bc

Bukan Pernikahan Kontrak Biasa Sang CEO

book_age18+
2
FOLLOW
1K
READ
contract marriage
HE
confident
blue collar
bxg
lighthearted
city
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana jika kalian hidup seperti Marie, usianya sudah matang untuk menikah namun masih bekerja sebagai pemandu lagu di sebuah bar. Pekerjaan yang sama sekali bukan dambaan semua orang. Namun karena keharusan nya mencari duit untuk mencukupi kebutuhan, Marie melakukan hal itu.Sampai suatu hari Marie bertemu dengan William, seseorang yang datang ke bar dan mendapatkan Marie sebagai pemandu di ruangannya. Seperti hal nya novel, Marie tiba tiba diajak menikah namun dengan kontrak. Dimana Marie digiurkan dengan uang yang William tawarkan sebagai istri kontrak tanpa sentuhan fisik. Pernikahan itu hanya bertujuan untuk menutupi bahwa William adalah seorang gay. Dan apa Marie mau menerima pernikahan kontrak dengan pria yang menyukai sesama gender itu? Bagaimana kisah mereka selama menjadi suami istri kontrak?

chap-preview
Free preview
Pertemuan
Marie Claire, wanita yang sangat suka memoles bibir ranumnya dengan lipstik merah merona. Umur nya sudah 27 tahun, usia yang sangat ideal untuk menikah bagi para wanita menurut beberapa ahli. Marie adalah seorang perempuan yang hidup mandiri di sebuah kontrakan yang ia bayar perbulan. Orang tua Marie sudah bercerai, mereka sudah hidup bahagia dengan keluarga mereka masing masing. "Hei!" seseorang berteriak cukup keras. Wanita yang tengah duduk dengan segelas alkohol ditangan kanannya pun menoleh. "Ada pelanggan" kata seorang pria cungkring yang nampak sombong, sesekali pria itu menatapnya sinis. Marie langsung mengangguk. "Dimana?" tanya Marie "Ruang nomor 27, tunggu saja disana" Marie mengangguk patuh. "Aku duluan, Mir." kata Marie berpamitan pada bartender didepan nya yang tengah sibuk menuangkan beberapa cairan yang entah apa Marie tidak paham. Mirdad, sang bartender tampan yang tengah mengelap gelas itu mengangguk. "Good luck Mar!" serunya pada Marie. Marie merapikan dress merah yang Ia kenakan. Sebagai seorang pemandu bar yang sudah naik pangkat, Marie tak mau penampilannya terlihat lusuh. Disana memang ada sistem kasta, dimana pemandu bar senior tugasnya menemani para pria kaya yang menyewa ruangan elit di bar itu sedangkan pemandu bar junior biasanya menemani ruangan standar yang biasanya disewa oleh orang kalangan biasa. Marie lalu membuka pintunya setelah dirasa cukup rapi. Wanita itu juga dengan sengaja menggerai rambut panjangnya yang lurus itu kedepan, agar bagian dadanya tertutupi. Marie tidak mau mendapatkan resiko jika dia mengumbar dadanya yang dibilang cukup montok. Karena Marie bekerja di bar hanya untuk mendapatkan uang. Ceklek Marie masuk kedalam, wanita itu langsung membungkukkan badannya sedikit kala menemukan seorang pria yang tengah meminum alkohol mahal didepannya. Pria itu nampak tidak terkejut dengan kedatangan Marie, dia hanya melirik Marie sekilas lalu kembali fokus dengan minumannya. "Perlu saya tuangkan?" tanya Marie bergerak cepat mendekati pelanggan elit itu. "Bukannya tugasmu memang itu?" sahut pria dengan setelan kantor hitamnya itu membuat Marie hanya bisa tersenyum kecil. Marie lalu menuangkan alkohol kedalam gelas pria itu berulang kali. Namun, seperti tidak ada efek samping. Ia tetap sehat bugar tanpa terlihat mabuk sedikitpun. "Berapa gaji mu jadi p*****r begini?" tanya pria itu. "Cukup untuk makan." balas Marie singkat. Menjadi pemandu bar memang bisa dibilang menjadi sebuah pekerjaan beresiko. Setiap harinya ada saja perkataan yang menyakiti hatinya, entah itu mengolok, menggoda atau bahkan mencaci maki. Tangan pria itu tiba tiba terangkat, merangkul pinggang Marie yang kecil namun dengan ukuran pinggul yang lumayan besar. Marie tersentak lalu menoleh ke belakang. "Bagaimana kalau kerja denganku?" tawar pria itu. Marie mengernyitkan keningnya. "Kerja apa?" tanya Marie. "Menikah denganku." kata nya dengan tenang membuat Marie spontan melotot. "Kau sudah mabuk....Pak?" "Jangan panggil aku Pak, kau kira umurku 50 tahun?" balasnya. "Aku tidak bercanda, kalau kau mau mempertimbangkan tawaran ku. Aku akan jelaskan padamu." ujar pria itu. "Kau belum menikah kan?" tanya pria itu sembari menatap Marie. Marie menggelengkan kepalanya. Lalu wanita itu meletakkan botol alkohol mahal di tangannya dan duduk di sofa sembari menatap dalam pria itu. "Mama ku menyuruhku untuk menikah bulan depan." Marie mengangguk. "Lalu?" "Dan aku harus membawa pulang seorang wanita ke rumah untuk dikenalkan padanya." Marie kembali mengangguk. "Memangnya kau tidak punya pacar?" "Punya." balasnya. Marie mengernyitkan dahinya. "Lalu, apa masalahnya? bawa saja pacarmu kerumah. Lalu menikah dengannya, kenapa malah mengajakku menikah?" heran Marie. "Apa kau tidak direstui? Memangnya pekerjaan pacarmu apa? Pemandu bar lebih bagus kah?" kepo Marie. Pria itu berdecak. "Pacarku pria." kata nya membuat Marie melotot. "You gay?" tanya Marie yang diangguki pria itu. "Oh my gosh, really? aku tidak pernah melihat orang sepertimu di bar ini" kata Marie. "Pokoknya, kalau kau mau menikah denganku. Minggu depan kau ku bawa kerumah Mama ku." kata pria itu. "Lalu aku harus menikah denganmu?" Pria itu mengangguk. "Tentu saja. Bagaimana? Kau mau?" Marie menggelengkan kepalanya sembari tertawa kecil, "Kau pikir, memangnya pernikahan itu lelucon?" Pria itu menghela napas, lalu mengeluarkan kartu nama dari saku jas nya. "Aku seorang CEO perusahaan makanan. Kalau kau menerima tawaranku, uang mu tidak akan pernah habis. Aku akan memfasilitasi semua kebutuhan mu juga membayar mu setiap bulannya. Kau kan hanya menjadi istri pura-pura, kita tidak ada ikatan. Aku jalani hidupku sendiri, kau jalani hidupmu sendiri, tinggal menikmati."kata pria itu. Marie mengambil kartu nama yang pria itu sodorkan. "Wiliam.." kata Marie membaca nama depan pria itu. "Berapa lama aku harus berpura pura menjadi istrimu?"tanya Marie. "Satu sampai dua tahun, kita akan bercerai lalu aku akan melajang dan menikmati hidupku dengan pacarku. Mama ku pasti tidak akan memaksaku untuk menikah lagi, aku akan bilang trauma menikah. Beres." ujar William. Marie mengangguk. "Lalu kau jadikan aku domba hitam? aku tidak mau namaku tercoreng." kata Marie. William terkekeh. "Kenapa harus mencoreng nama mu? bilang saja kita bercerai karena beda pikiran. Beres." kata Wiliam. "Kau sudah memikirkan matang matang ya?" kekeh Marie. William mengangguk. "Pacarku yang mengusulkan," kata William. "Aku tunggu jawabanmu besok, lusa tawaranku sudah hangus." kata William. "Kenapa harus menunggu besok?" Pria dengan tubuh gagah nya itu menatap Marie dengan sorot mata senang. "Kau menerima tawaranku?" tanya William. Marie mengangguk. "Tidak ada sentuhan fisik kan?" William menggeleng kan kepala nya. "Tentu saja tidak, aku tidak nafsu dengan wanita. Aku sama sekali tidak akan menyentuhmu, aku janji. Kau hanya perlu datang menemaniku ke rumah Mama, menikah denganku, satu rumahku selama satu tahun atau lebih dan aku akan menggaji mu. Kau tidak perlu bekerja lagi, selama jadi istriku aku akan benar benar memfasilitasi apapun yang kau mau." William menjelaskan panjang lebar. "Mana ponselmu?" William mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu memberikannya pada Marie. Marie mengotak atik ponsel William lalu kembali memberikannya pada William. "Bawakan saja kontrak nikahnya padaku besok. Pukul 9 pagi, datang ke apartemen ku. Karena sore aku harus berangkat kesini." kata Marie. William melihat alamat serta nomor yang Marie tulis di ponselnya. Lalu dengan wajah senang pria itu mengangguk. "Aku pasti datang." kata William. **** "Kenapa babe?" William mendekati seorang pria dengan tubuh yang lebih kecil darinya, lalu memeluknya dari belakang. Pria yang tengah melihat kota dari balkon apartemen nya itu menghela napas. "Bagaimana kalau nanti kamu jatuh cinta dengan wanita itu?" kata nya. "Hei, aku hanya mencintaimu. Kau kan tau kita sudah berpacaran tiga tahun. Tubuhku juga sudah sepenuhnya milikmu." Kekasih William menghela napas berat lagi membuat William membalikkan badan pria itu. "Ronald, dengarkan aku. Aku tidak akan berpaling darimu. Nanti seminggu sekali aku akan ke apartemen mu, kita akan tetap menikmati waktu bersama. Walaupun tidak sesering sekarang, tapi tidak apa ini hanya akan berlangsung selama satu tahun. Setelah aku bercerai dengannya nanti, kita akan lebih sering bertemu." kata William berusaha meyakinkan kekasihnya. Ronald tersenyum, lalu meletakkan kepalanya di d**a bidang milik William. Keduanya pun berpelukan bak pasangan romantis di balkon rumah sembari menikmati suasana malam yang tenang. Disisi lain. Marie berdiri di depan laci pantry yang hanya berisikan bermacam macam mi instan. Makanan pokok baginya karena tidak perlu mengeluarkan banyak uang. "Bye bye honey, besok aku akan jadi orang kaya" kata wanita itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
96.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook