bc

A wedding planner

book_age18+
2
FOLLOW
1K
READ
like
intro-logo
Blurb

Gendhis adalah seorang wedding planner. Karirnya cemerlang seiring berjalannya dengan kisah cintanya dengan haikal, lelaki yang menemaninya sejak dari bangku kuliah. Mereka sosok yang membahagiakan. Hingga pada akhirnya...

chap-preview
Free preview
PERTEMUAN
Sore itu, "Sayang, kamu pulang jam berapa hari ini ? Ada lembur ?" Tanyaku kepada Gendhis. Perempuan yang selalu manis kepadaku "Nanti habis maghrib palingan aku juga sudah selesai kok. Kenapa, sayang ?" Tanya Gendhis "Oh, nggak apa - apa. Mau aku jemput ?" Tanyaku melanjutkan. "Mmm... Nggak usah deh, sayang. Kan kamu juga pasti lelah kan ? Kamu jaga badan kamu, jangan dibiarin sering kelelahan. Aku tahu kamu lelaki hebat. Tapi kan tubuh kamu punya hak juga untuk istirahat. Kalo nanti kamu sakit gimana ?" Ucap Gendhis kepadaku menasihati. "Ya, kan ada kamu nanti yang jagain aku." Jawabku sambil senyum - senyum dibalik telepon genggamku "Ih, apa sih kamu. Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu. Pokoknya, kamu harus janji harus jaga kesehatan kamu. Jangan sering telat makan." Jawab Gendhis menasihatiku. "Iya, bawel... Uh, pacarnya siapa sih ini bikin gemes aja nih." Rayuku kepada gendhis sambil manja. "Mmm... Sayang, aku kayaknya terima telpon masuk dulu deh. Nanti aku telepon kamu lagi ya. Nanti aku kabarin kalo udah selesai semuanya, ya !" Ucap Gendhis dari ujung telepon genggamnya. Dia, adalah sosok yang membuatku selalu bersemangat menjalani hari - hariku. Sejak dari sekolah, hingga kuliah dan sampai saat ini kita telah bersama. Naik - turun perjalanan kisah asmara kita pasti ada. Dia sosok perempuan mandiri setelah ibu. Ya, ibuku satu - satunya wanita yang selama ini menghidupi dan menyekolahkanku hingga berada pada posisi saat ini, itu semua berkat ibu. Sejak bapak meninggal, ibu satu - satunya tulang punggung bagi keluarga. Sebelum ibu menikah lagi dengan bapakku saat ini. Beruntungnya aku mampu sekolah tinggi karena selalu mendapatkan beasiswa. Pertemuanku dengan perempuan yang setiap harinya selalu aku tanyakan kabarnya setelah ibuku berawal pada saat kita masih sama - sama dibangku SMA. Kami tidak langsung jatuh cinta, karena pada waktu itu dirinya masih memiliki kekasih. Dan aku, tak ingin hadir sebagai orang ketiga dalam hubungan mereka, selain itu aku memang sedang tak ingin memikirkan hal - hal selain belajar. Duniaku sempit kala itu, 3 tahun kita selalu satu kelas. Kita berdua sering sekali mewakili sekolah untuk ikut partisipasi lomba waktu itu. Akhirnya, kami pun sering bertukar pikiran. Suatu ketika, secara tidak sengaja kami bertemu kembali pada satu universitas yang sama. Hanya saja kali ini kami berbeda untuk mengambil jurusan kuliah. Tetapi kami masih sering bertegur sapa pada saat kami bertemu di kantin atau perpustakaan kampus. Sekar Gendhis Tirtoadmodjo memang berbeda, dia lain dari perempuan yang kala itu sering aku temui di kampus. Banyak hal yang jika aku sebutkan sudah tak lagi menjadi kata, melainkan kalimat. Bagaimana aku tak mengenalnya secara detail ? Karena seringnya kita bertemu saat membahas tugas pada kala itu membuatku sering berbicara dan berargumentasi dengannya. Sebagai seorang perempuan dia adalah sosok yang cukup mampu untuk mengerjakan tugasnya sendiri. Tetapi aku paham betul bagaimana dia, sejak SMA Gendhis memang seperti itu. Ketika dia mampu melakukan semuanya sendiri. Dia pasti akan melakukannya semua sendiri selama ia mampu. Itu salah satunya yang aku sukai darinya. Aku sesekali melirik ke arah jam tanganku. Sebentar lagi sudah masuk waktu maghrib. Bergegas aku raih handphoneku pada saku celana. Aku memulai obrolanku kepada Gendhis lewat pesan singkat untuk mengingatkan dia agar tidak lupa supaya sholat maghrib. Dia tidak pernah lupa akan hal itu. Tetapi aku senang sekali jika aku mampu mengingatkan hal tersebut. Biasanya dia akan tetap singgah pada meja kerjanya sambil menunggu maghrib dan mengumpulkan ide - idenya. Selain itu setiap sore kota ini selalu macet, bising membuat kepala pusing. ***** "Selamat pagi, sayang !" Sapaku… "Hey, pagi sayang... Udah sarapan ?" Tanya Gendhis dari ujung telepon, dan aku bisa menebak rutinitas apa yang sedang dia lakukan. "Udah, tadi sebelum aku mandi. Kamu, habis lari ya ?" Tanyaku balik kepada Gendhis. "Iya, ini barusan aja selesai. Hari ini jadwalnya lari, besok mau ikut kelas yoga pagi sih, sekalian mau berangkat kerja dari sana." Jawabnya "Wah, hebat nih cewek aku yang satu ini. Kayaknya aku bakalan kalah nih kalo lomba lari sama kamu, sayang !" Gombalku "Mmm... Mulai deh gombalannya. Pasti ada yang dipengenin ya ?" Jawab Gendhis dengan menyodorkan pertanyaan curiga kepadaku. "Hehehe.... Tahu aja sih kamu. Iniloh sayang, aku kan ada undangan pernikahan teman kantor. Kamu bisa kan akhir pekan nemenin ?" Pintaku kepada gendhis "Tuh kan beneran apa aku bilang. Nanti aku kabarin ya, akhir pekan ini aku ada acara atau nggak. Tapi seinget aku sih nggak ada acara." Jawabnya sedikit menenangkanku. "Usahain ya sayang, masak sih kamu tega lihat cowok kamu diledekin sama temen - temennya ?" Jawabku "Iya.. iya, aku usahain deh. Apa sih yang nggak buat kamu ?" Jawabnya yang pagi itu membuatku bahagia. "Ya udah aku mandi dulu deh mau siap - siap." "Ya udah aku juga. Makasih ya udah dikasih semangat pagi - pagi gini." Ucapku pada gendhis. Pagi ini aku berangkat menuju tempat kerjaku dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Suara gendhis dari ujung telepon mampu membangkitkan semangatku untuk memulai hariku hari ini. Dia selalu mampu memberikan energi positifnya kepadaku. Beruntung aku memilikinya. Aku tak pernah menjelaskan apapun kepadanya ketika aku telat memberikan kabar, susah dihubungi, atau bahkan seperti menghilang seharian. Dia memahamiku dan juga pekerjaanku. Begitu pun juga aku. Aku tak pernah mempermasalahkan ketika dia hampir lupa denganku seharian berkutat dengan beberapa janji kepada client yang harus ditanganinya. Kita memang sama - sama memahami. Bahka kita adalah pasangan yang tak harus mengikat dengan kabar - kabar melalui telepon setiap menitnya. Untuk itu kita selalu menyempatkan untuk satu hari penuh bersama. Meskipun itu hanya untuk sekedar olahraga bareng di pagi hari saat akhir pekan. Ataupun hanya sekedar makan siang di warung mie ayam langganan kita waktu sekolah dulu. Sesederhana itu gaya pacaran kita. Aku dan Gendhis tak pernah berusaha untuk turut campur dalam meraih mimpi kita masing - masing. Apapun langkah yang kita ambil sebwlum memutuskan aku dan Gendhis pasti akan melakukan rundingan untuk mempertimbangkan baik dan buruknya untuk kedepannya nanti. Diskusi ini yang sebenarnya membuat kita semakin erat. Aku memahami Gendhis sama halnya dia memahamiku. Ketika ada masalah diantara kita. Kita menyelesaikannya di hari itu. Sebab aku dan Gendhis tidak mau saling menjadi beban pikiran masing - masing. Entahlah, sudah berapa hal yang telah kita ributkan. Dari hal yang begitu sepele. Hingga hal yang paling rumit sekalipun. Setelahnya, kita tidak akan membahasnya lagi. Sesederhana itu hubungan kita. Ya, sesederhana itu. *****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
661.7K
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

HOT NIGHT

read
607.1K
bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M
bc

Mrs. Rivera

read
45.5K
bc

LIKE A VIRGIN

read
841.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook