Bab 3 - Kecelakaan

1437 Words
Malam ini Ara akan menghadiri salah satu acara awards bersama teman-teman penyanyi yang sejawat dengannya ataupun yang lebih senior darinya. Dan sekarang ia telah menduduki sebuah kursi dengan meja bulat di depannya bersama teman-temannya sembari menikmati acara awards yang sedang berlangsung dan kini seorang penyanyi Ballad sedang mengisi acara di atas panggung. Ia dan teman-temannya sudah lebih dulu menyanyi sehingga bisa membuatnya duduk santai di depan sembari menikmati acara dan tentu saja menunggu pengumuman pemenang awards sesuai kategori yang ada. Setelah penyanyi Ballad tersebut usai menyanyi, kini giliran sang pembaca nominasi yang akan membacakan nominasi sekaligus pemenangnya dengan kategori penyanyi solo wanita terbaik. “Baiklah untuk kategori penyanyi solo wanita terbaik nominasinya adalah ....” Dan terlihatlah di layar nama-nama yang menjadi nominasi di kategori ini di antaranya adalah Kinara Salsabila, Riri Andriyani, Bella Andiani, Tania Rosalina Putri, dll. “Baiklah, itulah nominasi dari penyanyi solo wanita terbaik dan nama pemenangnya akan tercantum dalam amplop ini. "Kira-kira siapa ya pemenangnya?” tutur sang pembaca nominasi seraya membuka perlahan amplop yang berwarna keemasan tersebut. Sementara itu Ara dan Riri terlihat menggenggam tangan satu sama lain karena hanya mereka berdua di dalam pertemanan mereka yang masuk dalam nominasi tersebut. “Kak Ara dan Kaka Riri siap-siap, pasti deg-degan 'kan hehe ....” celetuk Amel yang membuat jantung keduanya semakin berdebar. “Diam dulu Mel,” sahut Vela ketika mendapati Ara yang sedang menutup mata dan menghela napas berat yang menandakan bahwa dia benar-benar gugup karena harus bersaing dengan temannya sendiri dan juga penyanyi lain yang tak kalah berbakatnya. Sang pembaca nominasi telah membuka amplop lalu menganggukan kepalanya dengan senyum kecil setelah membaca nama yang tertera dalam amplop tersebut. “Baiklah, pemenang penyanyi solo wanita terbaik tahun ini jatuh kepada ... Kinara Salsabila. Selamat ya!” Ara yang mendengar namanya disebut sontak melebarkan matanya seraya menutup mulutnya tak menyangka akan mendapatkan penghargaan penyanyi solo wanita terbaik tahun ini dan sontak teman-temannya yang berada di dekatnya memberikan selamat dan juga pelukan. Ara pun akhirnya melangkahkan kakinya naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan tersebut. Ara menerima sebuah piala dan juga sebuah buket bunga lalu setelah itu dipersilahkan memberikan speech-nya di atas panggung. “Halo, selamat malam! Saya Kinara Salsabila. Pertama-tama saya masih tidak menyangka akan mendapatkan penghargaan ini, tapi berkat semua fans saya yang telah membantu termasuk juga agensi, para staff dan stylish hingga akhirnya saya bisa berdiri di sini dan menerima penghargaan ini. Saya sungguh ingin mengucapkan terima kasih pada semuanya yang telah terlibat, hingga saya bisa mendapatkan penghargaan ini dan saya akan membayar kalian semua dengan penampilan saya yang lebih baik dan keren lagi untuk ke depannya. Tolong nantikan itu dan dukung saya selalu. Terima kasih!” sorak-sorai pun terdengar setelah Ara menyelesaikan speech-nya dan Ara kembali ke tempat duduknya dengan senyum yang mengembang di wajahnya. “Sekali lagi selamat ya kakak Ara yang cantik.” celetuk Amel ketika Ara telah kembali ke tempat duduknya. Ia tampak turut senang karena teman satu agensinya mendapatkan penghargaan ini. “Makasih banyak ya Mel, kamu juga harus semangat terus latihan nyanyinya supaya suatu saat nanti bisa dapat penghargaan juga.” “Siap Kak!” jawab Amel mantap dengan senyum lebarnya. “Ra, tadi pas di atas panggung kamu lihat ngga ekspresi wajah Tania?” tanya Riri tiba-tiba. “Hm, ngga sih. Memangnya dia kenapa?” “Aku perhatiin tadi dia lihatin kamu sinis banget waktu kamu memberikan speech di atas panggung.” ungkap Riri dan sesekali melirik ke arah orang yang dimaksud. “Alah palingan juga iri.” timpal Vela. “Hussh ... Ngga boleh suudzon kak Vela.” celetuk Amel. “Hm, tapi kayaknya dia biasa-biasa aja deh.” Ara ikut melirik ke arah Tania, penyanyi sejawat dengan Ara bertubuh langsing nan seksi dengan rambut panjang lurus berponi. “Kalau kalian ngga percaya ya sudah, aku berbicara fakta kok.” Riri menyahut dengan tangan yang bersedekap di d**a. “Ya udah hati-hati aja sih.” timpal Vela lagi. “Iya kalau hati-hati sih gak apa-apa. Tapi, jangan suudzon terus nuduh yang ngga-ngga ke dia. Lagipula kalau belum ada buktinya nanti jatuhnya fitnah loh kakak-kakak.” “Wah! Amel bijak sekali, tepuk tangan buat Amel!” seru Ara lalu bertepuk tangan dan diikuti dengan Amel yang mengikuti Ara dengan semangat. Sementara dua lainnya menatap mereka dengan alis yang terangkat dan dahi yang mengernyit bingung mendapati tingkah laku dua temannya yang kebetulan satu agensi itu. *** Setelah acara penghargaan usai, semua penyanyi dan staff pun pulang tak terkecuali dengan Ara bersama manajernya yang sedang berada di parkiran mobil depan. Ara masih bersama manajernya karena asisten pribadinya baru sampai hari ini dan mungkin akan kembali bekerja besok untuk menemani Ara jika ada jadwal. Ryan, selaku manajer tampak sedang memeriksa mobilnya dengan teliti. “Ada apa Kak?” tanya Ara setelah beberapa saat. “Sepertinya ban mobilnya kempes Ra,” “Oh, begitu. Terus, sekarang bagaimana?” tanya Ara dengan sebelah tangannya yang bertengger di pinggangnya. “Hm, tunggu sebentar, aku cari bantuan dulu.” Ryan meraih ponsel dalam saku celananya lalu bergerak sedikit menjauh dari Ara untuk menghubungi bantuan. “Halo, aku butuh bantuanmu.” Setelah menelpon Ryan kembali menghampiri Ara. “Bagaimana Kak?” “Katanya satu jam lagi dia ke sini.” “Hm, masih lama juga ya,” Ryan mengangguk dan Ara terlihat memeriksa jam di tangannya yang telah menunjukkan pukul 9 malam. “Kak, kalau begitu aku pulang naik taksi saja ya.” “Kamu tidak mau menunggu?” “Sudah malam Kak, aku lelah dan aku ingin istirahat." "Tapi, di mana kamu bisa menemukan taksi?” “Mungkin di depan ada lewat, tapi kalau tidak ada aku akan pesan lewat online.” “Oh, ya udah mau aku antar?” “Ngga usah Kak, aku langsung pulang duluan ya ke apartemen. Kakak urusin mobil saja,” “Ya udah hati-hati ya Ra.” Ara mengangguk lalu melangkah ke depan meninggalkan Ryan. Saat tiba di tepi jalan raya, Ara mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri berharap masih ada taksi yang lewat. Selang beberapa menit kemudian sebuah taksi berhenti tepat di depan Ara lalu pengemudi dalam taksi tersebut membuka kaca mobilnya. “Taksi ya? Bisa antar ke Sky apartemen di jalan Merak?” pengemudi yang tampak serba tertutup itu menganggukan kepalanya dan tanpa berlama-lama lagi Ara segera masuk ke dalam taksi tersebut, ia mengambil duduk di jok belakang dan taksi pun kembali melaju meninggalkan lokasi acara awards tersebut. Sembari memainkan ponselnya, Ara terlihat sesekali melirik supir taksi tersebut, supir itu tampak misterius. Bagaimana tidak, ia tampak memakai Hoodie, topi dan masker serba hitam. Semua tertutup hanya matanya saja yang terlihat. ‘Kenapa penampilan supir ini sangat misterius?’ batin Ara sedikit gelisah namun pada akhirnya ia membuang semua prasangka buruknya lalu kembali memainkan ponselnya hingga saat ia hampir tiba di Sky apartemen, supir taksi tersebut melewatinya begitu saja. “Eh, Mas apartemen saya sudah kelewatan. Tolong berhenti sekarang.” ujar Ara namun si supir seperti tidak mendengarkan dan terus melaju dengan kencang. “Mas! Kamu dengar saya ngga? Tujuan saya sudah terlewat.” Masih belum ada respon dari sang supir hingga membuat Ara geram lalu dengan cepat membuka tudung Hoodie yang menutup kepalanya. Sontak matanya membulat ketika mengetahui fakta bahwa yang sedari tadi mengemudikan taksi adalah seorang wanita dan yang bikin lebih shocknya lagi adalah karena wanita itu adalah Tania. “Tania, a-apa yang kamu lakukan di sini?” “Kenapa? Kamu terkejut?” “Kenapa kamu melakukan ini Tania?” “Aku ingin menyingkirkan kamu! Aku iri karena kamu yang selalu mendapatkan penghargaan dan selalu menjadi sorotan para media.” “Tapi kamu tidak bisa begini. Kita harus bersaing secara adil.” “Aku tidak perduli! Aku akan menyingkirkanmu!” seru Tania bersamaan dengan ia menekan gas dan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Jantung Ara sontak berdegup dengan kencang, ia takut mereka akan kenapa-napa pasalnya Tania mengendarai mobil dengan brutal. “Tania tolong hentikan mobilnya! Apa kamu sudah gila!” Tania tak mengindahkan perkataan Ara dan terus melajukan mobilnya dengan kencang. ‘Astagfirullah ... Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan, aku sungguh takut.’ batin Ara takut, ia tampak menutup matanya rapat seraya membasahi bibirnya takut hingga pada akhirnya ia berinisiatif membuka ponselnya lalu mengirimi pesan kepada seseorang. [Devan, tolong aku. Aku sungguh takut, aku sedang berada di arah jalan rajawali, aku butuh bantuanmu.] Setelah mengirimi pesan, ia mendonggakkan wajahnya dan mendapati cahaya terang di depannya bersamaan dengan teriakan yang keluar dari mulut Tania. “Aaaa ....” “Tania, awasss!” Tania sontak memutar setir dengan brutal dan beruntung bisa menghindar dari mobil di depan, namun mobilnya oleng hingga menubruk pohon di pinggir jalan. Brughhh... TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD