Dady, Where is my Momy?

1562 Words
******************* Sienna kembali bermain ponsel di tangannya. Ada beberapa notifikasi yang langsung terlihat di layar ponselnya: Ada sepuluh panggilan dan dua puluh lima pesan dari Malik, beberapa dari agensi lamanya, dan pesan yang paling atas ada dari Samuel. SAMUEL: Nick sudah makan siang? Sienna memutar bola matanya jengah. Mengapa mantan suaminya itu selalu menanyakan Nick padanya? Ya, memang benar Nick lagi bersamanya, tetapi setiap kali Samuel mengiriminya pesan, pasti selalu tentang Nick. Mereka ‘kan bertemu kembali karena kontrak kerja, bukan karena Nick. Seolah memang hidup Samuel hanya tentang Nicholas saja dan Sienna merasa dia sedang menjadi baby sitter di sini. Bukan model kelas menengah yang akan menjadi model SH Airlane di sini. SIENNA: Sudah. (Sambil memasang emoji judes) SAMUEL: Kamu di mana? SIENNA: Rumah manajerku. Samuel hanya membacanya saja. Sienna menantikan beberapa menit, namun tak ada jawaban dari Samuel. Sienna berpikir Samuel mungkin sudah selesai. Toh, yang Samuel pedulikan hanya Nick, sedang apa, dan di mana. Sienna sudah akan meletakkan ponselnya lagi, namun urung saat ada notifikasi yang masuk. Sienna pun otomatis kembali melihat layar ponselnya dan ternyata itu dari Samuel. SAMUEL: Kamu sudah makan? Sienna terkekeh heran. Apa benar ini Samuel? Sekarang kenapa pria itu terlihat peduli padanya? Entah Sienna sudah makan atau belum, bukankah itu bukan urusannya? Memangnya kalau Sienna jawab belum, dia akan mengajak Sienna makan siang bersama apa? SIENNA: Belum. SAMUEL: Oh. Yang penting Nick sudah makan, kan? SIENNA: Bodo amat! SAMUEL: Kenapa? SIENNA: Kamu tuh cuma peduli sama Nick aja. Sama aku enggak. SAMUEL: Siapa kamu? Ratu drama? SIENNA: OMG... sakitnya! SAMUEL: 📍Mantan Suami berbagi lokasi Katsutoku, Sentral Senayan, Glora, Jakarta Pusat. 30 menit tidak datang, aku tinggal. SIENNA: Yuhuuuu... don't worry, honey, see you there! SAMUEL: Hati-hati. Kamu membawa putra kita. Dengan cepat Sienna menggendong Nick. "Ren, gue pergi, ya. Bye," pamit Sienna tanpa menunggu balasan dari Renata. Skip.... "Kamu enggak keberatan, kan?" tanya Samuel saat mantan istrinya itu datang dan langsung menuju mejanya. Setelah sampai, Sienna mendudukkan Nick di antara dia dan Samuel. "Kenapa?" tanya Sienna masih dengan masker yang belum dia lepaskan dari mulutnya, membuat suaranya sedikit teredam. "Aku enggak menyewa restorannya, jadi publik bisa masuk." Sienna memperhatikan sekitar. Memang ada beberapa orang di sini, tapi tidak cukup ramai dan dia masih cukup nyaman-nyaman saja. Jam makan siang sudah lewat, jadi tidak terlalu ramai di sini. "Enggak apa-apa. Asal kalau ada yang foto kita lagi berdua, kamu tanggung jawab." Samuel menyunggingkan senyuman sombongnya. "Kamu pikir paparazi Indo sebodoh itu sampai enggak tahu kalau tiga hari ini kita berduaan terus?" ujar Samuel sambil menyodorkan amplop cokelat besar ke arah Sienna. Sienna memandang bingung ke arah Samuel sebelum meraih amplop cokelat itu dan membukanya. Dan ternyata isinya adalah foto-foto yang bisa menggemparkan para media dan warganet Indonesia jika foto-foto ini tersebar. "Mau tahu enggak aku habis berapa buat beli itu semua dari mereka?" tanya Samuel sambil menyodorkan setusuk steak yang ada pada garpunya pada Sienna. "Pasti melebihi yang mereka dapatkan jika foto itu tersebar, kan?" jawab Sienna sambil membuka maskernya, lalu menerima suapan dari Samuel. Dia letakkan kembali amplop itu setelah memasukkan foto-fotonya, kemudian dia menaruhnya di bagian mejanya yang kosong. "Nah, sekarang kamu tahu kan kalau aku sangat memperjuangkan ini. Jangan buat aku kecewa. Urus Nick dengan baik selagi kamu jadi model di perusahaanku. Aku sudah mengoordinasikan dengan Marsel untuk tidak menerima kontrak apa pun, hanya di SH Airline. Jadi, lakukanlah dengan baik, selebihnya urus Nick. Jangan main-main, karena aku bisa membuat kamu sukses dalam sekejap, tapi juga aku bisa membuat kamu jatuh serendah-rendahnya. Mengerti, kan?" ujar Samuel. Sejujurnya, Sienna sudah mengerti maksud Samuel memanjakannya dengan semua ini. Dan ini semua bukan soal uang, karena Malik pasti akan dengan senang hati membantunya. Tapi ini demi kariernya, karier yang dia cintai. Malik jelas sangat ingin Sienna berhenti menjadi model, dan satu lagi alasannya yaitu karena Sienna tengah bosan dengan hubungannya dengan kekasihnya itu. Malik terlalu baik dan kolot. Yang Sienna butuhkan bukan cuma uang dan perhatian, namun juga nafkah batinnya, dan Malik tak pernah mau melakukan itu sebelum mereka menikah. Tapi mengurus Nick juga bukan perkara mudah. Kenapa Samuel tidak menyewa baby sitter saja sih? Atau kenapa mantan suaminya ini tidak mencari istri baru saja? Bukankah ini bukan perkara sulit bagi Samuel? Bahkan jika mereka tidak menerima Nick dengan keadaannya, bukankah ketampanan dan kekayaan Samuel sudah menutupi semuanya, kan? Sienna menatap Samuel dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ada campuran antara keterkejutan, kebingungan, dan sedikit rasa tidak terima. Kata-kata Samuel barusan terasa seperti ultimatum yang dibungkus dengan kemewahan. "Jadi... ini caramu?" tanya Sienna pelan bahkan setengah berbisik. Samuel menghela napas, meletakkan kembali garpu steak-nya. "Sienna, kita berdua tahu betul bagaimana dunia ini bekerja. Aku memberimu kesempatan emas, sesuatu yang mungkin tidak akan datang dua kali. Aku juga memastikan kamu aman dari gosip murahan yang bisa menghancurkan kariermu sebelum benar-benar dimulai," balas Samuel lebih pelan lagi. Dia tak ingin putranya mendengar perdebatan yang tak seharusnya didengar olehnya. "Tapi dengan syarat aku harus menjadi pengasuh Nick juga?" bisik Sienna namun penuh penekanan dan emosi. "Bukan pengasuh," koreksi Samuel dengan nada tegas namun tetap rendah. "Kamu ibunya. Dan aku ayahnya. Bukankah wajar jika kita berdua bertanggung jawab atas Nick?" "Tapi ini pekerjaan, Samuel. Kontrak model. Bukan kontrak menjadi ibu 24/7," balas Sienna, merasa sedikit terpojok. Samuel menyandarkan punggungnya di kursi, menatap Sienna dengan tatapan yang sulit dibaca. "Dan menurutmu, aku tidak mengeluarkan uang dan usaha untuk ini? Aku mempertaruhkan reputasiku juga, Sienna. Memilih model yang punya riwayat kurang baik di masa lalu. Tapi aku percaya padamu. Aku percaya kamu bisa melakukan ini." Sienna terdiam sejenak, mencerna setiap kata yang diucapkan Samuel. Ada benarnya juga. Samuel memang mengambil risiko dengan memilihnya. Dan foto-foto itu... Sienna bergidik membayangkannya tersebar. Itu bisa menghancurkan segalanya. "Lalu... bagaimana dengan Nick selama aku bekerja?" tanya Sienna akhirnya, mengalah. "Itu urusanmu." Sienna menghela napas panjang. Ini memang bukan situasi ideal, tapi dia juga tidak punya banyak pilihan. Kariernya adalah impiannya, dan Samuel memberinya jalan pintas yang tidak mungkin dia dapatkan dari agensi lamanya. "Baiklah," kata Sienna akhirnya, menatap mata Samuel. "Aku akan melakukannya. Tapi jangan pernah berpikir kamu bisa mengatur hidupku seenaknya." Samuel tersenyum tipis. "Selama kamu melakukan bagianmu dengan baik, aku tidak punya alasan untuk itu." Suasana di antara mereka sedikit mereda. Nick yang sedari tadi asyik dengan mainan di pangkuannya, kini menoleh ke arah mereka, seolah merasakan perubahan tensi di antara kedua orang tuanya. Sienna mengulurkan tangan dan mengusap lembut rambut putranya. "Jadi... kapan aku mulai?" tanya Sienna, mencoba mengalihkan topik. "Besok. Ada fitting baju dan briefing awal dengan tim kreatif," jawab Samuel sambil melirik jam tangannya. Sienna hanya bisa menghela napasnya berat. Namun, kemudian dia berpikir, mungkin ini yang terbaik untuk kariernya. Kalau bukan karena Samuel seperti itu, mana mungkin dia akan mendapatkan jackpot sebanyak ini. "Setahun. Hanya sampai setahun kontrakmu bersama SH Airline dan selama itu aku akan mencari penggantimu. Setelah itu, kamu boleh pergi dengan semua keuntunganmu," ujar Samuel. "Tapi, bagaimana dengan bayaranku?" tanya Sienna asal. Sienna tahu Samuel sangatlah pelit terhadap uang, dia tidak perlu khawatir terhadap itu. Tapi, entah kenapa ia sangat ingin menanyakannya. Jika saja Samuel menjawab dengan suatu hal yang beda, Sienna pasti akan sangat senang. Seperti seks, misalnya? "Kamu bisa minta berapapun dan kapan pun kamu mau," balas Samuel. Mendengar itu, Sienna sama sekali tidak terkejut dan juga tidak menyesal sudah datang pada Samuel. "Kalau..." ujar Sienna menggantung. Samuel yang mengerti maksud mantan istrinya itu pun hanya terkekeh ringan sambil menggeleng pelan kepalanya. "Baiklah. Hanya pada saat yang tepat," ujar Samuel. Tentu saja, mendengar itu membuat Sienna tak bisa menyembunyikan rasa senangnya dengan tersenyum lebar. Samuel ikut tersenyum kecil lalu memanggil salah satu pelayan untuk memesan lagi makanannya. Sienna memakai kembali maskernya saat ada pelayan datang ke meja mereka. "Permisi, apa ada yang Anda butuhkan, Pak?" tanya pelayan itu dengan senyuman yang dibuat-buat dan hanya ditujukan pada Samuel saja. Sienna yang melihat itu hanya memutar bola matanya saja. "Kamu mau makan apa?" tanya Samuel pada Sienna. Bahkan saat Samuel bertanya padanya pun, pelayan itu masih saja menatap ke arah mantan suaminya itu dengan pandangan memuja. "Erkhem..." deham Sienna agak keras, sampai-sampai membuat Nick yang sedang menghabiskan s**u di botolnya pun berjengit kaget. Dan itu juga berhasil membuat si pelayan itu mengalihkan pandangannya ke Sienna. "Terserah kamu saja, Mas," jawab Sienna, agaknya membuat pelayan menyadari perbuatannya itu dan merasa tidak enak. Sienna tersenyum di balik maskernya, sementara Samuel kembali menatap buku menu. "Baiklah kalau begitu, samakan dengan yang tadi saja," ujar Samuel pada akhirnya. Lalu, dengan segera pelayan itu kembali mencatat pesanan Samuel yang tadi sebelum Sienna datang. Setelah selesai mencatat, si pelayan pun pergi dari sana. "Daddy," panggil Nick setelah susunya habis dan menjatuhkannya begitu saja hingga Samuel yang harus mengambilnya. "What?" balas Samuel. "Nick, do you want to eat cake?" tanya Sienna yang sudah siap mencicipi dessert milik Samuel. Nick mengangguk antusias, dia langsung membuka mulut kecilnya itu. "Don't give him. It's coffee," ujar Samuel. "Kamu dengar, Nick? Jadi, lebih baik makan blueberry-nya saja, ya. Aaah..." ujar Sienna. Walaupun kecewa, tapi Nick tetap memakan suapan buah dari Sienna. Dengan mulut yang sedang mengunyah, ia memanggil daddy-nya. "Daddy." "Hmm..." "Where is my mommy?" Sienna langsung terbatuk ketika mendengar pertanyaan bocah itu. Samuel menyodorkan minumannya ke Sienna dan langsung diminum olehnya. Ia merasa air itu mengalir dengan baik di tenggorokannya. Namun, setelah mendengar jawaban Samuel, membuatnya merasa air yang diminumnya kini menusuk ke jantung, paru-paru, hingga ke hati. "You don't have a mommy." To be continue....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD