BELENGGU
Bab 3
Matahari bersinar begitu terang, ketika Jovanca baru saja menyelesaikan sarapan paginya. Sementara Demian masih mengunyah roti lapis di dalam mulutnya. Jovanca meneguk s**u terakhirnya, mengambil piring kotor dan mencucinya dengan cepat.
“Oh, sayang, kau terburu-buru? Ada apa?” tanya Demian setelah menelan makanannya. “Maafkan aku, Demian. Pekerjaanku selalu menumpuk setelah mengambil cuti. Aku terpaksa lembur malam ini. Apa kau tidak keberatan?” jawab Jovanca sembari mengeringkan piring dan gelas.
“Yah, mau bagaimana lagi. Kau selalu sibuk bahkan di akhir pekan. Aku akan pergi ke agensi model hari ini. Seorang model mengundurkan diri, aku terpaksa mencari gantinya.”
“Oh, ya, kenapa tidak Mara saja yang mencarinya? Kau akan pergi ke agensi mana?” tanya Jovanca sambil meletakkan bekal makan siang ke dalam tasnya, “Kau ingin bekal, Demian? Aku membuat salad buah.”
“Tidak, terimakasih. Aku akan makan di luar. Kau ingat Daniel? Aku akan pergi mengunjungi agensinya. Dia memiliki model profesional.” Sahut Demian.
“Ah, ya, aku ingat. Daniel teman baikmu, bukan? Baiklah sayang, aku akan berusaha pulang cepat. Kau ingin apa untuk makan malam? Aku bisa mampir ke supermarket untuk membeli bahan-bahan?”
“Tidak, kau pasti letih. Kita bisa membeli makan malam kalau kau mau.”
Jovanca mengecup pipi Demian, “Terimakasih, sayang, aku beruntung menikah denganmu.”
Demian membalas kecupan Jovanca dengan mencium bibir wanita itu, “Jangan terlalu letih, sampai jumpa nanti malam.”
Jovanca meraih tas dan mantelnya, bergegas menuju mobil dan menghilang di tikungan jalan. Begitu juga dengan Demian. Setelah memastikan semua rumah terkunci, iapun pergi meninggalkan rumah itu.
.................................
“Kau datang, Demian?” Daniel tersenyum lebar, menyambut kedatangan teman baiknya itu. ia membuka kaleng bir dingin, dan memberikannya untuk Demian.
“Aku benar-benar membutuhkannya, Daniel. Acaranya bulan depan, tapi aku harus menyesuaikan gaun dengan tubuh para model. Jelas Demian sambil meneguk minumannya.
“Aku mengerti, jangan cemas. Aku memiliki beberapa model yang belum terikat kontrak. Kau bisa memilih yang kau inginkan. Ini fotonya.” Daniel menyodorkan sebuah album foto, “Lihat saja dulu, aku tinggal sebentar.” Daniel berdiri dan meninggalkan ruangannya.
Demian membuka album foto itu lembar demi lembar, semua terlihat menarik. Tidak ada yang buruk, pikir Demian.
“Kau sudah menemukannya?” Daniel muncul dari balik pintu, membawa album foto yang lain, “Ini, aku masih memiliki beberapa model. Mereka kosong sampai bulan depan.”
“Kenapa? Apa tidak ada event sama sekali?” tanya Demian masih menelaah album itu.
“Mungkin, entahlah. Tapi aku memang sedikit mendapat undangan.” Daniel meneguk birnya.
“Lalu, berapa aku harus membayar untuk modelmu?” tanya Demian menatap pria itu.
Daniel tertawa, “kita bisa membicarakan itu nanti. Ini, apa kau menyukainya?” Daniel membalik lembaran album itu, menunjuk salah satu model.
Demian menatap foto yang ditunjuk Daniel, dan jelas terlihat jika Demian sangat terkejut dengan foto itu, “ ini?”
“Kenapa? Kau mengenalnya?” tanya Daniel.
“Entahlah, mungkin kebetulan atau mereka hanya mirip. Siapa dia?” tanya Demian lagi.
“Namanya Zea. Zea Mika. Model yang cukup terkenal selama beberapa bulan ini.” Jelas Daniel.
“Apa? Kenapa aku baru tahu? Sejak kapan?” Demian terlihat penasaran, dan itu membuat Daniel sedikit bertanya – tanya.
“Ya, bukan di sini. Maksudku dia baru kembali dari Amerika, di sana dia cukup populer. Tapi aku juga tidak mengerti mengapa dia memilih kembali ke London. Dan dia harus memulai lagi karirnya dari nol.”
“Apa dia tidak mengatakan sesuatu?” Demian memperlihatkan wajah yang sangat serius.
“Tidak, dia sangat tertutup. Dan aku menerapkan sisi profesionalisme kami. Aku tidak terlalu memikirkan itu.” jawab Daniel.
“Aku ingin bertemu dengannya, bisakah kau mengatur agar dia datang menemuiku?” tanya Demian.
“Tentu, aku akan segera menghubungimu. Semoga kau beruntung, kawan.”
“Terimakasih, Daniel. Aku harus segera kembali ke kantor, banyak yang harus kukerjakan di sana.” Demian mengulurkan tangannya, menjabat tangan Daniel dan meninggalkan tempat itu.
Dan disepanjang perjalanan, Demian terus saja memikirkan wanita itu. wanita bernama Zea Mika yang sebenarnya tidak asing baginya. Wanita yang dikenalnya beberapa tahun yang lalu, wanita yang pernah mengisi ruang kosong di dalam hati Demian.
Ingatan Demian kembali ke waktu itu, ke masa di mana mereka masih berstatus mahasiswa. Saat itu, Zea adalah gadis yang populer di kalangan mahasiswa, bukan hanya cantik dan bertubuh seksi, namun Zea dikenal sebagai mahasiswa cerdas dan mudah bergaul. Ia berteman dengan siapa saja, bahkan terkadang terlalu mudah dekat dengan orang lain. Dan Demian adalah salah satu dari mereka.
Sampai saat di mana Demian memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Zea. Jika diterima itu adalah anugerah yang sangat besar bagi Demian. Demian mencintainya, sejak pertama melihat gadis itu. Ia mendekatinya diantara puluhan lelaki. Ia tidak peduli, ia berusaha keras mendapatkan Zea. Memang segala usaha Demian untuk mendapatkan gadis itu tidak pernah sia-sia, berkat ketampanan yang dimilikinya serta bisnis orangtua Demian saat itu, ia berhasil mendapatkan Zea.
Setidaknya hubungan mereka kala itu berjalan dengan cukup baik, Zea adalah gadis yang penuh perhatian. Ia mencintai Demian dengan sepenuh hati. Itulah yang dirasakan Demian. Mungkin. Sampai pada suatu titik, ketika Zea mengatakan ingin berpisah darinya. Tentu saja, Demian mengalami masa yang cukup sulit ketika Zea memilih meninggalkannya begitu saja. Bukan tanpa alasan, bisnis orangtua Demian mengalami keterpurukan. Barangkali, itu adalah penyebab Zea pergi darinya. Setidaknya itu yang dipikirkan Demian....kala itu.
Sakit hati? Tentu saja, Demian merasa jika Zea tidak sungguh – sungguh mencintai dirinya. Namun di balik rasa sakit hati dan kecewanya itu, Demian tetap tidak mampu memungkiri kalau ia masih teramat sangat mencintai Zea.
Butuh waktu yang cukup lama bagi Demian untuk melupakan gadis itu, Demian yang hidup di dalam keterpurukan di mana hutang orangtuanya menunpuk, bertekad untuk bisa bangkit. Ia harus menyelesaikan kuliahnya, sekalipun dengan beasiswa yang harus ia perjuangkan dengan susah payah. Ia tidak ingin orangtuanya mengalami banyak kesulitan. Ya, Demian sebagai putra tunggal memang sangat mencintai mereka. Sampai saat sedikit demi sedikit perusahaan ayahnya kembali berdiri. Tentu semua itu tidak terlepas dari otak cerdas serta keuletan yang dimiliki Demian. Mereka mampu membayar semua hutang itu, mendapatkan investor dengan kepercayaan penuh.
Tidak mudah memang untuk meraih semua itu, tapi Demian tidak sendiri dan ayahnya cukup kuat untuk membangkitkan mental Demian. Jangan menyerah, jangan putus asa, Demian. Kita akan berjuang bersama sampai perusahaan ini kembali bangkit. Kalimat yang diucapkan sang ayah selalu terngiang di benak Demian. Dan seperti kata ayahnya, perusahaan itu kembali berjalan dalam waktu tiga tahun.
Demian menghela napas, merasakan betapa sulit perjalanan hidupnya selama itu, kepergian Zea, jatuhnya perusahaan sang ayah, dan tak lama kemudian ibunya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. wanita itu memang sudah sakit, sekalipun ia menjalani pengobatan rutin, namun kanker itu terus saja menjalar. Dan akhirnya ia memutuskan untuk menyerah. Ibunya pernah berkata, jika semua pengobatan itu hanya menambah usianya beberapa hari, ia sangat menyesal karena menjadi beban bagi suami serta putranya. Ia lelah dengan semua terapi dan kemoterapi itu, menelan berbagai pil untuk meredakan rasa sakit. Ia benar – benar ingin berhenti.
Tanpa terasa, air mata Demian menetes. Sebagai pria bertubuh kekar sesungguhnya ia memiliki hati yang cukup rapuh. Ia hanya menyembunyikan fakta itu dari semua orang. Termasuk istrinya, Jovanca. Bagaimanapun juga Demian memiliki harga diri yang cukup tinggi, sebagai seorang pemimpin. Ia tidak boleh menangis di depan siapapun.