“Tidak biasanya kau terlambat, Aurora,” gumam Gabby begitu melihat sahabatnya datang dengan napas terengah, wajah sedikit memerah karena berlari. Aurora menunduk sambil mengatur napas, lalu duduk di samping Gabby. “Aku harus mengantar keponakanku dulu,” ujarnya singkat. Gabby mengangguk paham, lalu menyodorkan ponselnya dengan antusias. “Lihat ini. Pewaris tunggal Em Corp. lagi jadi sorotan. Katanya sebentar lagi dia bisa menggeser posisi orang terkaya nomor satu di dunia.” Aurora menerima ponsel itu, menatap layar yang menampilkan foto Matthew dengan senyum dingin khasnya. Ia mendesah samar. “Memangnya siapa yang nomor satu sekarang?” tanyanya, lebih karena basa-basi. Gabby melotot heran. “Serius kau tidak tahu?” Aurora hanya mengangkat bahu. Dunia bisnis memang bukan wilayah yang me

