bc

Believe In You

book_age16+
8.6K
FOLLOW
50.0K
READ
drama
comedy
sweet
Writing Academy
like
intro-logo
Blurb

"Kita dijodohkan." Kata pria keturunan Soeteja itu. Tatapan datar, dengan aura yang tidak mudah didekati.

"Ya, aku tak bisa menolak itu." Jawab wanita yang saat ini menggunakan jas putih kebanggaannya.

"Tapi saya tidak bisa menerima itu." Jawab sang pria, tatapannya menyiratkan rahasia yang begitu dalam, membuat wanita cantik di depannya ingin tahu rahasia apa yang tersimpan di gelapnya mata tajam itu.

"Kenapa?" Tanya wanita itu ingin tahu,

"Karena saya bukan pria Soeteja."

chap-preview
Free preview
1
  Siang itu, disaat semua orang sedang duduk santai bersama keluarga di hari Minggu. Berbeda dengan Zia, yang saat ini sedang berkutat dengan segala urusan darah dan perban. Demi apapun!! Ini hari Minggu, tetapi kenapa ia masih mengurusi semua ini. Aissh!! "Dok, sudah?" Tanya seorang perawat bernama Alisha, wanita cantik yang imut sekali hingga ingin Zia cubit saja pipinya. Sadarlah kamu seorang wanita anggun Zia, batinnya. "Sudah, kamu tolong antarkan pasien ini ke kamarnya. Saya mau pulang dulu." Katanya dengan melepas sarung tangan, yang banyak kumannya itu. Tetapi sekali lagi, Alisha menahan langkah Zia. Wajahnya meringis, tanda ia akan kembali membuat wanita berjas putih itu sebal setengah mati. "Satu pasien lagi dok, dia pasien tabrak lari dan baru saja masuk IGD." Cicitnya takut-takut, membuat Zia ingin menjambak rambutnya sendiri. Oh hari Minggunya yang malang, kenapa semua ini terjadi padanya!! Kenapa derita dokter umum sebegini menyedihkan, hingga ia tak bisa istirahat sejak tadi malam, jerit Zia dalam hati. "Dokter Bian belum datang?" Tanya Zia sebal. "Belum, dok." Dan gelengan Alisha, membuat Zia semakin ingin mengumpat saja. Sumpah ya, kenapa hanya dirinya saja yang berjaga hari ini sih. Kemana dokter umum lainnya!!! padahal jadwal jaganya sudah habis sejak tadi pagi. Zia mengerti bahwa dirinya dilarang mengeluh, karena bagaimanapun ini cita-citanya, dan ada sumpah dimana ia harus mementingkan kepentingan pasien dari pada kepentingan pribadinya. "Ya sudah tinggal satu pasien lagikan Alisha, setelah ini panggil dokter Bian untuk segera datang ke rumah sakit!!" Setelah mengatakan itu, Zia segera beranjak menuju dimana pasien yang menghalanginya untuk segera angkat kaki dari rumah penyakitan ini berada. Sungguh Zia ingin merebahkan badannya di atas kasur empuknya, hati dan pikirannya perlu ia istirahatkan sejak semalam. Langkah Zia berbelok menuju IGD dan ia melihat seorang gadis cantik yang sedang meringis kesakitan.   "Bisa saya bantu, mbak?" Tanya Zia ramah, pada seorang gadis yang menunduk kearah kakinya. Kepala itu mendongak menatap Zia yang terpukau melihat kecantikanwanita itu layaknya berbie hidup. Bibir itu masih meringis perih, dengan mata yang berkaca akan menangis. "Lutut saya dok, tadi jatuh dan sekarang gak mulus lagi." Adunya pada Zia yang mengernyit bingung mendengarnya. Kenapa lutut yang tak mulus jadi bahan aduannya, bukan pada luka pada lututnya? Zia menggeleng, lalu berdehem sebentar dan tersenyum ramah sebelum berkata, "Saya lihat sebentar lukanya ya, mbak." Kata Zia ramah. Zia menggunakan sarung tangan steril yang diberikan Alisha, sebelum melihat luka pasiennya.  Zia mulai melihat lutut yang berdarah, dan ternyata hanya luka lecet yang lecetnya hanya segaris tapi aduannya sudah seluas lautan. Ck, anak gadis jaman sekarang. "Ola, kamu gakpapa?" Suara barriton dari arah belakang Zia, membuat wanita 26 tahun itu berhenti melihat luka pasiennya. Dan tak menunggu lama, pria yang memiliki suara sexy itu sudah berdiri menjulang di samping Zia. "Bang Al, hiks Ola jatuh." Adunya lagi yang membuat Zia ingin muntah setengah mati mendengarnya. Zia hanya menggelengkan kepalanya, ya ampun ni cewek apa cetakannya emang begini adanya, ya? Manja amat sumpah deh, batinnya. Zia kembali menegakkan tubuhnya dan bergerak sedikit mundur, memberikan ruang pada pria yang baru datang itu. "Bagaimana, dok?" Tanya pria itu pada Zia. Zia menoleh dan menatapnya langsung. GANTENG!! Satu kata untuk pria yang berdiri menjulang di depannya saat ini. Tampilan resmi, seperti orang kantoran sukses yang mungkin memang sukses, secara kemeja yang digunakan barang branded yang selalu mejeng di butik-butik mewah di Jakarta. Zia mengedip sebentar, "Dok?" "Tidak apa-apa, hanya luka lecet di lututnya." Jawab Zia seanggun mungkin, dan semoga pria tampan ini terkesima melihatnya. "Oh, jadi bisa saya bawa pulang dia sekarang?" Tanyanya lagi, suaranya datar tapi sungguh enak didengar. "Setelah saya mengobati lukanya, anda bisa membawanya pulang." Kata Zia, dan kembali berbalik mengobati luka pada kaki gadis cantik ini. "Bekas gak sih dok?" Tanya gadis berbie pada Zia. Zia mendongak dan tersenyum menjawabnya. "Jika mbaknya gak banyak gerak, pasti lukanya cepat sembuhnya. Kalau bekas gak akan kelihatan kok mbak." Jawab Zia dengan senyum yang tak hilang di wajah lelahnya. Dan gadis itu kembali berbicara, tetapi bukan pada Zia, tapi pada pria yang masih berdiri disampingnya. "Ola gendong ya, bang." Katanya manja. "Iya," jawab sang pria yang membuat Zia ingin mengumpat setengah hati. Sumpah, kenapa pria setampan ini disuruh menggendong dirimu gadis muda. Padahal kaki mu masih sehat walafiat untuk digunakan berjalan. "Sudah, anda bisa membawanya pulang sekarang juga. Saya permisi dulu." Pamit Zia. Dan untuk kesekian kalinya ia tatap wajah tampan itu, hingga ketika bola mata itu membalas tatapan Zia. Zia hanya berpaling dan salah tingkah sendiri. "Terimakasih," katanya datar. "Sama-sama." Lalu Zia berjalan pergi meninggalkan dua pasangan itu dengan hati yang tak tahu bagaimana rasanya. Zia kembali ke ruang yang khusus disediakan untuk istirahat para dokter, lalu mengganti pakaian cepat, dan segera melihat jam yang tertera di ponselnya. Jam tiga sore dan semoga mereka masih betah menunggunya. Setelah dirasa siap, Zia berjalan cepat menuju lobby rumah sakit, mencari taksi yang mungkin bisa mengantarkannya menuju tempat janjiannya berada. Dan ketika ia akan memasuki taksi, mata Zia tanpa sengaja melihat pria tadi, sedang menggendong wanitanya ke luar dari rumah sakit. "Dia sudah milik orang lain." Ucap Zia sebelum masuk ke dalam taxi. *** "Sorry, lama." Ucap Zia dengan nafas putus-putus. Lalu duduk disamping sahabatnya yang sudah memutar matanya malas. "Lama, tau gak!! Nih, liat gue minum hampir habis dua gelas." Gerutu Fafa pada Zia yang meringis mendengarnya. "Iya nih Zia, udah tua dan jadi dokter juga masih ngaret aja kerjaan Lo!" Tambah Raisa, yang namanya seperti nama penyanyi terkenal dan wanita idaman para pria. Dan sayangnya Raisa temannya ini hanya memiliki satu pria idaman, yaitu suaminya sendiri. "Masih 26, gak usah nambahin umur gue setua apa!!" Balas Zia, lalu meminum jus semangka milik Fafa tanpa permisi. Oh segarnya, syukur Zia dalam hati. "Tua lah, dan sekarang jomblo. Oh my God, sumpah hidup Lo drama banget." Fafa kurang asem emang. Omongannya gak disaring dulu. Emang kenapa kalau single? Salah gue gitu? Batinnya. "Gak usah lebay, baru sehari gue jomblonya. Kayak udah setahun aja." Timpal Zia tak terima, dan membuat dua wanita cantik itu tertawa bersamaan. "Setahun lah, kan Lo diselingkuhi hampir setahun. Jadi jomblo Lo udah setahun." Raisa k*****t!! Untung dia cantik, kalau gak udah gue buat jelek aja tu wajahnya. Heran deh, punya dua sahabat bukannya memberikan motivasi dan solusi. Malah membuatnya makan hati. Udah ditikung wanita lain, sekarang diketawain. "Udah diem, Lo! Gak usah ngomoin dedemit sama penghianat itu lagi. Pingin muntah gue ingetnya." Jawab Zia, dan kembali memakan kentang goreng yang membuat cacing dalam perutnya semakin berjoget ria. Mengingat tadi malam ia memutuskan hubungan dengan Dion karena dia kepergok selingkuh dengan wanita lain, membuatnya kembali ingin menangis dalam hati. Oh my seorang Azizia dokter cantik yang pintarnya luar biasa ini, diselingkuhi selama satu tahun, itu rasanya ingin nyakar dua penghianat itu tanpa ampun Setahun, itu lama sekali ya Tuhan. Dan ia dengan b**o'nya ditikung aja dari belakang tanpa tahu-menahu. Padahal ia dan Dion berencana mengadakan lamaran akhir tahun ini, setelah tiga tahun hubungan mereka. "Udah gak usah baper, sana cepet pesen Lo mau makan apa?" Fafa memutuskan lamunan Zia. Zia menatap dua wanita yang menjadi sahabatnya sejak SMA, hingga air matanya kembali tumpah-tumpah juga. "Hua, sumpah hati gue sakit banget tau gak." Zia akhinya menangis di bahu Raisa yang sedikit berisi, menumpahkan segala rasa gundah-gulana yang menyerang hatinya karena pelakor kurang ajar itu. Sumpah demi apapun ia tak terima diginiin, awas aja kalau ketemu ia bejek aja tu muka yang sok kecantikan. Dan jika gak ketemu, ia akan doakan dia jadi perawan tua yang gak bakal dinikahin sama Dion dan semua pria di muka bumi ini hingga di akhirat nanti. "Cup-cup, bu dokter masa iya nangis kejer begini. Malu sama pasiennya dong beb. Lagian nih ya, Lo harusnya lebih bersyukur kan tahu dari awal bagaimana bejatnya si Dion. Jadi Lo gak bakal makan hati lebih lama lagi. Coba Lo bayangin, kalau lo nikah terus dikhianatin. Amit-amit dah semoga kita bukan diantara wanita yang kurang beruntung itu." Ujar Raisa panjang lebar padanya. "Tapi hati gue udah terlanjur sakit banget." Kata Zia tak terima, dengan menepuk dadanya yang sesak sejak kemarin malam. Ya beginilah wanita. Kalau sakit hati, pake acara banget hingga membuatnya ingin mati saja. Tapi Zia bukan salah satunya. Fafa menepuk bahu Zia menguatkan, "Ya udahlah Zi, Lo bisa cari cowok lagi yang lebih ganteng, tajir dan tentunya lebih setia. Dion mah apa, dokter aja masih dokter umum. Belum lagi tabiat tukang selingkuhnya yang gue rasa sampe matipun bakal tetap ketanem di dalam dirinya." "Emang ada cowok begitu?" Tanya Zia, dengan suara yang serak akibat menangis. Ingatkan ia untuk menyumpahi air mata yang turun ini karena manusia penghianat itu. Ah Bunda kenapa Zia menangisi pria j*****m itu sih. "Ada banyak kok, Zi." Jawab Fafa sambil mengambil sepotong kentang goreng lalu memakannya. "Dimana?" Tanya Zia berbinar. Air mata tadi? Sudah ia hilangkan entah kemana. Yang terpenting sekarang target menemukan pria idaman para wanita itu, menjadi prioritas nomor satu. Hello, putus cinta memang menyakitkan apalagi terkhianati. Namun bagi Zia life must go on, guys. "Di novel, hahaha." Zia langsung mendorong saja bahu Raisa kasar. Untung ini di ruangan terbuka, jika tidak sudah ia gulat nih wanita. "Maaf, mbak." Ketika kami masih beradu mulut, seorang pelayang datang dengan membawa sebuah minuman bewarna coklat menuju meja kami. "Iya, mas kenapa?" Ujar Fafa pada pelayan itu yang sedang meletakkan minuman itu di bangku kami. "Loh mas, kami gak pesan minuman ini." Kata Fafa lagi, tetapi Mas itu malah berdiri tegak tanpa mengambil itu minuman. "Tetapi minuman ini sudah dipesankan untuk mbaknya." Kata Mas pramusaji, dan tangan menunjuk Zia sebagai sang penerima pesanan. Lah kok, emang gue sudah pesan ya? batin Zia. "Loh mas, saya belum pesan minuman." Bantah Zia, tetapi Mas itu kembali menggeleng. "Bukan mbak, tapi Mas yang disana yang memesankan. Katanya untuk bu dokter yang sudah membantunya, begitu." Kata Mas itu lagi sambil menunjuk seorang pria yang membelakangi kami. Dan ketika tubuh itu berbalik, mata Zia melebar tak percaya jika pria itu adalah pria yang tadi di rumah sakit. Pria itu balas menatap Zia, lalu mengangguk menyapa sebelum berlalu pergi dengan membawa bungkusan kopi di tangannya. "Gila dia ganteng banget." Kata Raisa pertama kali menggoyang bahu Zia yang masih syok terapi. "Sasaran prioritas tepat sasaran." Timpal Fafa, sambil menepuk bahu Zia yang lain. Dan Zia hanya menghela nafas panjang sebelum berkata. "Tapi dia udah punya cewek guys." Ujar Zia, membuat tarikan nafas panjang dari dua sahabatnya terdengar keras. "Yah, sasaran prioritas taken. Sudah ketikung wanita di awal cerita." Dan jawaban serempak dua sahabatnya itu, membuat Zia tertawa membahana. "Oh guys, kita cari sasaran prioritas lainnya saja." Kata Zia dengan senyumnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
463.0K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
290.2K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.5K
bc

Perfect Marriage Partner

read
810.4K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
471.2K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.5K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
91.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook