Maksa Ikut

1095 Words
"Lagi ngobrolin apa, Kok kayaknya serius banget. bukannya Kalian mau pulang ke rumah?" Tanya Shakila yang baru masuk ke dalam kamar. "Ini Kak Abduh tidak mau pulang ke rumahnya, Tapi hari kemarin Jasmine menelepon bahwa adiknya akan pulang ke rumah, sehingga Abduh mau tidak mau harus pulang ke kampung halaman, tapi dia takut karena kampung halamannya kurang kondusif." jawab Nathan menjelaskan. "Kurang kondusif bagaimana?" "Yah kalau tidak kondusif berarti tidak aman." Jawab Nathan dengan enteng. "Tidak aman Bagaimana?" susul Shakila yang semakin penasaran. "Yah Nggak tahu lah.... nanti akan aku lihat Bagaimana tidak kondusifnya, dan aku berjanji akan menjaga kakak iparku sekuat tenaga dan seluruh jiwa." ujar Nathan yang mengepalkan tangan bak sang Proklamator. "Halah... paling modus ingin mendapatkan hati adiknya." Ketus Shakila mencibir. "Biarin.... namanya juga usaha. Ayo kemasi bareng-bareng Kak Abduh, nanti biar Adik yang bawa." "Emang serius Kamu mau ikut ke kampung saya?" Tanya Abduh yang masih dipenuhi keraguan. "Tatap wajah adik. apakah dalam wajah yang tampan ini ada raut kebohongan?" jawab Nathan yang mendekatkan wajah. "Jangan dekat-dekat Nafasmu bau...!" Hardik Abduh sambil mendorong tubuh Natan. Akhirnya mereka bertiga pun mengobrol sebentar sambil menunggu Abduh mengemasi barang-barangnya. Setelah semuanya dirasa rapih Nathan dan Abduh berpamitan dengan keluarga Shakila. sebelum pergi mereka bertiga berpelukan dan berjanji akan bertemu kembali di Jogja, sesuai dengan rencana yang sudah dibicarakan di hari-hari sebelumnya. Mereka berdua pergi meninggalkan rumah kontrakan Shakila menuju salah satu terminal bus yang berada di Bandung menggunakan transportasi online. Shakila minta maaf tidak bisa mengantar mereka, karena dia harus bersiap-siap untuk menghadiri acara pernikahan saudara sepupunya. Sesampainya di terminal, terlihatlah bis-bis dari yang berukuran sedang sampai yang berukuran besar, dari berbagai PO sampai dari yang perorangan, berjejer rapi menunggu antrian Untuk mengantarkan para penumpangnya. suara Deru mesin bercampur dengan suara kondektur yang menawarkan jasa tumpangannya menambah suasana khas tentang terminal. Abduh dan Nathan tidak banyak membuang waktu mereka berdua menaiki salah satu bus yang menuju ke Kota Sukabumi, Setelah menunggu beberapa saat mobil pun mulai melaju meninggalkan Kota Bandung, kota yang sudah lama mereka tinggali, Mobil bis terus melaju dengan kecepatan sedang menuju ke arah Cianjur, yang nantinya akan sampai ke Sukabumi. Karena jarak antara Kota Sukabumi dan Kota Bandung hanya terhalang satu kabupaten, begitupun dengan jarak ke rumah Nathan yang sama-sama dihalangi oleh Kabupaten Cianjur. yang membedakan kalau ke Sukabumi di pertigaan ke arah puncak belok ke sebelah kanan, sedangkan ke Bogor belok ke sebelah kiri. Lama di perjalanan tidak diceritakan, akhirnya mobil yang mereka tumpangi berhenti di Terminal jalur Lingkar Selatan Kota Sukabumi, yang menurut pengakuannya bahwa Terminal itu adalah Terminal terbesar se-asia Tenggara, sehingga Terminal itu nampak terlihat sangat sepi entah tidak adanya pengunjung atau terminalnya yang terlalu besar. "Sekarang kita naik apa?" tanya Nathan setelah berada di luar bis. "Sekarang kita makan dulu, nanti pikirkan kembali Ke mana kita harus pergi." jawab Abduh dengan wajah datarnya dengan segera dia pun pergi meninggalkan Nathan menuju salah satu warung nasi yang berada di area terminal. Nathan yang belum pernah berkunjung ke rumah Abduh, meski dalam hatinya banyak pertanyaan tapi melihat sahabatnya sudah pergi dengan segera dia pun mengikuti. Sesampainya di warung nasi, mereka berdua pun memesan makanan sesuai dengan keinginan masing-masing, sambil menunggu makanan datang Abduh pun mengeluarkan handphone kemudian menghubungi seseorang. "Saya sudah sampai terminal Kang." ujar Abduh ketika teleponnya tersambung, Namun sayang Nathan tidak mendengar balasannya. "Yah.... saya menunggu di warung nasi yang biasa." Telepon pun terputus ketika Nathan mau bertanya keburu datang nasi pesanan mereka, sehingga Nathan pun menghentikan niatnya dengan menyantap makanan yang berada di hadapannya. Selesai makan mereka berdua pun terlihat santai terlebih dahulu, sambil menunggu sesuatu, entah apa yang ditunggu karena ketika Nathan menanyakan Abduh tidak menjawab. Beberapa saat berlalu, ke warung nasi ada tiga orang yang masuk, kemudian menghampiri Abduh yang membuat Nathan semakin merasa heran dengan sahabatnya yang sangat misterius itu. "Sudah lama menunggu?" tanya orang yang baru datang sambil meregangkan tangan untuk memeluk Abduh. "Baru sampai, kita langsung Makan nasi. Oh iya kenalin Kang, ini sahabat saya di kampus yang sering saya ceritakan sama Akang." "Oh ini Nathan ya! salam kenal dari saya yang bernama Dadang, Kakak tertua Abduh." ujar Dadang sambil mengeluarkan tangan mengajak Nathan bersalaman. "Nathan..." jawab Nathan sambil mengangguk memberi hormat. "Ya sudah nanti kita lanjutkan mengobrolnya di rumah, mumpung masih siang kita harus secepatnya sampai di kampung, karena kalau malam itu sangat tidak aman." ujar Dadang kemudian melirik ke arah orang yang mengikutinya untuk membayar makanan mereka. Nathan semakin merasa heran dengan sahabatnya yang sangat misterius, dia selalu mengaku bahwa dia adalah orang miskin, tapi kenapa kakaknya memiliki anak buah yang bisa disuruh-suruh. namun rasa heran itu Nathan sembunyikan dengan mengikuti Ketiga orang itu keluar dari warung menuju mobil-mobil yang terparkir. Nathan semakin tercengang, karena ternyata Abduh dijemput dengan dua mobil yang berbeda, menandakan kalau Abduh bukan orang yang biasa-biasa saja seperti pengakuannya. "Ayo kamu ikut Mamang!" ajak Dadang sambil membukakan pintu untuk Nathan, membuat pemuda itu terlihat meringis menahan malu karena dia bukan orang yang harus diperlakukan dengan luar biasa. tapi untuk menyanggah dia tidak berani sehingga dia pun masuk langsung duduk di samping sahabatnya. "Sebenarnya kamu ini orang apa, kok banyak orang yang menjemputmu?" tanya Nathan dengan berbisik. "Orang biasa-biasa saja, cuman mereka sangat bangga karena dari kampung mereka ada yang bisa berkuliah, jadi penyambutannya harus spesial." "Masa iya sih!" sanggah Nathan tidak percaya namun ketika dia mau bertanya lagi Pamannya sudah masuk duduk di samping kemudi. Setelah semuanya masuk ke dalam, mobil pun mulai dinyalakan, kemudian keluar dari terminal menuju ke arah selatan Kabupaten Sukabumi. mobil yang terdepan adalah mobil yang ditumpangi oleh Abduh dan Nathan, sedangkan mobil pengiringnya berada di belakang. "Kondisi aman terkendali?" tanya Dadang yang menggunakan walkie talkie. "Dari arah belakang terpantau aman." jawab orang yang berada di mobil belakang. Mobil itu terus melaju menyusuri jalanan yang mulai sedikit menyempit dengan belokan belokan yang lumayan tajam, sehingga harus menurunkan kecepatan. jalan yang mereka lalui kadang-kadang melewati rumah-rumah warga namun tak sedikit melewati hutan yang sangat sepi, hanya ada beberapa mobil yang mereka jumpai selama di perjalanan. "Hati-hati kita akan melewati hutan yang sangat sepi," ujar Dadang mengingatkan para pengawalnya. Belum saja berhenti memberikan peringatan, dari arah belakang terlihat ada tiga mobil yang melaju kencang mengikuti kedua mobil yang berada di hadapannya. mobil itu terlihat mengebut sambil memainkan klakson membuat Nathan sedikit mengerutkan dahi tidak mengerti apa yang terjadi. "Musuh datang.... Musuh datang...." ujar orang yang berada di mobil belakang mengingatkan. Ketiga mobil minibus terus melaju dengan kencang mengejar mobil yang dinaiki oleh Nathan dan Abduh yang berada di depan, sehingga mau tidak mau mobil yang mereka kendarai harus mengebut menghindari masalah. Brak....!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD