Bab 3. Tidak sengaja

1214 Words
Pov Devina Hari ini adalah hari pertamaku bekerja. Aku harus mempersiapkan semuanya dengan sempurna karena aku akan bekerja menjadi asisten manager artis. Meskipun hanya asisten tentu saja aku harus perfeks agar tidak malu-maluin untuk bertemu artis atau mempermalukan artis itu sendiri di hadapan public. Tokk..Tokk…Ttoookkk.. Suara ketukan pintu menghentikan aktivitasku di depan cermin. “Masuk aja Sa. Gue udah bangun kok.” Jawabku dengan sedikit berteriak. Sasa pun membuka tuas pintu dan masuk kedalam kamarku. “Weeehhhh cantik bener lo Dev. Tapi seperti biasanya sih lo tiap hari cakep.” “Yaiyalah gue harus tampil cantik hari ini. Gue nggak mau malu-maluin elo Sa.Hahaha” Devina tertawa terbahak bahak. “Sial lo. Yaudah ayok sarapan dulu. Gue udah siapin roti bakar.” “Yaudah ayok sarapan dulu. Lo tau aja kalo cacing-cacing diperut gue udah minta makan.” Akupun duduk dimeja makan bersama Sasa menikmati roti bakar buatan Sasa. Disela sela sarapan seperti biasa aku dan Sasa selalu bercerita. “Sa kira kira siapa ya artis itu? Selama ini gue nggak terlalu ngikutin artis di perusahaan bokap lo.” Tanya Devina dengan menggigit roti bakarnya. “Emang lo belum dikasih tau? Atau atasan lo belum hubungin lo kemaren?” “Belum. Nggak ada yang hubungin gue kemarin. Mangkanya gue Tanya lo barangkali lo tau.” “Nanti lo pasti tau sendiri.” Jawab Sasa dengan enteng. Padahal Sasa tau siapa yang akan bekerja sama dengan sahabatnya itu. Aku pun mendengus kesal mendengar jawaban Sasa yang menurutku itu bukan jawaban. “Ck elah awas aja lo.” Dengan menahan tawanya,Sasa berkata “Udah nikamatin aja, siapa pun orang itu pasti lo bakal seneng. Percaya deh sama gue.” Setelah sarapan mereka berangkat. Sampainya di lobby mereka langsung naik ke lantai ruangan ayah Sasa untuk mengetahui apa saja yang akan dikerjakan hari ini. Sasa yang bertemu dengan sekertaris ayahnya di depan ruangan pun bertanya. “Pagi Mbak Dina! ayah ada didalem nggak?” Dina menoleh kearah Sasa. “Ehh pagi Mbak Sasa. Pak Handoko ada mbak. Tadi beliau pesan kalo mbak sasa datang langsung aja masuk mbak.” “Ohh yaudah makasih ya mbak. Duluan.” Pamit Sasa pada Mbak Dina. Sasa mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan ayahnya yang aku ikuti dibelakang. “Pagi ayah.” Sapa Sasa. “Pagi om.” Sapaku Pak handoko menoleh kearah pintu. “Pagi juga. Sini duduk dulu.” Setelah itu aku Dan Sasa duduk di sofa. Beberapa menit kemudian, mbak dina masuk. “Ada yang bias saya bantu Pak?” Tanya mbak Dina sopan. “Ini Din kamu antarkan Sasa keruangan kerja bagian sekretriatan sama kaya kamu, lalu kamu kasih tau apa saja kerjanya.” Perintah pak Handoko kepada Mbak Dina. “Baik pak. Mari mbak sasa saya antar keruang kerja.” Ucap mbak Dina. Sasa akhinya keluar ruangan bersama Mbak Dina. Tinggallah aku sendirian disini. Sedangkan Pak Handoko sepertinya sedang berbicara lewat telpon dengan seseorang yang akan menjadi atasanku. “Sebentar ya Dev habis ini ada atasan kamu kesini. “ “Iya om.” Jawabku Aku menunggu hampir 5 menitan. Tidak lama ada sutra ketukan pintu. Tokkk.tookkk…toookkk.. “Masuk!” Suara pak Handoko mengintrupsi seseorang dibalik pintu. Pintu terbuka menampilkan sosok yang tidak asing bagiku, aku pernah melihat tapi entah dimana? Orang tersebut duduk dihadapanku. Pak Handoko berjalan mendekati orang itu dan berjabat tangan. “Salamat Pagi pak handoko.” Sapa orang tersebut. “Selamat pagi kevin. Kenalkan ini asisten kamu Namanya Devina.” Pak handoko mengenalkanku pada atasanku. Aku pun berjabat tangan dengannya. “Devina.” “Kevin.” Ucapnya. Setelah berkenalan dan mendiskusikan apa saja pekerjaanku,aku dan kevin pergi menemui idol yang kami tangani. Menghabiskan Waktu sekitar 20menitan,kami sampai. Aku agak heran,kenapa ada di lingkungan apartments ku? Tetapi aku tak mau banyak tanya. Aku hanya mengikuti kevin dari belakang. Sampai kami berhenti di depan sebuah kamar. Tanpa memencet bel Kevin masuk dengan kartu akses yang dia miliki. “Tunggu sebentar disini ya Dev. Aku panggil dulu orangnya. Kamu duduk dulu aja.” Ucap kevin melagkah pergi menjauh. Aku duduk sambil mengamati ruang tamu . Rumah artis mana yang sama denganku?aku hanya bias membatin. Setelah beberapa menit kevin akhirnya kembali. Ia duduk didepanku. “Tunggu bentar ya dia masih siap-siap. Tapi jadwal hari ini free kok. Jadi nanti gue cuma mau minta tolong sama lo buat bersihin ruangan ini. Ck! Liat tuh banyak barang yang berserakan.” Ucap kevin menunjuk barang yang berserakan dengan kesal. “Oh oke. Eh gue juga kebetulan tinggal disini. Tapi gue nggak pernah liat ada idol tinggal disini?” Tanyaku penasaran. “Ohh itu jac…” ucapan kevin terhenti ketika ada seseorang yang keluar menuju tempat dimana aku dan Kevin duduk. Betapa terkejutnya aku mengetahui bahwa idol yang tinggal disini adalah idolku dan beruntungnya aku bisa bekerja dengannya. Oh my God keberjntungan apa lagii inii. “Gue Jackson.. Elo bukannya waktu itu yang ketemu gue di lift ya?” Tanya Jackson sambil mengulurkan tangannya. Ia mengerutkan dahinya saat melihatku. “Iya waktu itu gue yang ketemu lo. Nama gue Devina. Salam kenal.” “Yaudah ya lo kan udah sama sama kenal, jadi gue tinggal dulu. Gue masih ada urusan. Lo disini aja Dev bersihin yang gue minta tadi. Nanti kalo lo udah selesai lo bisa langsung pulang.” Ucap kevin yang akana pergi. Setelah kepergian kevin. Hanya ada kecanggungan diantara kita berdua. Aku bingung apa yang harus aku katakana untuk memecah keheningan ini. “Sorry ya,jadinya gue ngrepotin elo buat beresin semua ini.” Kata Jckson sambal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Eh gapapa itu kan udah tugas saya.” Ucapku sopan karena bgaimana pun dia atasanku. Aku pun bangkit dari duduk ku dan langsung membersihkan sampah dan barang barang yang berserakan. Entah kenapa ruangan ini seperti kapal pecah. Bukankan ia tinggal sendirian kenapa sampai bisa seperti ini. Disaat aku sedang membersihkan meja dekat lemari kaca, aku menemukan bekas botol minuman. Apa dia sedang patah hati? Aku tidak berani bertanya. Karena tidak mungkn cowok seganteng Jackson dan semapan dia tidak memiliki kekasih. Kulihat dia masih diam duduk ditempat yang tadi sambal memperhatikanku,sepertinya dia enggan untuk beranjak pergi. Karena aku rishi aku pun memberanikan untuk bertanya. “Apa kau tidak akan pergi? Tempat itu harus kubersihkan juga.” Tanyku padanya. “kerjakan saja pekerjaanmu. Aku tidak akan mengganggumu. Aku hanya melihat cara kerjamu.” Ujar Jackson dengan entengnya. Aku hanya menendikkan bahuku. Melawan pun aku mana mungkin berani. Saat aku ingin menaruh tas dilemari yang paling atas aku tidak dapat menjangkaunya. Hingga akhirnya aku terpleset. Dan unutungnya Jackson menangkapku. “jika kau tak bias aku bias membantumu. Jangan sungkan padaku.” Ucap Jackson yang sedang memelukku dari belakang. Aku pun menoleh dan tida sengaja aku merasakan wajku dan wajahnya hnya berjarak beberapa senti. CUUPPP!! Bibir Jackson menempel ke bibirku. Aku yang hanya terdiam kaget atas perlakuan Jackson barusan. Karena tidak ada balasan dariku lama lama ciuman Jackson berubah menjadi lumatan yang lembut. Hingga secara tidak sadar aku pun membalasnya. Kulihat Jackson tersenyum. Aku yangmenyadari itupun segera melepas ciuman tersebut dan melepaskan diri dari pelukannya. “Ehhmmm maaf.” Ucap Jackson Aku hanya diam tidak menjawab dan memutuskan untuk melanjutkan pekerjaanku. Aku ingin segera selesai dan belari pulang. “OMG ciuman pertama gue dimbil Jackson.” Ucapku dalam hati. Meskipun tidak sengaja tetapi aku senang akan perlakuan Jackson tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD