bc

Stay With Me

book_age18+
584
FOLLOW
2.5K
READ
pregnant
CEO
drama
sweet
bxg
city
chubby
like
intro-logo
Blurb

Jenar sudah memikul beban cemoohan dari para tetangganya di kampung akibat mempunyai badan gemuk, dan tidak memiliki paras cantik. Dan lebih parah masih belum menikah karena banyak lelaki yang tidak mau dengan wanita seperti dirinya.

Mendapati semua itu Jenar berusaha pasrah dengan keadaanya. Ia bahkan sudah ikhlas jika ditakdirkan harus sebatangkara di dunia ini tanpa sosok suami.

Sampai kemudian sebuah kesalahan satu malam membuat semuanya berubah.

Jenar tiba-tiba terbangun di ranjang seseorang tanpa pakaian. Dan lebih parah lelaki yang tertidur di sampingnya adalah cucu dari Tuan Handoko.

Agam Abimana Saputra. Sosok sempurna yang tak pernah Jenar pikirkan akan masuk ke dalam kehidupan dan hati kosongnya.

chap-preview
Free preview
Part 1
Malam ini kembali terulang. Malam yang sebenarnya Jenar tidak harapkan datang karena dari malam sebelumnya pun tidak ada yang berakhir baik. Tetapi ia tidak bisa menolak permintaan Pakdenya. Pakde yang selama ini mengurus dan membesarkan Jenar karena orang tua sudah tiada. Jenar tidak bisa mengecewakan pakde Ahmad dengan menolak dipertemukan dengan beberapa calon suami yang entah sudah keberapa kalinya datang dengan rupa yang berbeda-beda. Nyatanya sampai saat ini tidak ada satu pun yang mau menikahi wanita seperti dirinya. Semuanya mundur dengan berbagai alasan yang intinya Jenar tahu bahwa alasan itu menyatakan mereka tidak suka dengan fisik Jenar, gendut, pendek, berkulit dekil yang menjadi hambatan mengapa banyak lelaki yang tidak mau menikah dengannya. "Bagaimana Eko? Pakde rasa kamu sangat cocok menjadi pendamping Jenar. Jenar gadis baik dan penurut, pintar masak sangat cocok untuk di jadikan istri." Jenar masih menunduk, ia tidak berani menatap lelaki itu. Awal lelaki itu datang Jenar sudah merasa lelaki itu menatapnya dengan tatapan seolah bukan ia lah yang lelaki itu cari. "Maaf. Saya ke sini bukan untuk melamar Jenar. Seluruh lelaki di desa ini tidak ada yang suka Jenar masa saya datang ke sini untuk melamar Jenar. Tentu saja saya ke sini ingin melamar anak Pakde, Mayang." Seketika ruang tamu sederhana itu hening. Ahmad terdiam cukup tercengang dengan niat lelaki ini. Terlebih Ahmad tidak terlalu suka dengan omongan lelaki itu yang pasti tengah menyangkutkan fisik Jenar. Jika ditilik lelaki ini pun usianya tidak muda lagi sudah memasuki kepala tiga sedangkan usia Jenar menginjak ke 27 tahun. Ahmad pikir Eko ini akan menjadi jodoh Jenar. Lelaki yang tidak akan memandang fisik. Terlebih Eko juga hanya sebagai supir angkot pasti tidak akan terlalu jauh dalam mengidamkan calon istri. Tetapi sama saja. Apa lelaki memang seperti itu lebih memilih fisik ketimbang hati yang baik. "Maaf, putri saya masih kecil. Masih sekolah SMA, saya tidak akan menikahkan Mayang, bahkan tidak mengizinkan Mayang pacaran. Saya kira kamu ke sini karena ada niat sama Jenar." Eko terlihat tersenyum kikuk. Setelah dipikir Eko terlihat merasa bersalah dengan omongannya tadi. "Maaf Pakde. Saya tidak bermaksud menjelekan Jenar. Tapi saya memang ke sini tidak ada niat sama Jenar sama sekali. Baik kalau gitu Pakde. Saya permisi. Sudah terlalu malam gak enak." Kemudian Eko berpamitan pulang. Dan tanpa membalas salam Jenar lelaki itu buru-buru pergi dari rumah sederhana itu. Setelah kepergian Eko, Ahmad menjatuhkan tubuhnya di kursi anyaman bambu. Memijit keningnya yang berdenyut. Jenar melihat itu menjadi tidak enak. Ia beringsut meraih tangan kasar pakdenya. "Maafkan Jenar Pakde. Jenar mengecewakan lagi." Senyuman pria paruh baya itu terlihat menenangkan Jenar. Mengusap tangan Jenar dengan lembut. "Kamu tidak perlu minta maaf. Seharusnya Pakde yang minta maaf. Terus memaksamu untuk menikah. Maafkan Pakde." "Sepertinya tidak ada yang mau sama saya Pakde. Jadi saya menyerah saja." "Jadi kamu berniat menjomblo seumur hidup di sini dan menjadi beban keluarga kami!" Sumi, bude Jenar sambil menggendong seorang bayi datang dengan suara kerasnya. Wanita itu satu-satunya yang tidak suka dengan keberadaan Jenar yang menumpang di rumah kecil mereka. "Kamu tau bude dan pakdemu ini sudah kerepotan mengurus Mayang dan Lasmi kamu ini udah tua nambahin beban aja. Seharusnya kamu ini nikah. Dan kami tidak perlu mengurusmu lagi." Sakit, ketika kata-kata itu lagi-lagi keluar dari mulut budenya. Jenar hanya bisa menunduk menahan air mata agar tidak tumpah. Jenar juga sadar keberadaannya dalam keluarga ini hanya menyusahkan. Ia tidak sekolah tinggi, dan hanya punya pekerjaan memetik daun teh di perkebunan. Makannya ia tidak bisa seperti wanita lain yang bisa mengurus badan hingga cantik, bersih dan langsing. Setiap hari ia bekerja di bawah terik sinar matahari. Dan membawa bekal nasi dan gorengan atau mie instan yang sudah mengembang. Ia tidak menjaga pola makan karena itu tubuhnya gendut. Pernah Jenar berusaha untuk diet sehari namun belum sempat setengah hari ia sudah pingsan karena tidak tahan terik panas dan perut yang keroncongan menahan lapar. Jenar juga tidak ingin menyusahkan keluarga Pakdenya. Tetapi ke mana lagi Jenar akan pergi, ia tidak punya tempat untuk bernaung. Sedangkan para lelaki tidak mau mempersuntingnya karena fisik. "Sumi kamu ini jangan terlalu keras sama Jenar. Dia tidak sama sekali merepotkan. Dia tanggung jawabku." "Mas! Kamu selalu bela Jenar. Seharusnya kamu melihatku. Aku sudah pusing dengan kehidupan miskin ini. Di tambah lagi harus mengurus Jenar yang seharusnya sudah menikah. Kamu tau tetangga gosipin terus Jenar di kupingku sampai aku bosan dengarnya Mas!" Ahmad menghela napas, susah untuk memehentikan mulut istrinya yang memang sangat bermulut rajin. "Jenar, lebih baik kamu tidur. Besok kamu kerja kan." Jenar langsung mengangguk. Ya, ketika pakdenya sudah menyuruhnya untuk tidur berarti lelaki itu sedang melindungi Jenar dari amarah istrinya. "Baik Pakde." Wanita itu mulai berdiri dari duduknya. Menatap tidak enak pada wajah ketus Sumi. Lalu pergi berlalu masuk ke kamarnya. Kamar kecil yang hanya beralaskan satu kasur yang sudah lepek itu adalah tempat Jenar menumpahkan seluruh kesakitannya. Jenar merebahkan tubuhnya di sana. Dan melihat langit-langit kamar terbuat dari anyaman bambu itu dengan air mata yang tumpah. Ia tahu hidupnya sulit. Tetapi Jenar tetap berusaha tegar dalam menghadapi setiap hal yang terjadi pada hidupnya. Mungkin suatu saat akan ada yang datang dan mengais air matanya, berkata bahwa ia ada untuk Jenar. Tetapi jika pun tidak ada lelaki yang tercipta untuknya. Jenar akan pasrah dan ikhlas dengan nasibnya. Ia tidak akan menuntut apapun pada Tuhan. Ia hanya berdoa semoga keluarga Pakdenya suatu saat akan mendapatkan kebahagiaan dengan keberadaannya di rumah mereka. Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook