14. Video yang Tersebar

1239 Words
Yudha merogoh ponsel dari dalam saku celana pakaian dinas hariannya itu. Ia hendak menghubungi Laras. Ada rasa tidak nyaman saat tidak mendapati Laras di rumah ini. Orang lain dan tetangga bisa saja menyimpulkan jika rumah tangga mereka ada masalah. Nomor Laras tidak aktif malam ini. Yudha menepuk dahi dengan keras. Ia lupa jika saat malam hari, sang istri akan mematikan ponsel. Laras memang tidak nyaman jika waktu istirahat masih ada yang menghubungi. 'Ck! Apa dia malah menginap di rumah ibunya? Bikin repot saja!" Yudha marah di dalam hati tanpa mau tahu bagaimana perasaan sang istri saat ini. Laki-laki yang kini berjalan menuju dapur itu sangat kesal. Egois, Yudha hanya ingin dimengerti oleh Laras, tetapi tidak sebaliknya. Belum lagi, masalah besar akibat ulah laki-laki yang sangat manipulatif itu selalu saja dielak dan mencari kambing hitam. "Mana mau istrinya pulang, kamarnya aja habis dipakai enak-enak sama mantan istrinya. Jijik banget sih," kata salah satu tetangga yang pagi ini kebetulan baru saja membeli nasi uduk yang letaknya tak jauh dari rumah Yudha. "Heran, apa yang dilihat coba dan mantan istrinya itu. Cantik karena make up aja dibucinin setengah mati. Nggak banget, cantikan Mbak Laras ke mana-mana," kata yang lainnya sambil menatap jijik pada Yudha yang saat ini sedang memakai sepatunya di teras rumahnya. Yudha menatap tajam pada dua orang wanita yang mulutnya minta diberi tamparan itu. Dua wanita itu tidak takut sama sekali dan membalas tatapan Yudha. Banyak orang yang pada akhirnya menatap sinis dan jijik pada sosok ayah dua anak itu. Mereka menganggap jika Yudha tidak tahu diri. "Kenapa menggunjing saya? Kalian mau saya laporkan pada polisi? Tuduhannya itu perbuatan tidak menyenangkan." Yudha mengancam beberapa orang yang ada di depan rumahnya itu. "Sok atuh lapor sama polisi. Nggak takut kita ini. Video m***m kamu juga udah nyebar. Apa kabar seragam itu?" Ucapan salah satu wanita itu membuat Yudha terkejut. "Ramai pula! Nitizen rame-rame tag nama panglima tertinggi," kata wanita itu tanpa rasa takut sama sekali pada ancaman suami Laras itu. Yudha terdiam seketika saat mendengar ucapan dari wanita itu. Ya, Yudha bahkan tidak menyadari ada kegemparan apa setelah digrebek warga kemarin. Pantas saja, Cokro memanggilnya dan memperingatkan dengan nada halus, tetapi mematikan. Gegas, Yudha masuk ke dalam mobil. Ia bersiap untuk keluar rumah pagi ini. Sepanjang perjalan, suami Laras itu sama sekali tidak fokus. Apa yang akan terjadi di kantor? Kegemparan itu jelas akan membuat ayah dua anak itu mendapatkan sanksi. Sanksi susila itu sangat memberatkan. Yudha sangat yakin jika Cokro sudah tahu dengan pasti tentang kegemparan itu. Bagaimana menyikapi semua itu? Entah! "Yud, dipanggil Pak Cokro. Beliau sedang marah besar." Akbar mengabarkan pada Yudha dengan nada setengah berbisik saat ini. "Ada apa?" tanya Yudha dengan wajah tanpa rasa berdosa sama sekali. "Aku nggak tahu. Mending cepetan menghadap." Akbar langsung pergi meninggalkan Yudha saat ini. Mereka akan segera melakukan apel pagi seperti biasanya. Masih ada waktu lima belas menit dari jam apel pagi. Yudha pun segera menuju ke ruang Cokro. "Siap, mohon izin menghadap." Yudha memberikan hormat pada sang atasan. "Kamu sudah tahu? Video itu pasti benar adanya?" Bukan pertanyaan, tetapi fakta yang sedang dibicarakan oleh Cokro saat ini. "Bagaimana bisa kamu mencoreng nama kesatuan?!" bentak Cokro dengan nada tinggi yang mengisyaratkan amarah yang luar biasa. "Mohon izin menjelaskan. Saya tidak paham, tetapi sepertinya ada yang mengedit video itu. Saya dan Nadira, mantan istri saya sedang mengemasi pakaian anak kami yang tertinggal di rumah saya. Saat kejadian, Laras ada di rumah." Yudha dengan sangat lancar berbohong. "Mereka hanya berusaha mengadu domba antara Laras dan mantan istri saya, Pak. Dari awal, banyak tetangga yang tidak suka dengan keakraban kami bertiga. Saya dekat dengan mantan istri juga seizin Laras dan demi kedua anak kami. Laras juga selalu ikut bersama saat kami harus pergi," lanjut Yudha dengan wajah setenang mungkin. Cokro tidak tahu banyak tentang kecanggihan tekhnologi saat ini. Ada bagian khusus yang yang akan menangani. Butuh waktu beberapa waktu untuk mengindentifikasi apakah video itu asli atau editan. Cokro menatap tajam pada Yudha. Mendadak alarm tanda apel akan dimulai pun berbunyi. Cokro terpaksa harus menunda masalah ini. Ia tetap tidak percaya pada sosok muda di depannya itu. Yudha, sangat mudah berkelit saat mendapatkan masalah. Pukul sepuluh pagi, Yudha akhirnya menghubungi kedua orang tuanya. Ia meminta tolong pada mereka. Ayah dua anak itu menjelaskan kronologinya secara detail. Sang mama jelas sangat syok dengan masalah yang menimpa Yudha. Mama Heni Sutha : " Kamu gila, Yud! Ini nggak bisa didiamkan saja. Karirmu jadi taruhannya. Bukan jumlah uang yang sedikit untuk membuat video itu hilang dari media sosial. Mungkin dalam satu jam udah dilihat jutaan kali dan dibagikan banyak orang!" Yudha mengembuskan napas panjang saat membaca balasan pesan dari sang mama. Meski demikian, ia tetap berusaha fokus bekerja. Yudha tidak mau Cokro semakin curiga padanya. Sang komandan bukanlah orang yang bisa diremehkan. Yudha :"Ma, aku mohon, tolong aku. Mau jadi apa kalo aku sampai dipecat. Aku nggak tahu kalo digrebek." Mama Heni Sutha :"Mama akan bahas sama Papa kamu nanti setelah jam praktik rumah sakit usai. Ini mau ada akreditas rumah sakit. Mama banyak kerjaan juga. Pemilik rumah sakit mulai curiga tentang dana untuk alat. Mama yang dapat proyek ini." Yudha :"Aku mohon, Ma. Sekarang bicara sama, Papa. Masalah ini harus cepat selesai. Aku nggak bisa nunggu nanti atau bahkan juga sampai ganti hari. Karirku hanya akan selamat dalam hitungan jam." Yudha mengirimkan pesan terakhir pada sang mama. Kasak-kusuk teman dan kakak letting masih bisa didengar oleh telinga Yudha. Ia tidak membalas tentang ucapan mereka meski sangat ingin. Yudha fokus pada semua rencana yang ada di kepalanya. Sementara itu, Heni pusing mencari satu lembar kertas penting itu. Satu kertas itu hilang dan akan menimbulkan masalah besar. Jika yang menemukan kertas itu sesama pegawai mungkin akan sedikit aman. Lalu bagaimana jika yang menemukan kertas itu adalah orang lain. Heni sudah mendengar jika sosok bernama Arkana konon menurut penjelasan seorang sekuriti datang ke rumah sakit ini. Hanya saja, tidak ada yang bisa memastikan jika Arkana yang dimaksud adalah cucu Ningsih Firdaus. Heni melepaskan kaca mata lalu mengambil ponsel. Ia harus mengabari sang suami. "Halo, Pa. Yudha dalam masalah. Ada video dia digrebek sama Nadira di rumahnya. Video itu udah sampai di tangan Cokro." "Apa! Dasar anak nggak tahu diri! Bikin malu saja!" "Ck! Mungkin mereka khilaf, Pa. Toh, Mama ini masih pengen besanan dengan keluarga Nadira. Mereka keluarga terpandang dan terpelajar. Setidaknya nggak kebanting dengan keluarga istri Yudha yang sekarang." Bimo--ayah kandung Yudha mengusap wajah dengan kasar. Sang putra jelas sedang melempar kotoran di muka kedua orang tuanya. Cepat atau lambat, pasti banyak orang yang akan menggunjingnya. Bimo tahu bagaimana dan siapa sosok Cokro. "Baiklah, aku akan usahakan video itu segera di take down." "Makasih, Sayang." "Tapi, nggak semudah itu. Si Laras harus mau mengatakan jika itu tidak benar. Itu adalah video yang sengaja disebar oleh orang tidak bertanggungjawab setelah diedit." "Masalah si Laras mah gampang, Pa." "Oke." Bimo lantas memutuskan sambungan sepihak. Ia lantas menghubungi beberapa orang yang dikenalnya sebagai peretas data. Tak butuh waktu lama, video tentang Yudha pun hilang dari media sosial. Video itu tidak bisa dicari lagi saat ini. "Berapa saya harus bayar?" Bimo mengatakan dengan nada sombong pada pemuda yang ada di depannya. "Saya tidak minta bayaran. Senang bisa membantu." Pemuda tersebut tersenyum penuh kemenangan. Tidak akan ada yang menyadari jika suatu saat video itu akan kembali beredar. Bimo hanya bisa lega saat ini. Akan tetapi, masa depan keluarga ini pasti akan terancam. Ada banyak orang yang tidak suka pada Bimo termasuk sang peretas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD