Dansa

1159 Words
Aku mendamba karena aku mencintai. Menginginkan menghirup udara yang sama dengan dengannya. Kebutuhan untuk memiliki keindahan begitu menghentak d**a tanpa ampun. Kebutuhan itu menjadi keputusasaan. Yang mana menjeratku tanpa kenal ampun. _______ Kali Persephone melayang ke tempat di mana ia pertama kali bertemu dengan sosok itu. Seseorang yang menjadi bunga di matanya. Dan membuatnya disambangi kegelisahan - kegelisahan tak berkesudahan. Hanya cahaya dewi bulan Artemis yang menyela kegelisahan yang panjang dan mengaburkan kemampuannya untuk tenang. Jantungnya bahkan menolak untuk tetap stabil saat wajah sempurna pria yang sesempurna wajahnya berkedip - kedip di ingatannya. Dia bahkan berpikir mengalami sesuatu yang dialami manusia yang bernama sakit jantung. Setidaknya sedang berada di ambang sana. "Ternyata benar, aku memang menemukanmu di sini." Punggung Persephone menegang, dia mendadak begitu panik dan salah tingkah. Baginya eksistensi ini begitu berat hingga sulit diabaikan. Di bawah tatapannya, Persephone sulit mengendalikan diri. Bahkan dewi musim semi itu merasa suaranya lebih indah dari nyanyian harpy yang sering datang dan menghiburnya. "Ke- kenapa kau mencariku?" Kegugupan menjadi teman Persephone ketika berada di depannya. Dia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk menyembunyikannya hingga membuatnya merasa sangat malu. Barulah dia menyadari betapa menyedihkan dirinya yang baru pertama kali mengenal pria asing dan tidak tahu cara bergaul ataupun berbincang dengan layak. Sangat bertolak belakang dengan Aphrodithe yang luwes. Mungkin karena selama ini hanya dewa terhormat seperti apollo atau Hermes yang menemaninya berbincang dan bermain. Ibunya tidak keberatan jika pria - pria yang baik yang dekat dengannya. "Kurasa aku harus membalikkan pertanyaan itu padamu, kenapa kau membuatku mencarimu, Kore? Kau mencuri ketenanganku..." Sebuah jawaban yang bisa menjadi ungkapan isi hati sang dewa. Yang secara menyedihkan diartikan lain oleh sang dewi musim semi. "Hah?" Persephone tidak tahu harus menjawab apa karena tidak tahu bagaimana menjawab. Dia tidak melakukan apapun yang membuat kerugian pada pria berjubah gelap tapi memiliki sinar paling terang dari sekian banyak dewa yang ia lihat. Dengan segera ia membantah hal tersebut karena ingin menunjukkan ketidak bersalahannya. "Aku tidak melakukan apapun," jawab Persephone dengan tegas. "Berbuat jahat pada makhluk tidak akan menjadi bagian dariku." Reaksi tersebut hampir membuat Hades tertawa. Dia tidak menyangka jika gadis itu menganggap ucapannya serius. Rupanya Persephone menganggap ucapannya nyata. Pasti karena dia jarang bergaul dengan yang lain selain tumbuhan yang ia tumbuhkan--- menjadikannya tidak tahu lelucon untuk menangkap hati seorang gadis. "Aku tahu kau tidak berbuat apapun. Tapi pada kenyataannya kau merebut ketenanganku, membuat diriku bukan lagi aku yang dulu, Kore." Persephone tidak bergeming tak kala jari panjang dan nampak kokoh milik Hades membelit surai kemerahannya. Merasa malu karena merasakan panas mengalir di pipinya. Dewi sadarlah... Dia bukan dari bumi. Persephone bergerak mundur karena peringatan dari tumbungan buah anggur yang daunnya menjulur membelai kakinya. Demi Zeus, Persephone tersadar jika begitu tenggelam dalam hal yang tidak ia kenal, hanya karena pria itu diliputi gelombang kemuliaan yang misterius. "Siapa kau, kenapa kau mencariku?" "Alasan yang sama yang membuatmu mencariku," jawab Hades tenang. Dia tetap melanjutkan menelisik surai indah yang mewakili warna bunga. Baginya alam bawah tanah pasti akan hidup jika gadis ini menginjakkan kakinya di sana. Persephone menambah jaraknya dari Hades, membuat tautan surai di jari - jarinya jatuh terayun angin yang berhembus. Berkibar indah nan membingkai wajah Persephone yang begitu murni dan polos. "Aku tidak mengerti apa yang kau maksud, lebih baik aku pergi..." Persephone akan membalikkan tubuhnya sebelum melanggar larangan ibunya lebih jauh dari ini. Seharusnya dia tidak membantah perintah sang ibu meski dirinya begitu merasa ibunya tidak adil. Namun sekarang, merasakan perasaan aneh hanya karena melihat sosok asing membuat Persephone mulai mempercayai sang ibu. "Aku Hades, ingatlah namaku. Besok aku tunggu kehadiranmu di sini. " Persephone tidak bersuara dan terus berlari kecil. Namun hati kecilnya terus merapalkan nama itu seolah takut akan melupakannya. Dan begitulah pertemuan - pertemuan yang terjadi antara Persephone dan Hades terjadi. _________ Ivy masih tidak bisa percaya ia bisa melihat semua ini di tengah musik yang menghentak, lautan manusia di bawahnya dan ruang tak tertutup sempurna. Semua yang ia saksikan adalah hal terindah dari yang paling indah. Begitu menakjubkan sampai tak bisa diungkapkan. "Apa ini nyata?" Tanya Ivy yang tubuhnya masih menempel pada pria misterius bertopeng. Dia benar - benar merasakan menjadi Cinderella yang disihir ibu peri karena pakaiannya yang pendek selutut mulai berubah menjadi gaun panjang yang menyentuh tanah. Bersama untaian bunga yang diikat rantai emas, dan mahkota bunga yang hinggap di keningnya. Ivy tidak ingin protes meski ini adalah hal paling aneh yang terjadi di hidupnya. "Ini hanya bayangan semata, " jawab sang pria bertopeng. "Bayangan bisa seindah ini. Rasanya aku tak percaya." Bunga - bunga yang melayang di sekitarnya nampak ajaib. Bersama dengan harpa yang juga melayang dan senarnya bergerak sendiri. Ada banyak kunang - kunang yang mengitari mereka. Ivy merasa dia mabuk karena koktail buah yang tadi ia minum. Dan pria ini bilang itu hanyalah bayangan? Sang pria bertopeng enggan membantah, dia mengangkat tangannya yang menuntun langkah kaki Ivy memutar. Bayangan roknya pun mengembang seperti bunga lily yang mekar. "Ya Ampun. Ini sangat menyenangkan. " Ivy yang beberapa menit yang lalu menari seperti ular yang menggeliat, kini mendadak melakukan tarian waltz yang elegan. Gerakan yang intim bagi dua insan yang berbeda jenis karena tidak memiliki jarak yang nemisahkan. Dengan tangan pria itu di pinggangnya sedang tangannya yang lain saling bersentuhan dengan tangannya, membuat Ivy tahu jika sudah terlalu dekat dengan pria misterius itu. Alunan musik menghentak mendadak membuyarkan semuanya. Si pria mundur dan tersenyum tipis. Membuat Ivy begitu tidak terima karena kehilangan hal yang luar biasa menakjubkan. "Akh semuanya menghilang," des*h Ivy. Dia menatap hampa pada segala sesuatu yang menghilang. Sangat menyayangkannya, dan menginginkan bayangan itu tak pernah berakhir. "Tidak ada pesta yang tidak usai. Kita harus berpisah di sini. " Pria itu terus mundur, dia menarik tirai gelap yang berada di sisi ruangan hingga menutupi seluruh tubuhnya. Tak lama kemudian sosoknya sudah tidak berada di depannya lagi. "Dia pasti pesulat ilusionis..." guman Ivy. Sebuah dugaan sederhana sebagai refleksi dari sifatnya yang sederhana. ..... "Ivy!" Panggil Angel yang mencarinya. Dia pasti sudah selesai dengan pria macho yang memakai gelang duri itu. Jadi dengan senang hati mencari temannya yang polos dan masih baru di gemerlapnya club. "Angel, maaf aku tadi ada urusan," ucap Ivy. "Ah... apakah dia tampan?" Tanya Angel. Dia begitu mudah menebak pikiran Ivy yang masih bersemu hingga sekarang. Ivy mengangkat bahu. "Lebih baik kita pulang sekarang, aku tidak bisa menceritakanmu di tempat yang membuatku menjerit hanya karena bicara." Mereka pun pulang dan tidak menunggu Corne dan kekasihnya. Kedua orang itu pasti sudah menghilang dan melakukan hal- hal menyenangkan di klub. Itu karena mereka berdua baru berkencan satu minggu yang lalu sehingga nampak tergila - gila antara satu sama lainnya. Tidak mungkin mereka berdua ingin merusak suasana temannya yang sedang kasmaran itu. Jadi Corney pasti akan lebih berterima kasih pada mereka berdua jika tidak mengganggunya. Untuk menghindari suara - suara yang tidak ia inginkan, Ivy memelik menginap di apartemen Angel meski untuk sesaat. Setidaknya dia tidak lagi perlu merasakan bisikan aneh dari sesuatu yang nampak tak kasat mata. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD