menjadi orang itu. Siang itu, Raja HanXi Lan membuat sebuah Barrier Blue lotus* untuk Raja Abraham, membiarkan  adik lelakinya menangis sepuasnya menyesali semua hal yang telah terjadi di dalam sana agar setidaknya Hyuz* yang selalu ditahan oleh Raja Abraham agar tidak bocor dan tak diketahui oleh siapapun. … To Be Continue.    Barrier Blue Lotus* Barrier ini adalah barrier penenang, gunanya bukan untuk melindungi namun untuk memberikan rasa ketenangan akibat dari wangi blue lottus yang memang memberikan efek penenang. Barrier ini adalah barrier ciptaan Hanxi lan sendiri, ketika umurnya menginjak 10 tahun.   Huyz* (Armenia) yang berarti emosi. Seorang keluarga kerajaan, baik raja maupun anak-anaknya tidak diperbolehkan menunjukkan Huyz (emosi) mereka kepada siapapun, karena itu akan memengaruhi dengan jelas langit Kerajaan mereka dan dapat dijadikan kesempatan bagi musuh untuk mengetahui situasi kerajaan saat itu. Merah yang mengartikan marah kelabu yang mengartikan kesedihan dan duka. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD