Apa yang dilakukan Pesona pagi ini memang sangat diluar akal sehatnya. Entah kenapa, esok paginya dia justru menunggu lelaki itu di teras panti untuk menjemputnya. Berulang kali Pesona memikirkan hal itu justru membuatnya menggeram tidak jelas. Dia bahkan bangun dan menyelesaikan tugas paginya lebih awal hanya untuk menunggu lelaki itu sekarang.
Tik tok tik tok..
Jarum jam terus berputar tetapi, Nendra sama sekali belum menunjukan batang hidungnya. Pukul 06.45 Pesona masih berpikir positif, tetapi memasuki pukul 06.50 dia mulai mengumpat marah. Dia merasa dipermainkan oleh seorang Ganendra, akhirnya dia memutuskan untuk pamit Bu Rianti dan naik angkutan umum ke sekolah. Terlambat? Bukan hal yang besar.
Pesona terus menundukan kepalanya berusaha untuk tetap menerima semua omelan dari guru BK sekolahnya. Dia menghargai perkataan gurunya tanpa membantah sama sekali, bahkan ketika dia diberikan hukuman skorsing selama tiga hari karena membolos dan terlambat setiap harinya.
"Pelanggaran demi pelanggaran terus kamu buat! Apa kamu tahu Pesona?
"Saya tahu pak."
"Kalau kamu tahu kenapa kamu masih melanggarnya? Setiap hari terlambat, dan lihat absensi kamu! Dalam satu minggu saja kamu sudah membolos lebih dari tiga kali. Apa saya perlu memanggil kepala panti kesini?"
"Jangan pak! Saya akan menerima hukuman apapun tapi tolong, jangan libatkan kepala panti pak. Saya sudah sangat menyusahkan beliau."
"Lalu apa kamu pikir kamu tidak menyusahkan para guru yang mengajar dikelas kamu?"
"Maaf." Gumam Pesona.
"Huh.. baiklah! Kamu bapak skorsing selama tiga hari, selama itu kamu tidak boleh bersekolah. Setelah kamu kembali sekolah bapak harap kamu bisa memperbaiki sikap kamu ini."
Pesona hanya mengangguk kecil dan menjawabnya dengan suara lirih.
"Sekarang kamu boleh keluar!"
Tanpa mengatakan apapun Pesona berdiri dari duduknya lalu menuju pintu keluar. Pesona merasa sangat muak, dia bingung harus bersikap bagaimana. Seandainya dia marah itu juga tidak ada gunanya, mereka tidak akan mau mendengarkannya. Pesona mengepalkan tangannya, jika sampai Bu Rianti tahu maka dia pasti akan sangat kecewa.
Dia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga satu persatu sampai dia berhenti di pojok lantai 3 yang sepi. Pesona melewati pagar pembatas dan duduk dipinggiran luar pembatas itu, kakinya bergelantungan di udara. Dia melihat ke bawah, jika dia bergerak lebih maju mungkin dengan cepat nyawanya akan meregang karena terjun dari lantai paling atas.
Gadis itu mengeluarkan sebatang rokok dari tasnya begitu juga dengan pelatuknya. Dia menyulut ujung batang tersebut dan menyesapnya secara perlahan. Dia menengadahkan kepalanya sambil menghembuskan asap rokok tersebut. Hampir 2 jam dia berada diruangan laknat yang sering ditakuti oleh para siswa. Berbagai nasihat yang dia dengar sekarang seperti menghilang ikut dengan asap yang dia hembuskan.
Sekarang sudah waktunya istirahat, Pesona berpikir akan pergi ke restoran saja setelah bel masuk lagipula dia sedang di skorsing. Pesona menyesap rokok itu lagi lalu menghembuskannya, tepat saat asap itu keluar seseorang berteriak membuatnya terkejut dan hampir terjatuh.
"PESONA!!" bentak lelaki itu.
Pesona yang terkejut langsung memegang pinggiran alas tempat duduknya agar tidak terjatuh. Dia menoleh ke belakang dengan tatapan marah, walaupun dia membayangkan bunuh diri dengan terjun dari sini bukan berarti dia akan melakukannya. Gadis itu berdiri dari duduknya lalu melompati pembatas itu sebelum melontarkan kemarahan atas keterkejutan dirinya.
"Ngapain lo disini?! Suara lo itu bikin gue jantungan! Gimana kalau gue jatuh terus mati hah? Lo mau tangggung jawab?!" bentak Pesona.
"Kamu yang ngapain, bahaya tau ngga duduk disitu! Terus ini apa? Kamu merokok?" tanya lelaki itu dengan nada tingginya seperti membentak.
"Bukan urusan lo! Emang hidup lo udah benar apa? Sampai lo harus terus ngurusin kehidupan gue! Pasang kuping lo baik-baik, lo bukan siapa-siapa! lo sama sekali ngga berhak buat ikut campur masalah gue, ngerti?!"
"Aku ngga ngerti sama sekali! Kamu itu cewe, harusnya kamu ngga merokok!" jawab Nendra sambil merebut batang rokok yang ada ditangan Pesona lalu meremasnya menggunakan tangan.
"Lo gila hah? Tangan lo kebakar! Sebenarnya lo itu kenapa sih?! Kita ngga punya hubungan apapun! Lo juga ngga kenal sama gue, mau lo apa?" bentak Pesona.
Nendra hanya tersenyum mendengar Pesona yang marah padanya, lalu dia mengeluarkan permen karet dari sakunya dan memberikan itu pada Pesona.
"Daripada merokok, mending kamu kunyah ini aja. Jangan duduk lagi disitu, bahaya! Aku lebih setuju kalau kamu bolos daripada duduk disitu." Jelas Nendra meletakan permen karet itu ditangan Pesona.
Nendra membalikan badannya berniat untuk pergi dari sana.
"Kenapa lo ngga datang? Bukannya gue berharap, gue bangunnya siang jadi ngga mungkin kalau gue nungguin lo. Jangan salah paham!" ujar Pesona.
Lelaki itu berbalik menghadap Pesona lalu tersenyum lebar, Pesona mengalihkan pandangannya. Entah kenapa senyuman itu membuatnya menjadi gugup.
"Maaf, aku ada urusan jadi ngga sempat buat jemput kamu."
"Gue juga ngga berharap dijemput sama lo kok! Justru gue mau bilang, mulai besok jangan pernah ganggu gue lagi! Pergi sejauh mungkin dari kehidupan gue! Anggap lo ngga pernah ketemu sama gue dan hidup lo akan kembali tenang seperti dulu, begitu juga dengan gue." tutur Pesona.
"Oke, aku akan pergi." Jawab Nendra masih dengan senyumannya.
Pesona mengerutkan keningnya, tidak biasanya lelaki ini mau menerima permintaannya dengan sekali berbicara tanpa harus berdebat.
"Baguslah."
"Aku akan pergi, tapi untuk kembali. Setiap kamu usir aku maka aku akan pergi, tapi aku akan kembali lagi. Entah itu sore, malam atau mungkin esok hari, aku akan tetap kembali. Bukankah sudah terlalu lama kamu hidup sendiri? Apa kamu tidak lelah?" ucap Nendra.
"Kamu bisa bersandar di pundakku kalau kamu lelah. Berikan setengah bebanmu, aku akan selalu ada saat kamu membutuhkanku. Aku akan kembali, tunggu saja!"
Setelah mengatakan itu, Nendra berbalik melangkah meninggalkan Pesona yang terbengong mendengar perkataannya. Gadis itu mengangkat tangannya lalu memegang dadanya yang bergemuruh hebat.
"Perasaan macam apa ini?" gumam Pesona.
--------
TBC