1. Lamaran Yang Romantis
"Will you marry me?", tanya Ryan sambil berlutut dan memperlihatkan sebuah kotak berbentuk hati berisi cincin bermahkotakan permata.
Aku menutup mulutku dengan kedua tangan. Mataku berkaca-kaca. Aku sungguh terharu dengan lamaran Ryan.
Muhamad Ryan, lelaki yang baik dan sopan. Kami sudah berpacaran selama 4 tahun sejak kuliah.
Hari ini adalah hari yang ku tunggu. Hari dimana Ryan melamarku untuk menjadi istrinya.
"Ya, aku mau", sambil menatapnya dengan airmata yang membasahi pipi.
Ryan mengambil cincin itu dari kotaknya dan aku menjulurkan tangan kiriku.
"Cantik", sambil memandang cincin yang melingkar di jari manisku kini.
"Terimakasih Mas Ryan. Aku sungguh bahagia."
"Aku yang harusnya berterimakasih, kamu bersedia menjadi istriku. Aku bahagia. Aku berjanji akan selalu membahagiakanmu."
Kami saling berpelukan sambil melihat indahnya matahari terbenam di pantai lalu Ryan mencium keningku.
"Rani, kamu wanita tercantik dan terindah dalam hidupku. Aku bangga menjadi lelaki yang bisa memiliki hatimu. Dan setelah kita menikah aku bisa memiliki matamu, bibirmu dan tubuhmu. Aku akan bersabar sampai hari itu tiba", sambil mengeratkan pelukannya.
"Iya Mas Ryan. Terimakasih kamu sudah menjaga hasratmu. Aku juga akan menjaga diriku sampai kita resmi menikah nanti dan aku akan menyerahkan seluruh tubuhku ini di malam pertama kita."
Meskipun kami sudah berpacaran 4 tahun. Kami belum pernah berciuman bibir. Kami hanya bergandengan, berpelukan, mencium kening dan pipi. Dan yang paling penting aku masih segel alias perawan.
"Aku boleh mencium bibirmu?"
Aku membalas dengan anggukan. Dan itu merupakan ciuman pertama kami.
Ryan melumat bibirku dengan lembut dan perlahan menyesap lebih dalam. Aku berusaha mengimbangi gerakan bibirnya. Kami berciuman cukup lama sampai akhirnya Ryan mengendurkan lumatannya dan mengakhirinya dengan kecupan.
Langitpun sudah gelap. Kami kembali ke penginapan. Saat ini, kami sedang berlibur ke pulau seribu dan menyewa sebuah kamar tapi kami tidur terpisah karena ruangan kamar cukup luas. Ryan di ruang tamu sedangkan aku di dalam kamar. Kami berusaha menjaga komitmen untuk tidak berhubungan seks sebelum menjadi suami istri yang sah.
Malampun berganti pagi dan kami kembali ke kota untuk kembali berutinitas.
Aku bekerja sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan kelapa sawit terkemuka di kota ini sedangkan Ryan adalah pengusaha rumah makan. Ryan berasal dari keluarga berada. Ayahnya merupakan salah satu pejabat di kota ini sedangkan keluargaku adalah keluarga yang sederhana. Namun ayah dan ibu menyayangiku dan juga menyayangi adikku.