bc

Don't Love Me

book_age18+
56
FOLLOW
1K
READ
student
tragedy
mystery
icy
male lead
like
intro-logo
Blurb

Don't Love Me!

Jangan mencintaiku, aku tak baik untukmu.

Bagaimana jadinya jika pria tampan yang selama ini dikenal baik hati, nyatanya dituduh sebagai pembunuh keluarganya sendiri? Apa benar dia seorang psikopat?

chap-preview
Free preview
Ketegangan di ruang dosen
Siang itu, di kampus terasa begitu panas, lebih panas dari biasanya. Seorang mahasiswa tampan yang kini tengah duduk bersandar di kursi di ruang dosen itu terlihat diam tanpa ekspresi ketika salah seorang dosen menanyainya mengenai masalah yang menyangkut kematian keluarganya. "Maaf, Bapak terpaksa memanggil kamu ke sini karena ada yang perlu Bapak tanyakan langsung ke kamu. Pasti kamu sudah tahu kalau group kampus kita, baik w******p, f******k dan media sosial lainnya, semuanya sedang membahas mengenai kasus pembunuhan keluargamu." Salah seorang dosen yang tengah mengenakan kemeja batik itu tampak gugup, keringat bercucuran di keningnya. Bagaimana tidak, kali ini ia duduk bersama seorang pemuda yang dikabarkan sebagai psikopat yang sudah membunuh keluarganya sendiri. Sebagai manusia normal, tentu saja ia merasa takut. Namun, ia terpaksa menanyai pria yang merupakan mahasiswa di bawah bimbingannya itu karena memang ia yang bertugas sebagai dosen wali pria tampan yang kerap dipanggil Ardi itu. Ardi masih diam, menatap Adiyuda yang merupakan dosen walinya sejak ia menjadi mahasiswa di kampus itu dengan wajah datar. "Bapak cuma ingin memastikan kalau bukan kamu pelaku pembunuhan itu." Adiyuda mengepalkan tangannya yang gemetar dan bahkan berkeringat sedari tadi. Pria yang masih melajang hingga sekarang itu, merasa begitu takut pada mahasiswanya sendiri, mahasiswa yang selalu menemuinya di awal semester untuk melakukan bimbingan. Selama ini hubungannya dengan Ardi biasa-biasa saja, hingga muncul desas-desus yang mengatakan kalau Ardi adalah psikopat. Sejak saat itu Adiyuda merasa takut, pria berumur 35 tahun itu takut kalau Ardi benar-benar seorang psikopat. Pasalnya, selama menjabat sebagai dosen wali mahasiswa tampan itu, ia beberapa kali bersikap keras pada Ardi, takut kalau mahasiswa tampan itu menyakitinya karena memiliki dendam padanya. Pendingin ruangan yang terpasang di ruang dosen itu seolah tak berfungsi. Adiyuda berkeringat sangat deras, merasa gerah walau suhu ruangan sudah disetel ke batas yang paling dingin. Sementara Ardi masih memasang wajah datar, bahkan setetes pun pemuda tampan itu tak mengeluarkan keringat. "Kalau saya terbukti melakukan pembunuhan, bukannya saya nggak bisa kuliah di sini selama ini, Pak Adiyuda?" Jawaban Ardi yang begitu ambigu. Pemuda itu memang terkenal sebagai pemuda yang ramah, suka tersenyum dan kemampuan akademiknya di atas rata-rata. Ardi tak menyangkal tuduhan teman-temannya yang mengatakan kalau ia adalah seorang psikopat. Namun, pemuda itu juga tak membenarkannya. Ia seolah menyerahkan semua tanggung jawab kepada pihak yang berwajib. Namun, yang membuat Adiyuda semakin ketakutan adalah ekspresi wajah Ardi saat ini. Pemuda itu tampak biasa saja, tidak marah, tidak juga takut seperti dirinya. Seolah kasus pembunuhan yang sedang mereka bahas adalah kasus pembunuhan orang lain. Itu adalah kasus pembunuhan orang tuanya, keluarganya, ibu, ayah dan adik perempuannya yang saat itu masih berusia 5 tahun. Adiyuda semakin ketakutan, kaki dan tangannya semakin gemetar. Jika ia bisa melimpahkan tugas itu kepada orang lain, ia tak ingin berada di posisi itu saat ini. "Tentu saja. Bapak cuma mau memastikan kalau itu semua adalah gosip. Mana mungkin kamu setega itu sama keluargamu sendiri. Bapak tahu kamu anak yang baik, Bapak udah mengenal kamu selama 3,5 tahun ini." Adiyuda seperti sedang menjilat, ia ingin terlihat baik di depan Ardi. Pemuda tampan itu menatap sang dosen dengan tatapan datar, tak ada emosi di sana. "Kalau sudah tidak ada yang ingin Bapak sampaikan lagi, saya permisi pulang." Ardi berdiri. Sontak saja Adiyuda ikut berdiri, hal yang selama ini tidak pernah ia lakukan. Karena ketakutan yang menggebu di dadanya, ia memilih bersikap baik pada mahasiswanya itu. "Iya, silakan." Adiyuda tersenyum, tentu saja senyum palsu. Segera setelah Ardi keluar, Adiyuda bernapas lega, beberapa kali ia mengambil napas panjang dan lalu menyeka keringatnya dengan menggunakan tisu. Ardi keluar, mendapati beberapa dosen berdiri di depan ruangan itu, mereka menguping sedari tadi. Ardi menunduk beberapa saat sebelum akhirnya pergi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan tentu saja tanpa senyum. Beberapa dosen yang sedari tadi menguping itu, menatap Ardi dengan perasaan takut. Para dosen yang berjumlah 5 orang itu langsung masuk ke ruang Adiyuda dan menyerang teman seprofesinya itu dengan berbagai macam pertanyaan dan protes. "Kenapa dibiarin pergi gitu aja?" "Harusnya Pak Adiyuda bilang sama dia buat nggak ke kampus untuk sementara waktu." "Apa dia bener-bener psikopat?" Ruangan yang awalnya sepi dan tegang itu, kini berubah menjadi riuh seperti pasar saja. "DIAM!" Adiyuda berteriak. Pria itu menatap orang-orang di sana dengan mata yang membulat sempurna. "Nggak usah banyak protes! Kalo kalian berani, kenapa nggak kalian saja yang bilang itu ke dia?!" Semua orang diam, lalu duduk dengan raut wajah yang ditekuk. "Maaf." "Banyak mahasiswa yang nggak berani ke kampus karena takut sama dia." "Aku sendiri aja takut. Bagaimana kalau dia yang membunuh keluarganya?" "Sudah-sudah, itu semua kan masih gosip. Belum tentu benar." "Gosip? Berurusan dengan psikopat itu bukan main-main. Emang mau di kampus kita ada kasus pembunuhan?!" "HUS!" Suasana di ruangan itu kembali menegang. "Sudah-sudah. Toh Ardi juga udah nggak ambil mata kuliah umum lagi. Dia cuma ambil skripsi semester ini. Jadi, dia pasti ke kampusnya jarang-jarang. Kita jangan langsung ambil kesimpulan sendiri. Nyatanya, kalo memang dia terbukti bersalah, harusnya polisi udah tangkap dia, kan?" Adiyuda berusaha bersikap objektif. Apalagi selama ini Ardi tak pernah membuat masalah di kampus, ia adalah mahasiswa yang rajin. Semua orang mengangguk. "Saya juga berharap bukan Ardi yang membunuh keluarganya itu. Dan saya berharap, pelaku yang sebenarnya bisa segera ditangkap. Kalau bukan dia pembunuhnya, kasihan, dia pasti sangat menderita. Dia sudah sakit karena kehilangan keluarganya, masak harus ditambah dengan tuduhan palsu itu." "Gimana kalau dia pembunuh sebenarnya? Yang saya tahu, psikopat itu pandai berbohong. Bagaimana kalau sebenarnya dia nggak cuma membunuh keluarganya, tapi juga ada pembunuhan lain yang tidak terungkap?" Mendengar pendapat dosen-dosen lain, Adiyuda kembali teringat mimik wajah Ardi yang terlihat santai selama pertemuan tadi berlangsung. Mahasiswa lain mungkin akan ketakutan jika harus di posisi pemuda tampan itu, atau setidaknya marah jika ia diberi tuduhan palsu, apalagi itu adalah kasus pembunuhan yang melibatkan keluarganya sendiri. Namun, pemuda itu tampak tenang, sama sekali tak menunjukkan emosi. Benar-benar tak bisa ditebak. Bulu kuduk Adiyuda tiba-tiba terangkat, merinding seketika saat membayangkan yang tidak-tidak. Tiba-tiba saja ada bayangan di mana Ardi tengah menatapnya dengan mata yang membulat sempurna, melotot padanya dan mengancam akan membunuhnya. "ARGH!" Membayangkannya saja sudah membuat Adiyuda ketakutan. Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Menantu Dewa Naga

read
177.3K
bc

Marriage Aggreement

read
81.2K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.4K
bc

My Devil Billionaire

read
94.8K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
861.0K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
625.3K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook