PART 4

1236 Words
Setelah menghabiskan waktu istirahat bersama tadi siang, Nendra kembali ingin mengganggu Pesona. Dia sekarang sedang menunggu gadis itu di gerbang sekolah dengan motor miliknya. Nendra melihat kearah belakang mengawasi siapa tahu Pesona sudah keluar kelas. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya gadis yang ditunggu olehnya keluar juga. Pesona berjalan dengan langkahnya yang malas membuat tubuhnya terkadang sempoyongan. Nendra melambaikan tangannya ke arah Pesona, melihat hal itu Pesona justru melengoskan wajahnya dan memilih untuk terus berjalan tanpa menghiraukan lelaki itu. "Hei.. Pesona? Astaga itu anak cuek banget, baru tadi ditraktir sekarang. Bilang terima kasih kek..." gerutu Nendra. Nendra menyalakan mesin motornya, dia melajukannya menyamakan dengan langkah Pesona yang sudah mendahuluinya. "Pulang bareng aku aja ya? Aku jamin kamu bakal aman, selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Ind...." Sebelum perkataan Nendra selesai, Pesona lebih dulu meliriknya sinis dan membuat lelaki itu hanya mengeluarkan cengirannya. "Ayolah Pesona, hitung-hitung kamu hemat uang buat ongkos angkutan umumkan? Aku jamin aman kok, kalo nanti di jalan nabrak ya mungkin emang udah takdirnya nabrak mau gimana lagi?" tutur Nendra dan dia mengeluarkan cengiran keduanya saat ditatap lagi oleh Pesona. "Lo itu cerewet banget sih! Gue ngga mau ambil resiko kecelakaan karna mata lo yang rabun itu! jadi minggir!" ucap Pesona. "Aku ngga akan minggir sampai kamu mau naik ke motorku! Mataku ini sehat, kamu bisa percaya sama aku." Pesona tidak menghiraukan perkataan Nendra, dia terus berjalan dan berhenti untuk menunggu angkutan umum yang lewat. Sementara itu, Nendra masih tetap ditempatnya menunggu Pesona naik ke atas motornya. Saat Pesona berhasil menghentikan salah satu angkutan umum, Nendra selalu mencegahnya masuk. "Lewat aja pak! Dia pulang bareng saya..." ujar Nendra pada supir angkutan umum yang berhenti dihadapan Pesona. "Engga pak! Saya naik kok...." teriak Pesona ingin bergegas masuk tetapi tangannya digenggam Nendra. "Sayang, kamu kenapa sih masih marah sama aku? Aku minta maaf, dia itu Cuma temen aku! Kamu jangan cemburu terus dong, sayang.." ujar Nendra membuat Pesona membulatkan matanya terkejut. "Lo ngomong apa sih?! Dasar gila! Saya naik pak.." bentak Pesona. "Sayang, aku benar-benar minta maaf! Aku akan berlutut dihadapan kamu sekarang juga kalau kamu mau..." Kata Nendra sambil turun dari motornya dan berlutut memegangi kaki Pesona. "Lo apaan sih! Lepasin?! Orang ngga waras lo, minggir!" bentak Pesona memberontak. "Mba, ini jadi naik apa engga?" tanya supir itu. Para penumpang yang berada didalam angkot bahkan sudah tertawa cekikikan, ada diantara mereka terlihat iri karena merasa bahwa Pesona sangat beruntung mendapatkan lelaki setampan Nendra. Jelas! Nendra adalah lelaki berperawakan sangat porposional, siapa wanita yang tidak menginginkannya? Tentu saja, Pesona. "Jadi pak..." jawab Pesona gemas. "Jangan tinggalkan daku seorang diri, wahai kekasihku! Daku tidak sanggup hidup seorang diri tanpa kehadiranmu, kekasihku..." ucap Nendra semakin berpura-pura sedih. "Ya Tuhan..." desah Pesona. "Udah deh mba, kasian itu masnya. Selesaikan masalah kalian baik-baik, jangan ribut seperti ini. Kalian masih muda, masih panjang jalannya. Bapak doakan kalian bisa baikan lagi dan langgeng sampai menikah jadi kakek nenek ya.." tutur supir angkot tersebut membuat Pesona melongo. "Makasih pak.." jawab Nendra. Pesona hanya menghembuskan nafas pasrah melihat angkot tersebut kembali melaju meninggalkan dirinya bersama dengan Nendra sang aktor papan selancar laut itu. Pesona mengacak rambutnya kesal, sementara Nendra sudah berdiri dan tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian tadi. Saat Pesona tengah kesal, Angkutan umum ada yang kembali datang menghampiri mereka. Nendra sudah akan mengeluarkan jurus aktingnya tetapi Pesona memotongnya terlebih dahulu karena dia sudah cukup malu dengan perilaku lelaki gila itu. "Engga pak! Cepetan naik ke motor! Jangan buat gue berubah pikiran!" kata Pesona yang sudah berada di atas motor dan memegang kemudinya. "Kok kamu didepan? Kamu dibelakang dong! Masa aku cowo dibonceng cewe sih, ngga keren banget!" tolak Nendra karena malu. "Mau apa engga? Kalau ngga mau juga ngga apa-apa, gue bisa naik angkutan umum kok!" ancam Pesona. Nendra sempat berpikir keras untuk naik ke atas motornya, seumur-umur dia tidak pernah dibonceng oleh seorang wanita saat menaiki motor. Sungguh hari yang s**l! "Cepetan naik!" bentak Pesona. Akhirnya Nendra hanya bisa pasrah, dia naik ke atas motornya dan duduk dibelakang Pesona, saat di atas motor dia melepaskan helm yang dia pakai lalu memakaikannya ke Pesona dari belakang. Pesona hanya melihat ke belakang sekilas lalu dia kembali melihat ke depan dan menghidupkan motornya. Pesona meluncurkan motornya di jalanan ibukota yang macet, dengan mulusnya Pesona dapat menyalip satu persatu mobil dan motor yang ada didepannya. Nendra dengan akal modus tingkat dewa miliknya, tangan yang tadinya berada dipundak Pesona sekarang berpindah melingkar di perut Pesona. Pesona terkejut saat menyadari tangan Nendra telah melingkar di perutnya, dia mulai kehilangan fokus saat mengendarai motor. Tangan kirinya menepuk tangan Nendra yang setia bertengger memeluk dirinya. PLAK! "Ngga usah pegang-pegang! Gue udah peringatin lo, jangan sentuh gue sembarangan!" teriak Pesona. "Kalau aku ga pegangan nanti jatuh!" "Tadi aja ngga jatuh! Ngga usah banyak alasan deh lo!" "Tapi aku udah nyaman.." jawab Nendra kembali melingkarkan tangannya. "Gue yang ngga nyaman!" "Lama-kelamaan kamu juga bakal nyaman. Tunggu aja!" ucap Nendra. Pesona tidak membantah perkataan Nendra, percuma! Dia hanya akan kalah berdebat dengan lelaki gila seperti Ganendra. Pesona kembali memfokuskan diri pada jalanan yang ada dihadapannya, melaju terus menuju ke arah panti. Sesampainya di panti, Pesona mematikan mesinnya lalu turun dari motor itu diikuti oleh Nendra. Pesona melepaskan helmnya dan memberikannya pada Nendra, dia merapikan rambutnya sedikit karena berantakan. "Besok aku jemput kamu ya?" kata Nendra saat menerima helm itu. "Ngga usah! Gue dianterin lo pulang juga karena terpaksa! Lebih baik sekarang lo pergi dan jangan pernah datang lagi ke tempat ini, ngerti?!" "Oke, aku pergi tapi buat balik lagi! Besok aku jemput kamu disini jam setengah 7 dan aku tidak menerima penolakan!" jawab Nendra lalu menaiki motornya dan melajukannya sampai dia menghilang dari hadapan Pesona. Tanpa gadis itu sadari, dia baru saja menarik sudut bibirnya sedikit. Walaupun tidak bisa dikategorikan senyum tetapi itu sudah menjelaskan bahwa Pesona sudah mulai terpengaruh dengan kehadiran lelaki itu. Pesona memasuki halaman panti, disana terdapat anak-anak yang sedang bermain bersama. "Kak Sona udah pulang...." teriak salah satu anak panti yang bernama Dona membuat yang lain ikut berlari ke arah gadis itu. "Hmm.. udah sana main lagi, jangan berantem! Jangan buat Ibu kecapean ngurus kalian, ngerti?" ujar Pesona. "Ngerti kak..." jawab anak-anak itu. Pesona mengacak rambut salah satu anak itu, lalu dia masuk ke dalam rumah. Dia masuk ke kamarnya hendakberganti pakaian jika Bu Rianti tidak masuk ke dalam kamarnya. "Ada apa bu?" tanya Pesona. "Itu... tadi siapa yang bareng kamu? Cowo? Pacar kamu?" tanya Bu Rianti sukses membuat mata Pesona melotot. "Bukan bu! Dia bukan siapa- siapa! Dia itu hanya orang gila yang menyebalkan!" jawab Pesona kesal. Bu Rianti justru tertawa mendengar perkataan itu, " Masa sih? Kok kamu kayanya senang dianter dia?" "Dia bukan siapapun Ibu! Siapa yang senang? Aku biasa aja kok!" ujar Pesona. "Iya deh, gapapa kalau kamu belum mau cerita. Ibu liat kamu pulang sama teman aja udah buat Ibu seneng. Setidaknya Ibu tau kamu punya teman buat menemani kamu disekolah, apalagi pacar.." ujar Bu Rianti. "Dia bukan teman apalagi pacar aku Bu! Udah ah, aku mau ganti baju. Sana Ibu keluar!" jawab Pesona sambil mendorong Bu Rianti. "Hahaha... ngga perlu malu gitu deh. Aduh, anak Ibu udah dewasa ya? Udah kenal sama lawan jenis." Tawa Bu Rianti di luar kamar Pesona. Pesona bersandar pada pintu yang baru saja dia tutup, dia mendengus kasar. Dia berpikir bahwa ini semua karena lelaki gila itu. Dia yakin kalau bukan hanya Bu Rianti yang akan salah paham tetapi mungkin satu sekolah. Benar-benar menyebalkan! -------- TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD