Bab 6

1120 Words
Ira berboncengan dengan Dhav dengan aura bahagia dan sambil bercanda, Alan hanya melihat keakraban mereka dari dalam mobil lalu sopirnya menjalankan mobil untuk segera pulang ke rumah. “Kamu sudah pulang?” tanya Saira begitu melihat Alan yang hendak masuk ke kamarnya. “Iya Ma.” “Bukannya tadi kamu pergi sama Debi? Debinya mana?” tanya Saira lagi. “Sudah pulang duluan, Alan masuk dulu ke kamar dulu ya Ma,” ucap Alan yang masuk ke kamar dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur. ... Ira dan Dhav telah sampai di rumah Ira, “Terima kasih banyak ya, kamu sudah tunggui aku dari tadi, terus kamu juga anterin aku,” ucap Ira sambil melepaskan helm dan memberikan pada Dhav. “Sama-sama, salam ya untuk Mama kamu, aku pulang dulu.” “Iya, hati-hati di jalan Mas Dhav,” ucap Ira yang membuat Dhav terkesima dengan apa yang baru dia dengar. Dhav pulang dengan hati bahagia, sedangkan Ira masuk menemui Mamanya. “Mama,” panggil Ira. “Iya, Mama di sini,” jawab Siti dengan suara lemah. “Mama sakit?” tanya Ira yang menghampiri Mamanya yang berbaring di kamar dia sendiri. “Tidak kok, Mama Cuma istirahat.” “Mama sudah makan? Kalau belum biar Ira ambilkan.” “Tidak usah, kamu baru pulang kerja, kamu pasti lelah, biar Mama sendiri yang ambil.” “Tidak apa-apa Ma, Ira masih kuat, sebentar ya, biar Ira ambilkan dulu,” ucap Ira yang bergegas ke dapur lalu menyiapkan makanan ala kadar untuk Mamanya dan membawa ke kamar. “Ini Ma, Ira suapin ya,” ucap Ira yang tidak peduli dengan penolakan dari Mamanya. “Kamu masih lelah, biar Mama makan sendiri saja,” ucap Siti yang hendak mengambil sendok dari tangan Ira, tapi dengan cepat Ira menjauhi sendok tersebut dari tangan Mamanya. “Tidak usah Ma, biar Ira saja,” jawab Ira yang kembali menyuapi Mamanya. “Mama belum mandi ya?” tanya Ira yang melihat Mamanya masih memakai baju yang sama. “Mama tidak kuat mandi, dingin sekali.” “Ira siapkan air hangat, boleh Ma?” tanya Ira kembali. “Tidak, tidak usah, Mama tidak kuat mandi.” “Ya sudah, tidak apa-apa, mandi besok saja,” ucap Ira yang kembali menyuapi Mamanya hingga nasi di piring habis. “Sudah, kamu pergi mandi dulu, Mama istirahat dulu, Mama tidak apa-apa,” ucap Siti yang kembali merebahkan tubuhnya yang terlihat sangat lemas. “Apa kita ke Dokter Ma?” “Tidak, tidak perlu, Mama hanya butuh istirahat.” Ira tak lagi menjawab, dia memang sangat sulit meminta Mamanya untuk mengakui apa keluhan yang di derita oleh Mamanya. “Ya sudah, Ira keluar dulu Ma ya, kalau ada perlu apa-apa langsung panggil Ira.” “Iya Sayang.” Ira masuk ke dalam kamarnya dan membersihkan badannya, setelah semua selesai dia kembali masuk ke kamar Mamanya untuk tidur bersama Mamanya sekalian menjaga Mamanya. *** Dhav baru saja memarkir motornya, seorang perempuan paruh baya langsung mendekatinya. “Kamu habis dari mana saja?” tanya Mamanya Dhav- Indah. “Dari kampus,” jawab Dhav berbohong. “Kamu jangan bohongin Mama, kamu habis bertemu sama Ira? Gadis miskin itu kan?” “Kenapa Mama sepertinya benci sekali sama Ira? Memangnya Ira ada salah apa sama Mama?” “Dia salah, karna sudah dekatin kamu!” “Terserah Mama saja, Dhav bukan anak kecil lagi Ma, Dhav sudah dewasa!” ucap Dhav yang membanting pintu dengan kasar dan masuk ke kamarnya. Mamanya Dhav hanya mendengus kasar, kemudian berlalu pergi. “Apa sih masalahnya sampai-sampai aku tidak boleh dekati Ira,” Dhav mengusap kasar kepalanya, dia dari dulu sudah berdebat dengan Mamanya agar tidak mendekati Ira, hanya karna perbedaan status sosial, Mamanya sampai membatasi pergaulan Dhav. Keesokan harinya. Dhav datang seperti biasanya untuk menjemput Ira. “Selamat pagi tuan putri,” ucap Dhav dengan senyum cengengesannya. “Pagi juga Pak OB, sudah siap untuk bekerja hari ini?” tanya Ira yang keluar dengan penampilan sederhananya. “Oh, tentu, apalagi ditemani sama tuan putri.” “Halah! Kamu pintarnya Cuma menggombal, sebentar ya, aku pamit sama Mama dulu,” ucap Ira yang berlari masuk ke dalam rumahnya dan menemui Mamanya. “Mama, Ira pamit kerja dulu ya,” ucap Ira pada Mamanya yang sedang di kamar, baru selesai mandi. “Iya, kalian hati-hati di jalan ya.” “Iya Ma.” Ira dan Dhav pergi kerja bersama, sesampainya di kantor, Ira mulai menyibukkan dirinya dengan alat pembersih kaca dan sapu. “Permisi Pak, maaf saya mau membersihkan kaca jendela,” ucap Ira yang minta izin pada Alan. Alan yang sedang sibuk dengan pekerjaannya tak sempat menghiraukan ucapannya Ira, sedangkan Ira langsung masuk dan mulai mengerjakan pekerjaannya. “Eh kamu,” panggil Alan yang menyuruh Ira mendekatinya. “Iya Pak, ada apa?” tanya Ira dengan penuh hormat. “Kamu bantuin saya lagi hari ini ya, ini berkas-berkas yang harus kamu diselesaikan hari ini juga,” ucap Alan yang menaruh berkas menumpuk di hadapan Ira, Ira sampai menelan ludah melihat berkas yang sudah menggunung itu. “Tapi Pak, pekerjaan saya belum selesai,” jawab Ira yang memang belum selesai mengerjakan pekerjaannya. “Panggil orang lain saja, dan suruh mereka untuk menyelesaikannya.” “Baik Pak.” Ira segera pergi keluar dan menemui salah satu OB yang lain. “Mei, bisa bantu aku tidak?” tanya Ira pada wanita yang sering minta bantuan padanya. “Ada apa memangnya Ira?” “Kamu terusin pekerjaan aku di dalam ruangan Pak Alan, aku lagi ada pekerjaan lain.” “Di dalam ruangan si Bos ganteng itu?” tanya Meiti pada Ira dengan wajah berbinar. “Iya, kenapa? Kamu suka sama Pak Alan?” tanya Ira dengan menebak. “Hahaha ... kamu ini ada-ada aja,” jawab Meiti yang membuat Ira berpikir sejenak apa maksud jawaban Meiti. “Oo ... aku pikir kamu suka sama Pak Alan,” jawab Ira yang menemukan jawaban dengan pikirannya sendiri. “Iya dong aku suka sama Pak Alan, masak lelaki seganteng dia dan sekaya dia aku tidak suka, ada-ada saja kamu,” ejek Meiti yang membuat Ira melongo. “Hati-hati loh, nanti di jambak sama pacarnya pak Alan,” goda Ira yang keluar dari ruangan OB dengan cengengesan karna sudah menggoda Meiti dan membuat Meiti bergidik ngeri membayangkan Debi menyerangnya karna mendekati Alan. Ira kembali masuk ke dalam ruangan Alan, dan tanpa banyak bicara dia mulai mengerjakan pekerjaannya. “Permisi, saya ingin membersihkan kaca Pak,” suara Meiti dari luar ruangan Alan. “Masuk terus Mei,” jawab Ira dari dalam yang membuat Meiti bingung kenapa Ira ada di dalam. Meiti langsung masuk ke ruangan kerja Alan, terlihat Ira sedang duduk berhadapan dengan Alan yang sedang sibuk dengan laptopnya dan juga berkas yang sedang ada di tangan dia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD