Gadis Dalam Vidio Akan Pulang

1092 Words
Mendapat pertanyaan dari Shakila, Abduh tidak langsung menjawab, Dia terlihat menarik nafas seperti sangat berat mendapat pertanyaan seperti itu, karena sudah lama dia selalu menyembunyikan tentang keluarganya, sampai-sampai Nathan dan Shakila belum pernah berkunjung ke kampung halamannya. "Kenapa malah diam?" tanya Shakila yang duduk di sampingnya. "Nggak apa-apa... aku minta maaf kalau aku tidak bisa menjelaskan Semuanya sama kalian, karena ini memang sangat rumit dan susah untuk dijelaskan, mungkin nanti suatu saat kalian akan mengetahuinya." Jawab Abduh yang bangkit dari tempat duduknya, kemudian dia pun masuk ke kamar mandi entah mau berbuat apa. "Si Abduh kenapa?" Shakila mengalihkan pertanyaan dengan menatap Nathan yang duduk di sampingnya. "Nggak tahu mungkin kesambet...!" Jawab Nathan sekenanya. "Yey.... gua nanya benar-benar loh, malah jawab begitu." dengus Shakila yang terlihat kesal. "Udah tahu kalau membahas kampung halamannya si Abduh akan selalu mengelak, sampai sekarang kita belum tahu tempat tinggalnya di mana. "Iya yah... kenapa seperti ada yang disembunyikan, karena kalau alasannya sebagai orang yang tidak mampu dan tidak memiliki orang tua, Itu bukan alasan yang kuat untuk menghargai kita mendatangi rumahnya. kita bersahabat dengannya sudah hampir lima tahun lebih, tapi kita tidak membedakan kasta di antara masing-masing," ungkap Shakila penuh curiga. "Sudahlah, jangan memaksa orang yang tidak mau berbicara dan biarkan sahabat kita memilih Jalan hidupnya masing-masing, yang terpenting kita selalu bersama. tapi bagaimana pendapatmu kalau aku menikahi adiknya Kak Abduh?" tanya Nathan mengalihkan pembicaraan. "Emang kamu benar-benar serius mencintai dan menyukai wanita siapa tadi namanya?" "Jasmine...." "Iya..... Apa kamu serius dan kamu siap menanggung semua resikonya?" "Ya Seriuslah... Entah mengapa ketika aku melihat dirinya, jantungku terasa berdegup, hatiku terasa berdebar, bayangan-bayangan Indah bersamanya terlukis dengan begitu sempurna bak lukisan Surgawi yang belum pernah terlukiskan." "Enggak..... sampai kapanpun gua nggak akan menerima lu menjadi adik ipar gua....!" putus Abduh yang baru keluar dari kamar mandi. "Nah... nah kan udah membiasakan diri memanggil sahabatnya dengan sebutan adik ipar, berarti dalam hati kecilnya dia merestui kalau aku menikahi Jasmine." Jawab Nathan yang terlihat mengulum senyum, "Iya emang apa salahnya kalau Adik kamu dinikahi oleh Nathan, karena sepengetahuan kita Nathan orangnya sangat baik. dia tidak pernah memainkan perasaan perempuan dan tidak pernah menyakiti hati perempuan. apa kamu masih berpikir untuk menerimanya sebagai adik ipar, Bukankah itu adalah yang terbaik buat adik kamu dan bisa mempererat tali persahabatan kita menjadi tali persaudaraan..." sambung Shakila yang berada di pihak Nathan. "Pokoknya aku tidak mau menerima si Nathan menjadi keluarga." "Yah, tapi kamu tidak bisa memutuskan karena keputusan yang sebenarnya berada di Adik kamu. Kalau dianya mau apakah sebagai seorang kakak akan tega merusak kebahagiaan adiknya." Mendapat pertanyaan seperti itu Abduh pun terdiam kembali, seperti kalah dalam pembicaraan. berbeda dengan Nathan yang terlihat masih cengengesan karena merasa ada orang yang membelanya. "Sudahlah Kak Abduh.... mendingan kita bahas rencana liburan kita mau ke mana, karena minggu depan Mungkin kita sudah bisa pulang ke rumah masing-masing." ujar Nathan mencairkan suasana yang tidak enak buat sahabatnya. "Iya benar... jangan sampai liburan tahun ini kita sia-siakan. Bagaimana kalau tahun ini kita liburan ke kampung Abduh, boleh nggak Duh?" jawab sakhila memberikan pendapat, matanya menatap ke arah Abduh yang sejak dari tadi terlihat uring-uringan. "Enggak... kalian tidak boleh main ke kampung saya karena belum saatnya kalian datang." "Kenapa?" tanya Shakila yang masih penasaran dengan alasan yang diucapkan oleh sahabatnya. "Pokoknya tidak boleh. lagian liburan tahun ini aku tidak akan pulang, mungkin lebih baik kita liburan ke luar kota saja. ke Jogja mungkin?" "Kalau aku terserah kakak ipar aja, yang terpenting dia merestuiku menikahi adiknya?" "Halah... kamu malah masih bercanda kita lagi ngobrol serius nih..!" ujar Shakila sambil melemparkan bantal ke arah Nathan. "Ya iyalah... karena keinginan kakak ipar adalah perintah bagi adiknya." Mereka bertiga pun terus membahas rencana-rencana mereka ketika liburan semester datang. ada yang mengusulkan liburan ke luar kota, ada juga yang mengusulkan liburan ke luar pulau, bahkan ada yang mengajak mereka keluar negeri. Mereka bertiga terlarut dalam obrolan obrolan yang sangat seru, melupakan perdebatan yang baru saja menghampiri. karena Begitulah persahabatan mungkin akan banyak perbedaan, tapi perbedaan itulah yang mengukuhkan kekuatan untuk selalu bersama. **** Seminggu berlalu waktu libur semester pun tiba. terlihat Nathan yang sedang mengemasi barang-barangnya untuk pulang ke Bogor, karena sebelum menjalankan liburan bersama. mereka akan mengunjungi orang tua masing-masing terlebih dahulu. Nathan berencana pulang ke Bogor, sedangkan Abduh pulang ke Sukabumi, kalau Shakila dia akan menghadiri acara pernikahan saudara sepupunya yang berada di Sumedang. "Kenapa kamu diam, Kok kamu nggak semangat pulang kampung?" tanya Nathan yang menghentikan aktivitasnya yang sedang mengemasi baju ke dalam tas. Ditanya seperti itu Abduh tidak menjawab, Dia hanya termenung di kursi yang berada di depan jendela, matanya menatap ke arah halaman samping yang ditumbuhi bunga-bunga, karena Ibu Shakila sangat senang dengan berbagai tumbuhan hias itu. Melihat sahabatnya yang Murung, Nathan pun mendekati dengan perlahan, kemudian dia pun duduk di kursi yang ada di dekat Abduh. dia menatap sahabatnya dari ujung rambut sampai telapak kaki seolah menelisik apa yang sedang terjadi dengan sahabatnya. "Kenapa Kok tidak menjawab, Cerita dong kalau punya masalah, jangan dipendam sendirian nanti keluar jerawat..." tanya Nathan yang selalu diselingi dengan candaan sehingga membuat sahabatnya itu terlihat mengulum senyum kemudian memukul lengan Nathan. "Aduh kenapa, malah mukul kayak perempuan aja?" "Lagian lu bercanda aja, gua lagi bingung nih!" Jawab Abduh yang terlihat membuang nafas. "Bingung kenapa Kak Abduh?" tanya Nathan yang kembali ke mode awal. "Sekali lagi lo manggil gua dengan sebutan kakak maka Rasakan ini!" Jawab Abduh sambil mengacungkan tinju yang sangat bulat. "Yah tapi nggak papa kan, kalau Jasmine aku nikahi?" "Nggak apa-apa, Kalau dianya mau. karena menurut pengetahuanku Jasmine seleranya bukan tipe cowok seperti kamu?" "Iya walaupun bukan tipenya, tapi kalau aku yang terbaik pasti dia akan memilihnya. jadi kakak ipar gak usah khawatir kalau aku tidak mampu menaklukkan adik kakak. Oh iya kamu bingung kenapa Kakak?" tanya Nathan kembali ke pokok permasalahan. "Aku bingung... sebenarnya aku ingin ikut pulang ke rumah kamu, tapi kemarin Jasmine menelepon kalau dia akan pulang dari Amerika. setelah beberapa tahun terakhir tidak bisa pulang. Tapi aku takut..." jawab Abduh yang menghentikan pembicaraannya, wajahnya terlihat murung seperti menyimpan kekhawatiran yang sangat mendalam. "Takut kenapa?" "Aku tidak bisa menjelaskan suasana kampung yang tidak kondusif dengan orang lain. tapi walau Bagaimanapun aku harus pulang karena sudah lama tidak berkumpul dengan keluarga, seperti yang kamu ketahui liburan semester kemarin aku tidak pulang ke rumah." "Ya kalau tidak kondusif, bagaimana kalau aku antar kamu pulang, nanti kalian berdua bisa tinggal di rumahku." jawab Nathan tanpa berpikir panjang dia tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. "Serius...!" tanya Abduh yang merubah raut wajahnya menjadi bercahaya, seperti menemukan secerca Harapan di padang gurun sahara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD