Chapter 1 - She

1258 Words
"Valentine!" Suara nyaring di bagian staf HRD itu membuat gadis manis yang sedang membersihkan kaca itu menoleh dengan senyuman manis yang selalu menghiasi bibirnya. Dia Valentine. Gadis berusia 20 tahun yang putus sekolah karena tak memiliki biaya. Selama 3 tahun terakhir, dia memang bekerja paruh waktu sebagai Office girl juga pelayan di sebuah restoran. Valentine memang tipe wanita pekerja keras dan tak mau merepotkan orang lain. Di usia semuda itu, Valentine yang baru lulus dari bangku SMA langsung memilih mendaftarkan diri sebagai seorang OG di salah satu perusahaan besar di London. Ya, di sini. D’orion Company. Vale membuang jauh-jauh harapannya untuk menikmati masa muda dan kuliah. Kehidupan keluarganya yang tidak mampu, membuat Valentine memilih jalan mengorbankan cita-cintanya walaupun dia memiliki beasiswa karena dia tergolong siswi yang cerdas. Gadis bernama Valentine itu mendekat. Beberapa anak rambutnya yang dia ikat asal, berjatuhan menutupi pipinya yang bersemu-semu merah sehingga menambah aura kecantikannya. Valentine itu cantik. Siapa pun pasti akan mengakuinya. "Iya, Bu. Ada apa?" tanya Valentine dengan lemah lembut membuat wanita yang memanggilnya tadi tersenyum manis. Gadis manis itu memang selalu membuat orang-orang yang berada di dekatnya kagum dengan perangainya. Selama ini, Valentine memang pekerja yang selalu taat akan aturan dan tidak pernah membolos. "Beberapa menit lagi, akan ada kunjungan Bos besar. Tolong, kaca dan lantainya, harus dibersihkan lagi--sebersih mungkin. Nanti gajimu, saya beri tambahan. Oke?" Valentine mengangguk. Dengan mata berbinar dia menjawab, "Baik Bu. Akan segera saya laksanakan." Tak apa pekerjaannya menjadi 2x lipat hari ini. Yang penting, dia bisa dapat gaji tambahan untuk awal bulan nanti. *** Perancis, beberapa jam sebelumnya ... Mansion besar itu, nyatanya masih asri dan hangat seperti tahun-tahun sebelumnya. Begitu banyak peristiwa yang menjadi sejarah dalam keluarga besar itu. Perjuangan, cinta dan pengorbanan, adalah hal-hal berat yang mereka lalui agar sampai pada tahap ini. Mereka kembali bersatu dengan cinta mereka walaupun jarak dan waktu membentang luas sebagai pemisah. Dan kisah mereka pastilah akan selalu di kenang sepanjang masa. Alex si iblis dengan Flower yang lugu. Maxime si menakutkan dengan Katherine yang tegar. Peter si licik dengan Jasmine yang lemah lembut. Dan Luke si kejam dengan Anna yang penyabar. Percayalah, tidak semua pria tidak baik itu juga mendapatkan pasangan wanita yang tidak baik pula. Ini dunia berbeda. Ada saatnya, di mana para golongan pria berengsek akan mendapatkan wanita yang baik untuk mengubah pribadi mereka, tentu pun menjadi pengendali yang akan mampu membuat mereka kembali ke jalan yang benar. Yakni memiliki hati dan perasaan sebagai manusia normal. "Selamat siang." Suara menggema yang terdengar di sana, membuat pasangan-pasangan yang sudah menua itu menoleh bersamaan. Siang hari begini, mereka memang biasa berkumpul di ruang tamu sambil bersantai ria. Peter dan Jasmine yang juga turut berkumpul, beranjak menghampiri Ressam. Yang notabene, adalah detektif handal putra mereka, Davio. "Ada apa, Sam?" Suara dingin bersahaja itu menyapa indra pendengaran Sam yang sejak tadi terpaku pada ke dua pasangan kakek nenek atasannya yang masih harmonis sampai sekarang. Sam menegakkan badannya. Bersikap penuh hormat pada sang penguasa di depannya. "Saya ingin bertemu Tuan muda, Tuan," jawab Sam dengan keterampilan mengatur ekspresinya. Jangan ragukan kemampuannya. Berteman dengan Dave sejak kecil, membuat Sam turut menjadi objek militer Peter. Peter terkekeh pelan. Tangannya yang sudah sangat hafal menarik pelatuk demi sebuah sasaran di usia muda, terangkat dan memukul bahu Sam pelan. "Berapa kali aku bilang, jangan panggil aku tuan. Aku yang sudah membesarkanmu, jika kau lupa." "Pete ... " sergah Jasmine sambil memukul lengan Peter yang melingkari pinggangnya. "Jangan bicara sembarangan." omel Jasmine dengan matanya yang membulat—gemas. "Sam jadi takut, kan?" lanjut Jasmine membuat Peter mengangkat tangannya--pertanda menyerah. Sam tersenyum tipis. Siapa pun harus menjadi saksi atas keharmonisan pasangan serasi di depannya. Jika boleh meminta, Sam ingin juga mendapatkan wanita yang galak-galak menggemaskan seperti wanita di depannya itu. Wanita tua bernama Jasmine itu, memang menarik. "Jangan menatap istriku, Sam!" kini giliran Peter yang mengeluarkan taringnya. Si pengidap posesif akut itu, selalu saja hipertensi hanya gara-gara Jasmine yang di lirik pria-pria di luar sana. Padahal sah-sah saja. Lagi pula, di usia yang sudah menginjak kepala 4, Peter masih sangat cocok menyandang gelar Hot Daddy yang tak jarang di jadikan objek halu para mahasiswa yang kurang belaian. "Sudah-sudah," sela Jasmine sebelum Peter meraja lela. Bisa habis waktu bersantainya demi membujuk pria pemarah kesayangannya itu. "Dave mungkin ada di ruang kerjanya. Kau bisa menemuinya,” ucap Jasmine. Ressam mengangguk. "Baik, Bibi," jawabnya kemudian melangkah pergi dari sana. Baru beberapa langkah berpijak, Ressam sudah mendengar gerutuan Peter yang sukses membuatnya terbahak kilas. "Giliran istriku kau panggil Bibi. Dasar bocah durhaka!" Memang seperti inilah suasana keluarga tuannya yang selalu hangat dan penuh tawa. Tidak ada setingan atau pun sandiwara publik. Keluarga mereka, akan selalu menjadi trending topik di sepanjang masa. Hanya saja, keluarga itu tidak begitu ramai oleh anak kecil. Hanya Ada putri Queen yang bernama, Viola. Dia pun sudah menginjak remaja. Angelina yang pergi menghindari Jim, dan Davio yang masih setia melajang. Mungkin, waktu belum mengizinkan keluarga itu lengkap seperti sedia kala. Ressam akhirnya memilih pergi. Dia melangkah sedikit terburu melewati lantai keramik berwarna putih bercorak itu. Tujuannya adalah kamar tuan mudanya yang berada di atas. Tentunya, dia akan menaiki Lift untuk sampai ke sana. Beberapa detik berlalu, akhirnya Ressam sampai juga di tempat tujuan. Ia sedikit mengetuk pintu ruangan, begitu melihat atasannya yang sudah bersamanya sejak kecil itu terlihat duduk di kursi kebesarannya sambil membelakangi pintu. "Tuan, ada berita terbaru tentang kecelakaan yang terjadi pada Tuan Chris dan keluarganya." Ressam membuka suara setelah masuk ke dalam ruangan. Suara Ressam membuat pria dengan setelan formalnya yang sedang duduk di kursi putarnya sambil membelakangi pintu itu pun berputar arah. Siapa pun tau siapa dia. Dia Davio William Alucard. Putra sang penguasa yang di segani di seluruh dunia. Peter Scott D'orion, The king of the world yang sangat tamasyur legendanya. Dave, pria lajang terpanas yang di gilai banyak wanita itu, berdiri dan menghampiri sahabat kecilnya yang sialnya selalu memasang sikap formal. Mereka sering berdebat tentang masalah Ressam yang membatasi dirinya. Tapi, alasan Ressam selalu berhasil membuat Dave jengah dan mengalah. Dave membiarkan Ressam bersikap sesukanya. Tak apa. Asalkan Sam nyaman dengan posisinya. "Katakan!" titah Dave dengan sikap formalnya seperti biasa. Jika Sam bersikap formal, sudah selayaknya Dave melakukan hal yang sama. "Kami menemukan jejak penjahat yang sudah membuat keluarga Tuan Chriss kecelakaan, Tuan." Laporan Ressam, membuat Rahang Dave mengeras. 10 tahun dia menyelidiki kasus itu, tapi selalu menemukan jalan buntu. Dan kini, tragedi yang sudah membuatnya sangat terpukul 10 tahun silam, menemukan sedikit titik terang. "Lalu?" "Saya membawa beberapa bukti. Dan semua bukti itu menjurus pada musuh masa lalu keluarga tuan Chrissam yang bernama ... Nico Helfik." Bug! Dave memukul meja dan menimbulkan suara sedikit keras. "Sialan! Bagaimana bisa keturunan b******n itu masih hidup?" teriak Dave yang merasa emosinya mencapai ubun-ubun. Dave ingat betul. Daddy nya pernah menembak Nico Helfik hingga tubuh pria itu melepuh dan meregang nyawa dengan mengenaskan. Memberantas kelompok itu sampai tak ada satu pun yang tersisa. Tidak ada yang tau riwayat keturunan mafia itu, karena setelah penyerangan itu, Daddynya meninggalkan Italia begitu saja. Lalu, bagaimana bisa nama pria itu kembali berulah? Mungkinkah? "Ada lagi Tuan," imbuh Ressam--sedikit menarik nafasnya panjang. Berita yang akan dikatakannya, pasti akan membuat emosi Dave semakin meledak-ledak. "Kemungkinan juga, tunangan Anda masih hidup sampai sekarang." Deg! Dave membatu di tempat. Tangannya bergetar meraba tato kecil bertuliskan sebuah nama yang melingkari tato mahkota di pergelangan tangannya. "Daisy ... " lirih Dave dengan pandangan sendu. 10 tahun. 10 tahun dia menutup hatinya rapat-rapat dari semua wanita yang mendekatinya karena seorang gadis kecil yang sudah mengambil hatinya sejak bertemu pertama kali. Dan kini, takdir memberinya harapan baru untuk memperjuangkan gadis kecilnya lagi. Daisy, aku pastikan kita akan bertemu lagi ... *** To Be Continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD