2. Terpaksa

1134 Words
“Silakan kembali, sebelum kau sampai ke toko bunga itu, saya jamin, toko bunga itu sudah rata dengan tanah.” Deg ... Gretha terpaku di tempatnya mendengar kalimat tersebut. Mata bulatnya menatap Kendrick dengan ekspresi takut. “A-apa maksud Anda, Tuan?” “Semua hal yang saya inginkan, harus terkabulkan. Jika saya mengatakan kau harus menjadi babysitter putra saya, maka harus terjadi. Jika tidak, silakan kau tanggung resikonya sendiri.” Gretha menunduk dengan wajah takutnya. Ini adalah pertama kalinya dia berurusan dengan seseorang penuh kuasa. Selama ini hidup Gretha baik-baik saja, meski seorang gadis yatim piatu dengan segala hal serba sederhana. Gretha hanya tamatan sekolah menengah atas, dan semenjak itu hidupnya benar-benar fokus pada toko bunga milik Hela. “Kenapa saya, Tuan? Masih banyak orang di luar sana yang menginginkan pekerjaan. Saya sudah memiliki pekerjaan, dan saya ....” “Saya tidak suka basa-basi. Jawab dengan jelas, kau bersedia bekerja di sini menjadi babysitter putra saya atau kau bersiap dengan segala konsekuensinya? Masalah meratakan toko bunga tempatmu tinggal itu, adalah perkara gampang bagi saya.” Kendrick menyela kalimat Gretha dengan wajah datarnya. Gretha mengepalkan tangannya. Dia menatap Kendrick dengan mata berkaca-kaca. “Kenapa Anda begini, Tuan? Mentang-mentang memiliki uang, Anda melakukan segala hal sesuka Anda seperti ini?” Gretha berucap dengan bibir bergetar menatap Kendrick. Pria matang itu menyeringai. Dia mendekat ke arah Gretha dengan menatap tajam kedua mata polos tersebut. “Heh, salahmu kenapa menjadi orang miskin? Cih, semua hal di dunia ini memang diukur dengan uang. Dengan uang, kau bisa melakukan apa saja. Termasuk menghilangkan nyawa orang,” bisik Kendrick begitu arogannya. Bulu kuduk Gretha berdiri ketika napas panas pria itu menyapa batang lehernya. Gretha meneguk kasar salivanya. “Hela, jika saya ingin ... nama itu akan sangat mudah saya buat menghilang dari muka bumi ini.” Bak disambar petir. Seketika mata Gretha membulat menatap Kendrick yang berada tepat di depan wajahnya. Jarak wajah mereka hanya beberapa sentimeter. Kendrick masih memberikan senyum arogan itu untuk si polos. “Jangan sentuh Bibi Hela,” bisik Gretha dengan bibir bergetar. Kendrick kembali menyeringai, sebelah alisnya terangkat menatap wajah takut Gretha. “Dunia ini keras, gadis kecil. Semuanya bisa dibeli dengan uang. Maka sebagai manusia miskin, harusnya kau bersyukur bisa bekerja dengan saya, apalagi menjadi babysitter putra saya. Kau akan tinggal di sini dan semua kebutuhanmu akan ditanggung, itu semua di luar gajimu. Gajimu bersih akan saya berikan tanpa potongan biaya kamar dan makanan. Kau hanya perlu berada di sisi putra saya setiap harinya. Yah, sebagaimana babysitter bekerja.” Kendrick berbicara sembari melipat kedua tangannya di d**a. Dia menatap Gretha yang diam, gadis kecil itu nampak jelas begitu tertekan dan terpaksa. “Satu bulan gajimu bekerja di sini, bahkan belum tentu bisa kau dapatkan nominal yang sama dengan kau bekerja sebagai karyawan di toko bunga itu. Harusnya kau bersyukur, saya akan memberikan gaji yang sangat besar untukmu,” sambung Kendrick. Gretha menunduk. “Tapi aku tidak menginginkan berada di sini. Aku tidak hanya butuh uang, tapi aku butuh keluarga. Bersama Bibi Hela, aku senang dan bahagia. Dia adalah keluargaku satu-satunya, meski bukan keluarga kandung. Tapi sekarang aku dipisahkan? Demi Bibi Hela, aku harus bertahan di sini. Aku tidak ingin toko bunga itu rata dengan tanah, apalagi sampai Bibi Hela terluka. Orang ini ... dia sungguh tidak punya hati,” bisik Gretha di dalam hatinya. “Ikut dengan mereka, mereka akan menunjukkan kamarmu. Nanti sore, nanti sore putra saya akan turun dan kau bisa berkenalan dengannya. Kau akan diberikan berbagai hal tentang putra saya, dan kau harus pahami semua itu.” Gretha mengangkat kepalanya dan menatap Kendrick. “T-tapi, Tuan. Saya belum memberitahu Bibi Hela jika saya akan bekerja di sini. Bisa beri saya izin untuk menemuinya sebentar saja?” “Tidak. Kau memiliki ponsel ‘kan? Tinggal hubungi dia menggunakan benda itu. Jangan memancing saya. Pergilah sekarang.” Kendrick berbalik badan dan bergerak ke kursi kebesarannya. Beberapa maid mengajak Gretha pergi dari sana. Gadis kecil nan polos itu menatap Kendrick yang benar-benar tak memiliki belas kasih kepadanya. “Bahkan dia tidak memberiku waktu untuk sekedar berpamitan kepada Bibi Hela. Dia pasti sangat khawatir sekarang.” Gretha bermonolog di dalam hatinya, dia ingin menangis rasanya saat ini. “Ini kamar Anda dan ini kartu kamarnya. Silakan lihat-lihat dulu, lima belas menit lagi akan ada maid lain akan datang ke sini. Mereka akan mengenalkan seluk-beluk mansion kepada Anda, termasuk penjelasan tentang Tuan Muda Tyson.” Kening Gretha berkerut. “Tyson?” “Iya, putra dari Tuan Tyson, anak yang akan Anda jaga.” “A-apa? J-jadi ini adalah kediaman keluarga Tyson?” “Benar, apa Anda tidak melihat gerbang utama? Ada tulisan jelas kediamana Tyson di sana.” Gretha terdiam. “A-ku tidak memperhatikannya karena terlalu takut,” gumam Gretha. “Masuklah, waktu Anda hanya lima belas menit, sebelum nanti harus berkeliling. Berkeliling di mansion ini butuh waktu dan tenaga. Jadi kami sarangkan baringkan tubuh Anda sejenak. Kami permisi.” “T-tunggu. Maaf, aku tidak bisa menggunakan ini. Bagaimana caranya?” Gretha mengangkat chip di tangannya. Dia belum pernah menggunakan itu untuk membuka kunci kamar. Sungguh kediaman Tyson sangat mewah bak istina. Bahkan kamar para pelayan saja menggunakan chip untuk membuka dan mengunci pintu. Setelah berhasil dibantu oleh para maid lain membuka pintu kamar. Kini Gretha sedang ternganga di tempatnya. “Apa mereka tidak salah kamar? Ini kamarku? Bahkan ini sangat mewah, tidak seperti kamar pembantu. Luasnya bahkan hampir sama dengan luas toko bunga milik Bibi Hela. Ya, ampun, pantas dia bisa melakukan apa saja, semena-semena kepada orang kecil, nyatanya Tuan Tyson ini sangat kaya. Aku juga tidak menyangka, ternyata laki-laki arogan tadi adalah Tuan Tyson. Katanya dia seorang duda, berusia empat puluh dua tahun. Tapi ... kenapa dia masih begitu tampan? Aku mengira dia masih awal kepala tiga.” Gretha berceloteh di sela langkahnya mengelilingi kamar. Perempuan itu tak sadar jika setiap pergerakannya kini diperhatikan oleh sepasang mata tajam. Kendrick, pria itu adalah jenis manusia yang tidak mudah percaya kepada orang baru. Memilih Gretha untuk mengasuh putranya, itu adalah suatu keputusan paling besar menurut Kendrick. Jadi dia harus benar-benar memantau Gretha, memastikan perempuan itu bisa dipercaya, bukan seorang pengkhianat atau mungkin penyusup serta mata-mata lawan. “Apa tidak akan masalah, Tuan? Jika Nona Gretha tahu ada kamera di dalam kamarnya, dia pasti akan marah dan berpikir Anda mesum.” Kendrick menoleh tajam ke arah tangan kanannya yang langsung menunduk. “Ini hanya selama beberapa hari. Lagi pula saya juga tidak minat dan tidak bernafsu kepadanya. Dia masih kecil, gadis kecil seperti itu bukan tipe saya. Umurnya masih dua puluh dua tahun, hal apa yang akan menarik dari tubuhnya. Dua gunung kembar itu juga palingan baru tumbuh, tidak akan menggoda sama sekali.” “Tapi aku lihat sekilas, gadis kecil ini malah cukup berisi. Tuan Tyson memang keras kepala dan terlalu arogan,” batin tangan kanan Kendrick.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD