Bagian Dua

1062 Words
Memiliki karier cemerlang di usia 30 tahun, tetapi belum menikah. Itu lah yang terjadi pada Arion, ia sudah mendapat pangkat 3 balok atau kapten dan minggu depan akan pindah ke kodam Jakarta. Karena diantara seletingnya hanya ia yang belum menikah maka Komandannya menurunkan surat putusan pindah pada Arion.   Arion membereskan barang-barang nya di asrama, besok ia berangkat dengan penerbangan pertama menuju Jakarta, lalu mengurus surat-surat pindahnya, melihat lokasi kodam nya, dan menempati asrama lalu mengikuti upacara di kodam baru nya.   Ponsel Arion berdering, telpon dari Mama nya.   "Assalamualaikum Ma."   "Wa'alaikumussalam nak, besok Irish yang jemput ya? Langsung ke rumah, nanti lusa baru liat tempat kerja baru kamu bareng sama Papa, kebetulan sahabat Papa juga pangdam disana."   "Iya Ma"   Setelah basa-basi penuh kasih sayang dari Mama nya, sambungan telpon terputus karena Arion pamit ingin melanjutkan beres-beresnya.   ***   Arion tiba di Jakarta pukul 7 pagi dan langsung disambut lambaian riang dari Irish, adik bungsunya yang duduk di kelas 3 Sma begitu Arion keluar dari pintu kedatangan.   "Akhirnya Mas pindah kesini" ucap Irish senang sambil melangkah disamping Arion.   "Memangnya kenapa?" tanya Arion datar sambil menyalakan ponselnya.   "Kan gampang ketemu nya. Bandung kejauhan tau mas" jawab Irish dan menyerahkan kunci mobil pada Arion.   "Mama udah nunggu di rumah, lagi siapin sarapan, kita sarapan bareng" ucap Irish lalu masuk ke kursi depan samping pengemudi. Ia baru saja selesai ujian nasional minggu lalu dan dinyatakan lulus di kedokteran UI, makanya mood nya sedang baik.   Selama perjalanan, Irish sibuk berceloteh tentang masa-masa ujian yang ia jalani. Irish merupakan peraih ranking satu umum jadi ia tak mengalami kesulitan yang berarti, kecuali beberapa nomor soal matematika kemarin.   "Nanti aku antar mas ke kodam ya. Mumpung aku belum sibuk urus kuliah" ucap Irish yang hanya dijawab anggukan oleh Arion yang memang irit bicara.   "Kamu tetap ingin jadi dokter militer?" tanya Arion. Setelah Arghandi, Papa mereka menentang keinginan Irish yang ingin masuk Sma Taruna Nusantara dan menjadi Kowad, Irish bating setir ingin menjadi dokter militer dan membuktikan pada Papa nya bahwa ia layak menjadi dokter.   "Iya dong mas, aku puas banget kemarin berhasil buktiin ke Papa kalau aku pinter dan kuat." jawab Irish bangga. Arion tersenyum tipis dan mengusap puncak kepala adik bungsunya dengan lembut.   "Mas bangga sama kamu. Kuliah yang benar nanti. Gak usah mikirin asmara terus" ucap Arion diiringi nada posesif di akhir kalimatnya. Irish tertawa   "Yee enggak kok, kata Mama gak boleh dahuluin mas. Sebelum mas nikah, aku gak boleh pacaran dulu. Tapi, mas ada niatan kan mau nikah? Kalau enggak aku bisa jadi perawan tua dong?" ucap Irish menatap Arion serius. Tangan Arion yang tadi berada di kepala Irish turun mengusap wajah Irish   "Ya ada lah, mas normal dan pastinya juga ingin menikah" jawab Arion   "Tapi kapan mas? Masa dilangkahi mas Aaron? Bentar lagi mbak Aira otw langkahin mas loh"   Arion hanya mengedikkan bahunya. Irish masih selalu merecokinya dengan pernikahan setiap mereka bertemu setelah Aaron, adiknya menikah 3 tahun yang lalu.   "Ayo mas turun" ucap Irish saat mobil nya terparkir sempurna di garasi.   "Assalamualaikum Ma" Arion mengucap salam bersamaan dengan Irish.   "Wa'alaikumussalam, eeh mas udah tiba? Capek gak nak? Yuk, sarapan dulu mama udah buatin bubur ayam kesukaan kamu" ucap Thalia, mama Arion dengan riang lalu memeluk putra sulungnya dengan sayang.   "Mama apa kabar?" tanya Arion lembut sambil mencium kedua pipi Thalia dengan sayang lalu mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.   "Alhamdulillah baik, akhirnya ya komandan kamu pindahin kamu kesini juga, Mama lega banget loh nak" ucap Thalia sambil menggandeng tangan Arion menuju ruang makan.   "Ambilin minum buat mas mu, Mama mau panggil Papa sama Aira" ucap Thalia pada Irish lalu beranjak ke taman belakang, memanggil sang suami yang sedang memberi makan ikan-ikan hiasnya di kolam.   "Bang, Arion udah tiba. Yuk sarapan. Mbak Aira sarapan yuk, ada nasi goreng" ucap Thalia pada sang suami dan putri nya yang sedang menyelesaikan tesis nya di gazebo dekat kolam ikan.   Setelah selesai sarapan, mereka berkumpul di gazebo belakang rumah, Arion sudah mengganti pakaiannya dengan kaos oblong dan celana selutut, wajahnya segar khas baru selesai mandi.   "Oh iya, Papa mau ngomong sesuatu" ucap Arghandi membuat perhatian kini tertuju padanya.   "Papa berniat menjodohkan Arion dengan anak gadis sahabat Papa."   Hening sesaat.   "Menjodohkan... Maksud papa, mas Arion akan menikah.. Gitu?" tanya Irish ragu. Arghandi mengangguk membuat Irish bertepuk tangan lalu ber-tos ria dengan Aira.   "Yess! Kakak ipar baruuu" seru Irish dan Aira bersamaan. Arion hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua adiknya yang memang menginginkannya untuk segera menikah.   "Sebentar, papa ambil fotonya dulu" ucap Arghandi lalu beranjak ke kamarnya dan tak lama kemudian kembali dengan membawa beberapa lembar foto seorang gadis cantik.   Foto pertama, foto selfie di sebuah bangunan dengan latar belakang menara eifel, foto kedua,  gadis itu memakai terusan floral dengan warna dasar biru muda dan memegang bucket bunga berwarna pink, dan foto ketiga ia memakai kaos berwarna hitam dan memegang balon huruf 'C' berwarna gold.   "Dia anaknya Jendral Surya Atmaja, pangdam di tempat baru kamu nanti. Nama nya Calya, chef di restoran Edelweiss" ucap Arghandi, Arion mengamati foto itu lamat-lamat.   Dia berubah banyak.   Irish ikut mengamati foto itu lalu ia memekik kaget tiga detik kemudian.   "Yaampun kak Calya, aku sering nonton vlog nya di youtube, aku juga follow ** nya. Ihh emang cantik orangnya" celetuk Irish mengambil alih selembar foto dari tangan Arion.   "Ohh yang pernah nolongin kamu itu kan dek di depan restorannya? Mbak juga pernah ketemu di restorannya sekali, dia ramah" ucap Aira, Irish mengangguk riang.   "Gimana? Mas mau?" tanya Thalia menatap Arion yang masih memerhatikan foto itu.   Ridho Allah adalah Ridho orang tua. Gumam Arion dalam hati, lalu ia mengangguk pelan sebagai jawaban   "Iya mau." jawab Arion.   Irish dan Aira kembali ber-tos ria sedangkan kedua orang tua mengucap syukur. Selama ini Thalia selalu mengenalkan anak-anak teman arisannya atau dari kalangan ibu persit pada Arion, tetapi anak sulungnya itu selalu saja menolak dengan berbagai alasan, beberapa kalia ia mencoba kenal lebih dekat dengan wanita pilihan Thalia tetapi selalu berujung kandas di tengah jalan.   "Nanti Papa komunikasi dengan Surya untuk mengatur pertemuan kalian." ucap Arghandi tersenyum lembut sambil menepuk pundak putra sulung nya.   "Dan mama harap, ini gak kandas di tengah jalan lagi loh mas. Mama gak punya stok lagi" ucap Thalia menatap Arion penuh harap   "Tenang Ma, pilihan Papa buat Arion masih banyak, dan kalau yang ini kandas di tengah jalan lagi berarti Arion cowok i***t dan t***l" sahut Arghandi santai.   "Insya Allah enggak Ma, Pa. Doakan yang terbaik saja"   ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD