Dua

221 Words
Atmojo tidak ingin mengatai putri bungsunya sebagai wanita binal meski itu sangat ingin ia ucapkan. Rasanya terlalu mengejutkan ketika mendapati benda pipih itu menampilkan segaris dua merah yang langsung dirinya pahami; hamil. Putrinya hamil dan Atmojo merasa kecolongan. Selama ini, semua yang menjadi keinginan putrinya selalu ia turuti. Selama ini, seluruh kasih sayang telah ia curahkan demi keberlangsungan hidup putrinya di masa depan. Selama ini, Atmojo pikir, sudah menjaganya dengan baik. Tapi ternyata, apa yang telah dirinya lakukan justru menjadi bumerang bagi putrinya. Putrinya, Senja, hamil. Mengandung bayi yang entah siapa Ayahnya. Karena Senja memilih diam dan menutup mulutnya rapat-rapat. Bahkan jika Atmojo mengamuk, putri bungsunya itu tidak akan sedikit pun membuka mulutnya. "Nduk, Nduk!" Hanya itu yang mampu Atmojo gumamkan. Istrinya, Nawangsih, sudah pingsan lebih dulu sejak berita kehamilan putrinya di dengar. "Bapak ini salah apa tho, Nduk?" Atmojo mengelusi rambut panjang Senja. "Bapak lebih sayang kamu timbang mbak-mbakmu. Tapi kok kowe tega begini sama bapak. Mbok kamu matiin aja Bapak sekalian biar ndak bikin Bapak sakit gini." Senja menggeleng. Meraih tangan keriput Atmojo dan menciumnya lama. "Maaf, Pak. Maaf." "Bapak ndak mau dengar maafmu. Bapak mau denger siapa Ayah anakmu ini. Bilang Nduk! Bapak nggak akan marah." Senja kembali diam. Aliran bening menetes deras dari pipinya. Keterdiaman Senja sudah cukup membuat Atmojo paham. Putrinya siap berjuang sendiri dan menanggung semua akibat ulahnya. "Yo wes. Bapak nggak maksa. Besok Kang Diman yang nganter." []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD