Chapter 2. Pria Gila

1087 Words
"Rosie!" "Rosie!" "Bangunlah atau kudobrak kamarmu!" Ah! Aku paling benci dibangunkan dengan cara diteriaki. Bisakah aku tidur lima belas menit lagi? Tadi malam sudah cukup menguras tenagaku. "Rosie!" teriaknya lagi, siapa lagi kalau bukan David. "Aku sudah bangun! Berhentilah meneriakkan namaku," kesalku. "Baguslah, buatkan aku makanan. Aku hampir mati kelaparan karenamu!" teriaknya lagi, dan hal itu cukup membuatku kesal setengah mati. Aku berdiri dari kasur kesayanganku dan segera mencuci muka. Entah mengapa hal tadi malam malah membuatku terngiang-ngiang, apa maksud wanita itu berkata seperti itu? Apa maksudnya bahwa pria berengsek kemarin akan mencariku? Lihat, kan, aku jadi kepikiran karena perkataan wanita itu dan kuharap itu hanya omong kosong belaka. Aku membuka pintu kamarku dan menemukan David sedang menonton TV dan memakan semua snackku. Tidakkah ia berpikir untuk menyisakan snack sedikit untukku, adiknya? "Cepatlah memasak," titahnya dan aku hanya memutar mataku kesal melihat sikapnya. Aku mulai memakai apronku dan memasak telur dan sosis untuk sarapan kami. Setelah selesai aku langsung menghidangkannya dan David dengan tidak tau malunya mencomot sosis milikku dan sosisku hanya tinggal tersisa satu. "Kembalikan sosisku," kataku masih dengan senyum yang terukir di bibir. David masih saja dengan tingkah bodohnya malah memakan sosisku dengan polos. Aku tidak bisa menahannya lagi, sosis berhargaku dicuri begitu saja oleh pria tengik itu. "Dasar sialan kau, mati saja kau b*****h gila!" teriakku dan melempar apronku padanya. "Dasar pelit, tidak bisakah kau melihat kakakmu ini kelaparan? Kau harus tau, pria lebih butuh asupan makan daripada wanita," jelasnya yang entah darimana asal ucapannya itu. Aku menatap hal lain selain David, melihatnya dapat membuatku mati muda di umur 23 tahun. Okay, calm down Rosie. Setelah merasa tenang aku segera melihat David yang menatapku dengan tatapan tanpa dosanya. Aku menghela napas sebentar, "David, silahkan makan sarapanku tapi jika besok kau kutemukan lagi di club dan berteriak ingin terbang maka jangan harap ada kata pulang bagimu. Kau paham? Jadi makanlah dengan banyak dan bersiap-siaplah melakukan kesalahan, lalu aku akan membunuhmu dengan perlahan," ancamku dengan senyuman manis diakhirnya. David kulihat menegak makanannya susah, itu pantas baginya. "Aku akan siap-siap bekerja dan kau! Carilah kerja dasar pengangguran gila!" ejekku lalu pergi menuju kamarku. Aku duduk di kasur dan menyusun kegiatanku di kepala. Aku akan sarapan di kantor dan tidak terganggu lagi oleh David sialan itu. Semangat Rosie! Kau bisa! Aku segera bergegas mandi lalu setelah itu bersiap-siap ke kantor. Aku keluar dari kamar dan mencari kunci mobilku. Perasaan, aku meletakkannya di atas meja kemarin lalu kemana kunci itu kini. Aku merasa ada yang tidak beres, aku tidak mudah lupa dan aku yakin meletakkan di atas meja jadi aku sudah tau sekarang apa yang terjadi. David sialan itu mencuri mobilku! Ah bisakah ia sehari saja tidak membuatku kesal, hari-hariku hancur olehnya. Terpaksa aku harus naik bus hari ini, aku tidak mau memakai taksi itu akan memakan biaya banyak dan kini aku sedang krisis uang karena mengurus David yang tidak berguna itu. Aku segera keluar rumah dan tak lupa mengunci pintu rumahku. Dan anehnya aku menemukan buket bunga lily di meja teras. Aku sangat tidak percaya jika David yang memberikan bunga ini, maka kurasa ada seseorang yang menyukaiku. Aku merasa percaya diri sekali haha. Aku melihat jam di pergelangan tanganku dan s**t! Aku sudah hampir telat sekarang, aku langsung saja berlari menuju halte dan menunggu bus dan sialnya lagi bus yang kutunggu tidak datang, sudah kuduga aku akan terlambat hari ini. Aku sudah duduk pasrah saat ini namun, tiba-tiba ada mobil yang mengerem mobilnya mendadak dan membuat bannya berdecit keras. Mobil itu berhenti di depanku dan seseorang keluar dari mobil yang terbilang mahal itu. Seorang pria tampan dengan mata tajam dan gagah keluar dari mobil itu dan menatapku tajam. Sepertinya aku tidak mengenalnya tetapi kenapa ia menatapku seperti itu, ia menatapku seolah kami saling mengenal. Pria itu duduk di sampingku, anehnya benar-benar di sampingku padahal kursi ini cukup panjang dan luas karena hanya ada aku sendiri di sini sebelum adanya dia. Aroma musknya menyita perhatianku, bau yang fresh seperti hutan dan dedaunan cukup membuatku nyaman. Aku sedikit melirik pria itu dan memilih diam, hingga pria itu berdehem. "Kau mau kemana, Nona?" tanyanya dan aku merasa familiar dengan suaranya seperti pernah kudengar tapi aku lupa dimana. "Nona?" tanyanya lagi dengan sopan. Aku hanya menyerngit dan menatapnya bingung. "Ke kantor," jawabku singkat dan pria itu tersenyum. Aku kembali familiar dengan senyuman itu. "Mau kuantar?" tawar pria itu dan tidak butuh pikir panjang, aku menolak. "Tidak usah, sebentar lagi ada yang menjemputku," kilahku. "Begitukah? Yasudah aku akan menunggu juga," ucap pria itu dan aku tidak mengerti kenapa dia malah mau menunggu. Dengan cepat aku mengambil handphoneku dari dalam tas dan segera mengirim pesan pada David untuk menjemputku di halte bus. Namun balasan yang kudapatkan membuatku kesal setengah mati "Pulang saja jalan kaki." Ingin sekali rasanya untuk membanting handphone ini, sayangnya handphone ini belum lunas. Pria di sampingku tertawa, sepertinya ia melihat pesanku dengan David. Ah, dasar pria tidak tau privasi membuatku kesal saja. Aku segera memasukkan handphoneku ke dalam tas dan menatap ke depan seolah memang menunggu. "Ayolah, aku tau kau tidak menunggu siapa-siapa ... Rosie." Aku terkejut saat ia mengetahui namaku. Aku menatapnya tajam "Bagaimana kau tau namaku?" tanyaku dan kini aku sudah berdiri dari dudukku, tiba-tiba aku takut dengannya. "Bukankah kita sudah bertemu," ujarnya dan itu membuatku kembali bingung. "Kapan?" tanyaku dan ia menatapku lalu tersenyum berbahaya. "Kemarin," jawabnya dan aku menatapnya tidak percaya. Jadi dia salah satu pria b******k kemarin, apa yang ia mau dariku? "Terkejut?" tanyanya yang sudah ia tau jawabannya. "Kau yang berkata padaku bahwa kau tidak akan menyesal bukan?" tanyanya lagi dan kini ia berdiri lalu mendekat padaku dan aku mundur menjauh darinya. "Kenapa? Kini kau menyesalinya?" tanyanya lagi dan tangannya berusaha menarik tanganku dan aku berusaha menangkisnya. Daripada ia berbuat macam-macam padaku lebih baik aku lari dan mengurung diri di rumah selama beberapa hari. Aku berjalan mundur dan langsung berlari dengan sekuat tenaga, dari jauh kudengar dia berteriak, "Sampai jumpa besok!" Hell! Tidak akan ada kata besok untuk dirinya, lihat saja kita tidak akan bertemu besok. Pria gila itu benar-benar mencariku seperti ucapan wanita itu. Aku tidak boleh bertemu dengannya lagi, bisa-bisa ia melakukan hal tidak-tidak padaku. Setelah sampai ke rumah aku langsung masuk dan mengunci pintu rumahku, takut-takut pria itu mengikutiku. Aku melihat melalui jendela dan tidak ada tanda-tanda pria gila itu, akhirnya aku bisa lega. Apa yang membuatnya mencariku? Apakah ia akan membunuhku? Jangan sampai, aku tidak ingin mati muda. Ternyata, wajahnya saja yang tampan tapi sikapnya mengerikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD