13. Melihat Warna dan Aura

1208 Words
Raras tidak menyangka jika dia hanya akan luntang-lantung di jalanan seharian dan kembali ke rumah Aezar malam harinya. Kegiatan Raras cukup melelahkan, tetapi Raras justru bersyukur karena ia bisa lebih mengenal dunia baru selain tempat tinggalnya di Majapahit. Raras jadi sedikit memahami situasi dan bisa berbaur dengan yang lain. Hanya saja, Raras kemudian merasa penasaran, alasan apa yang membuat Aezar meminta Robert untuk menjemput Raras kembali? Apa benar yang dikatakan oleh Kyra, bahwa Aezar menyukai Raras? Ah, tidak mungkin. Raras akan mendapatkan jawaban yang sebenarnya ketika bertemu dengan Aezar nanti. Dan tak menunggu waktu lama hingga Robert mengantar Raras hingga ke depan pintu rumah Aezar. Robert mengetuk pintu dan Aezar muncul satu menit kemudian. Cowok itu tampak santai dengan setelan sweater besar berwarna krem dan celana pendek di bawah lutut. Ekspresi Aezar tak terbaca saat menyuruh Raras masuk dan menutup pintu kembali. Raras tersenyum tipis dan membungkukkan punggung sebagai tanda hormat. "Senang bisa bertemu kembali denganmu, Paduka. Jadi apa rencana Paduka selanjutnya?" Aezar tersenyum masam, pikirannya mencari-cari alasan yang akan membuatnya menyesal karena telah menyeret Raras kembali ke tempat ini. Matanya bahkan memindai tubuh Raras dari ujung kaki ke ujung kepala. Dan tanpa terduga, Aezar tidak merasakan apapun selain lega melihat Raras baik-baik saja. Apa yang terjadi pada Aezar hingga berlaku plin-plan sejak kemarin? Alasan macam apa yang akan Aezar berikan pada Raras tanpa membuat gadis itu besar kepala dan merasa menang? "Gue akan mengajukan penawaran sekali lagi," kata Aezar tenang. Ia menunjuk sofa ruang tamu dengan dagunya. "Duduklah dulu." Tanpa banyak kata, Raras menuruti perintah Aezar dan menatap cowok itu dalam diam. Aezar masih berdiri di depan Raras, seolah-olah menunjukkan kuasanya, bahwa kedudukan Aezar lebih tinggi dari Raras. Gadis itu tidak akan bisa melakukan apapun tanpa bantuan Aezar. "Lo boleh tinggal di sini selagi mencari cara untuk membuka pintu gerbang dimensi yang lo maksud itu. Tapi gue nggak akan ngasih tumpangan secara cuma-cuma, Raras." Aezar menatap Raras dan berdeham. "Apa keahlian yang lo punya, yang bisa menguntungkan gue?" Raras terdiam sejenak. Matanya memindai ekspresi Aezar, tetapi tak bisa menemukan apapun. Lagi-lagi Raras tidak bisa membaca aura yang melingkupi punggung Aezar, seolah ada kabut yang menutupinya. Kenapa Aezar bisa menjadi pengecualian? Takdir macam apa yang sebenarnya mengikat Aezar dengannya? Raras mengambil napas dalam dan berujar, "Sebelumnya, aku juga ingin bertanya padamu." Raras menatap mata Aezar lekat-lekat. "Apa yang membuatmu akhirnya memilih untuk mempercayaiku kembali? Yang aku dengar, orang-orang di era ini tidak percaya pada sihir, apalagi sebuah gerbang antar dimensi. Mereka bergantung pada teknologi yang bisa dimengerti secara logika. Jadi apa alasanmu, Aezar?" Cowok itu terdiam sejenak, seolah kehilangan kata-kata. Aezar mengalihkan pandangan dan berdeham. "Gue cuma mau ngasih lo kesempatan dan waktu buat nunjukkin keberadaan gerbang itu ke gue. Karena sejujurnya, gue juga penasaran sama cara lo bisa masuk ke penthouse gue." Aezar kembali menatap Raras. "Gue juga punya syarat tenggat waktu, Raras. Selama kemampuan lo gue anggap menarik untuk ditukar, maka lo bisa tinggal di sini selama satu bulan. Jika tidak, lo bisa pergi besok, tanpa lukisan." Raras terdiam. Alasan Aezar terdengar masuk akal. Apa Raras bisa mempercayai Aezar sekali lagi? Aezar tampak berbahaya karena Raras tidak bisa membaca emosi cowok itu. Raras juga tidak tahu apa yang sedang Aezar rencanakan dan pikirkan. Hanya saja, untuk saat ini, Raras tidak punya pilihan. Hanya Aezar yang bisa membantunya untuk kembali ke dunianya. Raras sejujurnya merasa senang karena bisa kabur sejenak dari masalahnya, tetapi, Raras tetap harus kembali dan bertanggung jawab. Apakah Raras harus jujur pada Aezar soal kemampuannya dalam menilai dan melihat aura? "Baiklah." Raras menatap Aezar dengan sungguh-sungguh. "Aku akan menceritakan rahasiaku hanya padamu, Aezar. Aku memilih untuk mempercayaimu sekali lagi." Aezar menatap Raras penuh antisipasi. Sedikit tidak menyangka bahwa Raras akan mempercayainya kembali dengan begitu mudah. "Oke. Gue bakal pertimbangkan sampai besok pagi, jadi, gue harap, ini adalah sesuatu yang menarik." Aezar kemudian duduk di sofa tepat di depan Raras agar mereka bisa mengobrol dengan leluasa. "Aku bisa melihat aura orang lain." Raras memulai dengan tenang. "Sejak aku menginjakkan kaki di tempat ini, aku bisa melihat warna emosi setiap orang yang aku temui. Aku bisa tahu mereka sedang dalam emosi baik atau buruk, layak didekati atau tidak. Aku juga tahu saat ada seseorang yang berniat jahat padaku. Jadi, aku bisa menghindarinya. " Hal tidak masuk akal macam apa lagi yang sedang Raras ceritakan? Cewek itu benar-benar mempunyai imajinasi yang tinggi. Mungkin cita-citanya ingin jadi penulis novel fantasi? "Jadi, intinya lo bisa jadi kayak cenayang?" Aezar memiringkan kepala menahan tawa. "Sekarang gue mau tanya. Aura apa yang gue punya? Apa gue terlihat seperti malaikat baik hati di mata lo?" Aezar bahkan sudah berencana mengusir Raras meski pada akhirnya ia menjemput gadis itu kembali. Apa itu sebabnya, Raras tidak berontak ketika Aezar memintanya pergi karena tahu bahwa Aezar akan segera berubah pikiran? Jika benar seperti itu, bukankah Raras justru semakin berbahaya untuk Aezar? Astaga... Apa ini? Aezar mulai mempercayai kata-kata Raras? Untuk kesekian kalinya? Aezar justru menduga bahwa Raras mempunyai bakat untuk memikat lawan jenis. Siapa yang tahu bahwa ia sudah melakukan sesuatu dan membuat Aezar tertarik pada Raras, serta tak bisa membiarkannya pergi? "Sejujurnya, kamu adalah pengecualian." Raras menatap Aezar dengan tenang, sorot matanya tampak begitu serius. "Aku tidak bisa melihat warna dalam dirimu. Maka dari itu, aku gamang saat melesatkan anak panahku padamu. Aku ragu saat kamu bilang bahwa aku boleh kembali. Hanya saja, aku memilih percaya pada takdir, kehadiranku di sini pasti bukanlah sebuah kebetulan belaka." Aezar terdiam. Benarkah... apa yang dikatakan Raras? "Kalau begitu, apa yang lo lihat dari Robert, Kyra dan Haru?" Aezar memilih untuk menguji Raras. Jika omongan gadis itu benar soal mereka, maka Aezar akan mempertimbangkan untuk mempercayai Raras sepenuhnya. Kemampuan Raras, jika memang benar, maka bisa membantu Aezar untuk menemukan orang-orang di perusahaan yang berniat buruk padanya. Kemudian Aezar akan memikirkan cara untuk menyingkirkan tikus-tikus pengganggu itu. "Kyra punya aura yang ceria, dan dia tulus sayang sekali padamu. Dia tipe gadis yang jujur dan blak-blakan, juga setia." Raras memulai bakatnya dengan mendeskripsikan sosok Kyra. "Ah, Kyra juga tidak percaya dengan cerita bohong soal aku. Dia menganggapku gadis yang spesial untukmu. Sementara itu, Robert adalah pria yang setia dan baik. Kamu bisa percaya dia sepenuhnya. Dan Haru... aku tahu kalau kalian berteman sejak kecil, tetapi Haru terkadang tidak menyukai sikapmu yang suka memerintah orang lain dengan seenaknya." Mulut Aezar setengah terbuka tak percaya. Aezar merasa seperti sedang memasuki tenda besar yang berada di sebuah carnival, di mana Raras adalah peramal berambut keriting, memakai bandana hijau dan memiliki bola kristal serta kartu tarot. Kenapa Raras biacra sesuatu yang sudah jelas? Bukankah, Raras bisa saja mendapatkan informasi seperti itu dengan bertanya pada lawan bicaranya? Hanya saja... Kenapa Haru membicarkan keburukan Aezar pada Raras? Aezar memang bossy, tapi ia tak menyangka bahwa selama ini Haru merasa terganggu dengan itu. Aezar terdiam sejenak, kemudian menatap Raras sambil menimbang-nimbang sesuatu. "Baiklah. Besok gue bakal bawa lo ke perusahaan buat uji coba." Aezar kemudian berdiri dan menepuk lututnya. "Gue bakal minta Robert buat beliin lo setelan kerja, jadi, sampai besok, Raras. Kalau lo gagal memuaskan gue dengan bakat cenayang lo itu, lo harus siap gue tendang dari rumah gue." Dengan begitu, Aezar meninggalkan Raras yang sibuk dengan pikirannya sendiri. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD