Chapter 4 - Memenuhi Keinginan

1615 Words
Mata cokelat Jin Xia perlahan membuka, mengubah posisi menjadi duduk, menatap ke sekeliling kamar yang dipenuhi barang-barang kuno dan berkelas. Cat dinding merah muda. Di bagian atap kamar dihiasi lampu-lampu lampion warna-warni. Jendela yang dihiasi gorden merah muda. Jin Xia memasang posisi berpikir. “Apa ini tempat yang dimaksud Kakek Lu?” tanyanya pelan. “Ini zaman sekarang atau zaman kerajaan, ya?” tanyanya pelan. Jin Xia bangkit dari posisi duduk, dia melihat-melihat barang perabotan yang ada, menyentuhnya. “Hei bukankah ini cermin kuning yang dipakai orang zaman dahulu?” ucapnya. “Tak salah lagi ini pasti zaman kerajaan,” ujar Jin Xia dengan nada yakin. “Nona, Anda sudah bangun?” Seorang gadis muda berpakaian khas pelayan tersenyum manis sembari membawa nampan yang berisi pakaian, dan meletakan di atas meja kecil. Wanita muda itu bertanya dengan nada tidak percaya. Jin Xia menoleh ke arah sumber suara, menatap ke arah pintu masuk. “Nona?” beonya pelan. Respon gadis cantik itu dengan cepat memahami keadaan yang sedang terjadi. “Iya, aku sudah bangun.” Gadis pelayan itu memandang nonanya dengan raut wajah heran, tampak kedua alisnya bertautan. “Nona Muda selama ini selalu bangun kesiangan, tapi kenapa hari ini begitu pagi?” ujarnya sangat pelan hampir tak terdengar. Jin Xia bisa menangkap raut wajah kebingungan di wajah Min, dalam hati bertanya apa dia melakukan kesalahan? Gadis itu tersadar dan pikirannya terpikir suatu hal yang paling masuk akal yaitu pemilik tubuh asli tidak pernah bangun pagi. Berdasarkan ingatan yang tersimpan nama gadis yang berada di hadapannya itu Min, pelayan Jin Xia sejak kecil. Hubungan di antara keduanya berjalan dengan baik seperti pada umumnya. “Min, aku ingin mandi tolong siapkan keperluan mandi yang dibutuhkan,” pinta Jin Xia dengan nada yang lembut. Min mengangguk dengan patuh, kemudian segera mempersiapkan semua kebutuhan yang dibutuhkan. Sebagai pelayan sejak kecil gadis itu tahu betul kebiasaan nona mudanya ini, tapi kenapa hari ini Nona berbeda? Pertama bangun pagi dan kedua mandi pagi. Biasanya nonanya sangat malas untuk membersihkan diri, sampai-sampai Min harus membujuknya agar mau mandi. Sudahlah, aku yang terlalu banyak berpikir. Mungkin saja Nona Muda ingin mengubah kebiasaan buruknya, batin Min mencoba berpikir positif. “Nona, Anda sekarang bisa membersihkan diri,” ujar Min mempersilakan. Jin Xia mengangguk. “Terima kasih, Min.” Min tersenyum. “Sudah kewajiban Nubi untuk melayani Nona.” “Min, aku mau mandi sendiri tanpa dibantu oleh kalian." Jin Xia membalik tubuhnya menghadap gadis pelayan yang berjalan mengekor di belakangnya. “Baik, Nona Muda, Nubi akan mengatakan kepada para pelayan.” Min membungkuk hormat sebelum melangkah keluar dari ruangan majikannya tersebut. Jin Xia masuk ke dalam bak pemandian kayu yang sudah diisi air hangat dan taburan kelopak bunga mawar. Mengembuskan napas lega. “Untung saja aku tidak lupa salah satu kebiasaan di zaman dahulu jika memiliki pelayan. Maka saat mau mandi lima atau empat pelayan akan membantunya mandi. Aku tidak terbiasa dengan itu.” *** Usai membersihkan diri dan berdandan secara natural Jin Xia duduk bersila di atas ranjangnya, sedangkan pelayan setianya itu sedang berada di pasar. Tiba-tiba kilasan ingatan pemilik asli tubuh ini memenuhi otak Jin Xia. Rasa sakit mendera kepalanya. Gadis itu mencengkram kuat seprai yang sudah kusut karena genggaman kuatnya. “Sakit! Huhu rasanya sakit sekali!” rintih Jin Xia tak tahan. Beberapa tetes air mata keluar dari sudut matanya. “Sakit sekali!” rintih Jin Xia berharap rasa sakitnya segera berakhir. Pemilik tubuh asli bernama Yuan Jin Xia. Dia adalah anak kedua, putri tunggal dari Yuan Jia Zhen dan Xin Qian, memiliki satu orang kakak laki-laki namanya Yuan Bing Jie. Pemilik tubuh asli meninggal karena serangan jantung mendadak tepat sebelum jiwa Lin Jin Xia masuk untuk menggantikan. Jin Xia mengembuskan napas lega setelah kepalanya tidak terasa sakit. “Hah, hah akhirnya.” Dia menatap ke arah depan tampak seorang gadis cantik yang mirip dengan dirinya tengah tersenyum lembut menatapnya. “Maafkan aku karena memberikan ingatanku padamu secara mendadak sehingga dirimu kesakitan.” Sosok itu mengatakannya dengan raut menyesal. “Tidak masalah.” Jin Xia mengangguk pelan, berusaha tersenyum. Dia bisa menebak sosok itu adalah Yuan Jin Xia yang asli. “Aku ingin kau melanjutkan hidupku. Aku tidak ingin Ayah dan Ibu sedih, mulai sekarang kamu adalah Yuan Jin Xia putri dari Yuan Jia Zhen dan Xin Qian.” Sosok perempuan cantik mirip Lin Jin Xia mengatakannya dengan tatapan sungguh-sungguh. Jin Xia mengangguk. “Baik, aku akan menggantikan dirimu dan tidak akan membiarkan kenyataan yang sebenarnya mereka tahu,” sahutnya serius. Yuan Jin Xia terlihat puas dengan jawaban Lin Jin Xia sebagai pengganti dirinya. “Terima kasih, aku percaya padamu. Setelah pertemuan singkat kita ini semuanya akan bergantung kepadamu, dan bagaimana cara kau mengatasinya.” Sosok yang mirip Lin Jin Xia tersenyum bahagia, perlahan tubuhnya memudar menyisakan gelang putih berhiaskan bintang-bintang kecil yang kini melekat di tangan kiri Jin Xia. “Jin Xia? Kau pergi ke mana?" tanya Jin Xia mencari di sekeliling ruangan, tapi tidak menemukan sosok Yuan Jin Xia asli. "Tampaknya dia sudah pergi, tinggal aku yang harus memenuhi keinginannya," ujarnya beberapa saat kemudian. *** Siang hari yang tidak terlalu panas. Awan menyelimuti Raja Siang. Benda ringan putih itu perlahan bergerak di langit biru yang tanpa ujung. Beragam aktivitas dilakukan masyarakat di Kota Tianme dan juga kota lainnya Yuan Jin Xia duduk santai di bawah pohon rindang menikmati angin yang berembus damai membawa ketenangan jiwa. Di depan Jin Xia duduk ada meja bulat yang dihiasi pot bunga lily dari tanah liat. “Meimei! Coba lihat apa yang Gege bawakan untukmu!” seru seorang pria berusia dua puluh dua tahun membawa nampan berisi makanan melangkah mendekat. Pria yang statusnya sebagai kakak kandung Yuan Jin Xia tersenyum lebar. “Meimei?” ulang Jin Xia pelan mengernyitkan dahi, merasa asing dengan panggilan itu. Oh, ayolah Jin Xia adalah seorang anak tunggal tidak memiliki kakak dan adik. Wajar saja jika dia merasa aneh. Ah, dia harus mulai membiasakan panggilan Meimei untuknya. “Dia kakaknya Yuan Jin Xia yang berarti akan menjadi kakakku juga,” ucap Jin Xia pelan. Yuan Jin Xia lantas membalas senyuman kakaknya itu dengan senyuman manis juga. “Gege bawa makanan apa untukku?” Dengan susah payah Jin Xia memanggilnya gege. Yuan Bing Jie meletakkan nampan berisi dua mangkuk berisi makanan di atas meja pelan, membuka penutup mangkuk, asap-asap yang mengepul keluar membawa aroma masakan yang menggoda selera. “Bakpao?” Beo Jin Xia. Benda putih bulat itu menarik perhatian Yuan Jin Xia. Yuan Bing Jie mengangguk senang. “Gege ingat dua hari yang lalu Meimei bilang ingin makan bakpao jadi Gege hari ini membuatnya.” “Terima kasih, Gege.” Jin Xia selama di dunianya belum pernah memakan bakpao. Gadis cantik itu penasaran bagaimana rasanya. “Ayo dimakan Meimei! Gege sudah memberikan juga kepada Ayah dan Ibu. Meimei tidak usah khawatir makan saja. "Oh, ya bakpao juga masih banyak di dalam.” “Tentu, Gege.” Jin Xia meniup bakpao yang masih mengepul, memakannya pelan. “Rasanya enak, Gege,” puji Yuan Jin Xia. “Makan juga Gege,” sambung Jin Xia. “Benarkah? Gege akan ikut mencobanya.” Yuan Bing Jie ikut memakan bakpao berisi daging ayam buatannya. “Enak seperti yang Meimei katakan. Oh, ya, Meimei, Gege akan pergi bekerja ke restoran. Meimei baik-baik di rumah ya.” Yuan Jin Xia mengangguk patuh. “Sepulang dari kerja Gege akan membuat resep masakan baru, kupikir Meimei nanti malam harus mencicipinya.” “Meimei akan menunggu,” balas Yuan Jin Xia. *** Yuan Jin Xia mengambil beberapa buku di rak buku di dalam kamarnya. Di dalam kamar Jin Xia ada perpustakaan kecil. Gadis cantik itu meletakkan buku di atas meja, mendudukkan diri di kursi nyaman membacanya salah satu buku yang diambil tadi. “Isinya bagus sekali berisi teknik-teknik dasar kungfu. Boleh aku coba juga nih,” ucap Jin Xia semangat. Yuan Jin Xia mempraktekkan beberapa teknik dasar kungfu. “Uh, tubuhku sepertinya masih kaku. Pemilik sebelumnya rupanya tidak pernah belajar sedikit pun tentang kungfu.” “Aku juga heran jika dia tidak ingin membacanya untuk apa menyimpan buku ini di perpustakaan kecil miliknya.” “Ada dua kemungkinan, pertama mungkin saja orang tua tidak suka Yuan Jin Xia belajar kungfu dan kemungkinan kedua Yuan Jin Xia memang tidak berminat belajar kungfu.” “Ah, sudahlah itu sudah tidak penting lagi. Sekarang tubuhnya sudah sepenuhnya menjadi milikku, aku akan membuatnya lebih lentur.” Yuan Jin Xia bermonolog sendiri. Untung saja tidak ada orang yang melihatnya jika ada kemungkinan akan mengadukannya kepada ibu atau ayahnya. Satu jam kemudian berlalu Yuan Jin Xia duduk beristirahat, badannya capek sekali dan juga pegal. “Di masa yang akan datang, aku akan lebih banyak berlatih.” “Seharusnya jika saja dia sedari dulu mempelajarinya tidak akan mungkin sekaku ini. Apalagi memiliki buku dasar-dasar kungfu,” keluh Jin Xia sedikit kesal. Nona Muda Yuan mencium aroma badannya. "Ew, baunya tidak enak." Dahinya mengernyit. “Nona Muda ini sayur-sayuran yang Anda pinta," ujar Min meletakkan satu keranjang rotan yang berisi beberapa ikat sayuran yang baru saja dipetik. Gadis muda itu sedikit terkejut saar netra matanya melihat hanfu Nona Mudanya basah. Nona Yuan dia habis melakukan apa? Hanfunya sampai begitu? batin Min. Dia ingin tahu, tapi tidak punya keberanian untuk menanyakan takutnya menyinggung Nona Muda. Yuan Jin Xia menoleh menatap gadis pelayanan itu sebentar. “Letakkan di dapur saja Min.” Pelayan wanita itu membalas dengan mengangguk patuh. “Satu lagi bawakan aku air dingin tenggorokanku rasanya kering,” perintah Yuan Jin Xia. Enak punya pelayan bisa disuruh-suruh, batin Jin Xia kemudian tertawa cekikikan. “Baik, Nona Muda. Nubi akan segera melaksanakannya. Mohon Nona menunggu sebentar.” Min mengangguk patuh, kemudian melangkah keluar dari ruangan menuju ke dapur, sedangkan Jin Xia mengganti hanfunya dengan hanfu yang baru. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD