*****************
Sienna membenahi gendongannya pada tubuh Samuel yang semakin terlihat gembul karena efek baju tanpa lengan yang dikenakan bocah tampan itu.
"Kamu semakin berat, Nick. Kamu makan dengan baik, hmm?" ujar Sienna sambil melangkahkan kakinya keluar dari kamar kecil itu dan tak lupa menutup lagi pintunya.
Langkahnya memecah ruangan yang hening ini. Dia melangkahkan kakinya menuju meja kerja Samuel yang sedari tadi menarik perhatiannya.
Matanya diedarkan ke sana sini dan tangannya yang bebas mulai menyentuh barang-barang yang ada di sana.
Tak ada yang menarik memang, seperti meja CEO pada umumnya. Hanya ada sebuah laptop dan beberapa berkas-berkas yang menumpuk, juga sebuah bingkai foto Nick ketika masih berumur setahun.
Melihat tak ada yang menarik di permukaan meja itu, Sienna mulai membuka laci-laci yang ada.
Di laci paling atas ada barang-barang pribadi Samuel seperti ponsel, kunci mobil, dompet, pulpen, kacamata hitam, dan dua buah jam tangan. Dan jangan ditanyakan lagi ya, sudah pasti semua barang itu dari merek-merek ternama dengan harga yang sangat fantastis.
Sienna langsung menutup laci itu tanpa minat, lalu dia membuka laci kedua.
Di laci ini hanya berisikan beberapa polaroid Nick. Tanpa melihatnya, Sienna langsung kembali menutupnya tanpa minat dan langsung membuka laci yang ketiga yang ternyata isinya sebuah koper kecil. Dengan penasaran, Sienna pun membuka koper itu dan ternyata isinya lima gepok uang dolar.
"Ngapain Samuel nyimpan uang dolar di sini? Apa dia shopping pakai uang ini?" monolog Sienna sambil membenarkan gendongan Nick yang semakin melorot karena tangannya yang sudah kebas. Lagipula, kenapa dia menggendong bocah ini sih?
"Dady..." panggil Nick dengan suara parau.
Sienna langsung menoleh dan menyadari bahwa Nick sudah membuka matanya. Ya, meskipun yang dilihat anak itu tetaplah sama,
Hitam dan gelap.
"Dady-mu pergi meeting. Mungkin sebentar lagi selesai," ujar Sienna.
"Kenapa aunty bisa di sini?" tanya Nick.
"Ya, terserah aku lah. Mau di sini kek, mau di mana kek," jawab Sienna sarkas lalu menutup lagi laci itu dengan kakinya setelah mengambil beberapa lembar uang dolar itu, kemudian dia masukkan ke kantong celananya.
Sienna mengambil satu lembar lagi uang itu lalu disodorkannya ke hadapan Nick.
"Can you see this, Nick? It's money. Sesuatu yang paling aunty sukai setelah dady-mu," ujar Sienna.
"Aunty menyukai dady?" tanya Nick.
"Just his body," jawab Sienna sambil menyeringai.
Nick terdiam beberapa saat sebelum menepuk perut buncitnya yang penuh dengan sarapan tadi pagi.
"Aunty suka juga badan Nick, gak?" tanya Nick.
"Yes, if you grow up like your dady. I will love your body too," jelas Sienna lalu dia terkekeh sendiri dengan pembicaraannya yang terdengar vulgar.
Derttt... dertttt.....
Money machine
Aku di luar
Sienna hanya membacanya lalu kembali menyimpan lagi ponselnya di kantong celana. Kemudian melangkahkan kakinya keluar ruangan yang cukup besar ini dengan Nick yang masih dalam gendongannya.
"Kamu mau ikut aku atau dady-mu?" tanya Sienna.
Nick yang semula hanya mengalungkan satu tangannya ke leher Sienna kini mengeratkan kedua tangannya.
"Ikut aunty," jawab Nick.
Sienna terkekeh heran. Tangannya dengan sigap membenahi b****g mungil yang terbalut celana jeans pendek tersebut.
"Kalau kamu ikut aku, aku akan menjualmu. Gimana, masih mau ikut?" ujar Sienna jail.
Nick terdiam beberapa saat. Sienna hanya menatapnya sekilas sambil tersenyum lalu kembali fokus pada koridor yang ia lalui.
"Masih," jawab Nick dengan mantap.
"Why?" tanya Sienna sekenanya. Dia mulai merasakan tangannya yang kembali kebas. Sudah 30 menit dia menggendong bocah ini, terlebih lagi badannya yang tergolong gempal semakin memperparah keadaan.
"Aunty pembohong. Aunty selalu bilang mau culik Nick, tapi ternyata gak culik Nick," jawab Nick.
Sienna tertawa kecil.
"Ya, aku memang pembohong. Berhati-hatilah, Nickholas, aku sangat berbahaya. Aku itu bukan manusia, aku adalah vampir dan aku akan menggigitmu sampai darahmu habis tak bersisa," jawab Sienna dengan suara yang sengaja dibuat rendah dan menusuk, berniat menakuti bocah tampan di gendongannya itu.
Alih-alih takut seperti yang diharapkan, Nick justru malah tertawa dengan renyahnya hingga gigi-gigi kecilnya terlihat.
"Aunty lucu," ujar Nick.
"Apanya yang lucu, anak nakal? Aku akan menggigitmu sungguhan tahu," ujar Sienna sebelum mengerjai Nick dengan menggigit pipi chubby anak itu.
Nick terkikik geli dan berusaha menyembunyikan wajahnya, tapi Sienna malah berganti menggigit main-main leher anak itu hingga tawanya itu semakin nyaring.
Mereka terlalu asyik sendiri hingga tak tahu bahwa banyak para karyawan yang memperhatikan mereka.
Suara ketawa Nick sungguh sangat nyaring dan menggelegar di koridor lantai ini.
Hingga beberapa orang tidak mengenali tawa itu dan berniat akan memarahinya. Tapi tentu saja mereka urungkan saat mereka mengetahui yang tertawa itu anak dari big boss mereka yang biasanya hanya diam dalam gendongan Samuel, kini sedang tertawa kencang bersama ibunya.
"Aku pegal, Nick," keluh Sienna ketika keduanya sudah di lift yang akan menuju ke lantai di mana Samuel berada.
"Turun ya, tanganku kram," ujar Sienna sebelum mengganti gendongan Nick dengan menumpukan tubuh bocah itu di tangan kanannya.
Nick pun mengangguk, lalu Sienna menurunkan bocah itu di lantai lift. Nick lalu mengarahkan kedua tangan mungilnya untuk berpegangan pada kaki Sienna.
Sienna pun akhirnya menghela napasnya lega sebelum melakukan peregangan pada tangannya yang kram.
"Aunty dingin," keluh Nick yang memang tak memakai apa pun untuk alas kakinya dan langsung berpindah mendekat pada tubuh Sienna.
Kaki mungilnya ia pijakkan pada sepatu Gucci Sienna. Sienna membiarkan saja, rasa tidak rela ia buang jauh-jauh mengingat ia bisa meminta dibelikan sepatu baru sama mantan suaminya itu.
"Kamu gak pakai sepatu?" tanya Sienna.
"Kan tadi Nick baru bangun tidur. Aunty gak pakaikan Nick sepatu. Aunty juga gak mandiin Nick. Nick kan harus mandi tiga kali. Pagi, siang, sama malam," balas Nick.
"Kamu gak mandi pun tetap ganteng kok," ujar Sienna malas yang sadar atau tidak telah memuji bocah itu.
"Aku tahu, aunty," jawab Nick, agaknya membuat Sienna sedikit lega. Ya, setidaknya di balik semua ketidaktahuan Nick dari dunia luar, anak itu masih mempunyai kepercayaan diri dalam dirinya.
Ting...
Lift pun terbuka.
Sienna pun langsung menemukan Kelvin yang sedang berdiri di depan pintu besar yang sepertinya tempat di mana Samuel meeting. Sienna dengan segera melangkahkan kakinya ke tempat Kelvin berada.
"Samuel di lama?" tanya Sienna begitu sampai di hadapan Kelvin. Sebenarnya Sienna sudah tahu kalau Samuel ada di dalam sana dan sedang melakukan meeting dengan klien, dia hanya basa-basi saja pada orang yang dulu suka memanggilnya Mrs. Edgar ini.
"Iya. Beliau ada di dalam. Meeting sedang berlangsung dan Anda tidak boleh masuk," ujar Kelvin takut kalau Sienna benar-benar akan masuk ke dalam ruangan dan akan mengganggu bosnya.
Menghiraukan larangan Kelvin, Sienna langsung menerobos pintu ruangan itu. Semua orang yang ada di dalamnya menoleh ke arah Sienna dan juga Kelvin yang ikut masuk berniat untuk menghentikan mantan istri dari bosnya itu.
Samuel yang sedang menjelaskan seputar proyek SH pada petinggi perusahaannya sontak berhenti begitu melihat Sienna dan Nick masuk ke sana. Samuel menatap Kelvin sebentar dan yang ditatap langsung kelabakan.
Samuel menghela napasnya. Tanpa meminta maaf atau mengeluarkan kata untuk menjeda meeting, Samuel berdiri dari tempatnya lalu jalan menghampiri Sienna yang juga jalan ke arahnya.
"Mau ke mana?" tanya Samuel sambil berusaha mengambil alih Nick dari gendongan Sienna.
"Mau keluar sebentar sama Malik," jawab Sienna seraya berusaha melepaskan genggaman tangan Nick dari bajunya.
"Mau ikut aunty, dady," rengek Nick.
"Lepas, Nick," keluh Sienna ketika Nick tak kunjung juga mau melepaskan genggamannya pada baju Sienna.
"Bantuin dong," sentaknya pada Samuel yang hanya diam saja memegangi Nick.
"Nick, lepaskan tanganmu," ujar Samuel cukup membuat Nick melepaskan tangannya, namun kemudian anak itu malah menangis.
Ini pertama kalinya sang dady tak mendukungnya, dan pertama kalinya Samuel menentang keinginan Nick.
"Nanti aunty ke sini lagi. Dia cuma pergi sebentar," jelas Samuel mencoba menenangkan. Tak peduli apa yang dikatakan dady-nya, tangis Nick malah semakin keras. Ia sudah sangat bosan setiap hari bertemu dengan dady-nya, ia ingin bersama Sienna dan bertemu dengan beberapa orang asing seperti Dio dan mamanya. Ternyata dunia tak semengerikan yang dikatakan dady-nya.
"Kok kamu jadi cengeng manja gini?" tegur Samuel yang sedikit meninggikan nada suaranya. Nick yang sadar Samuel sedang marah pun akhirnya hanya terdiam sembari sesenggukan.
"Kamu juga ngapain masih di sini? Perlu diantar?" tanya Samuel melihat Sienna yang masih terpaku di tempatnya.
"Enggak. Di luar masih ramai," balas Sienna.
"Aku sudah menyuruh Kelvin buat membersihkan mereka," ujar Samuel.
"Oh... oke. Kalau gitu aku pergi dulu," pamit Sienna.
"Hn... hati-hati," balas Samuel. Lalu Sienna pun pergi dari sana.
To be continue....