bc

Paman Melemparku Pada Mafia Kejam

book_age18+
0
FOLLOW
1K
READ
family
HE
age gap
friends to lovers
badboy
brave
mafia
heir/heiress
drama
sweet
bxg
lighthearted
serious
kicking
city
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

Damian, pria yang dikenal dingin dan kejam, menerima dengan senang hati saat mangsanya melemparkan Elena padanya sebagai penebusan utang.

Awalnya ia tidak peduli, tetapi setiap kali melihat Elena disiksa oleh tawanan lain, hatinya mendidih dan tak terima.

Damian sadar perasaannya perlahan berubah. Hati dinginnya bahkan tak bisa berpaling dari wajah dan sikap keras kepala Elena.

Siapa sangka pria yang bersumpah tidak akan menyukai wanita mana pun pada akhirnya jatuh cinta pada gadis lembut dan naif seperti Elena?

Namun, bersediakah kebaikan hati Elena memaafkan monster seperti Damian?

chap-preview
Free preview
Bab: 1.Jaminan
Brak ...! Pintu rumah mewah milik Dante didobrak kasar dari luar. "Oh astaga …!" Dante dan sang istri tersentak melihat kedatangan Tuan Damian Moretty. "Ini sudah kesempatan terakhir yang saya berikan. Bayar utang-utangmu, atau saya akan meluluhlantakkan rumah kamu ini!" Dingin, mencekam Damian selalu membuat orang sekitar merasa terancam akan kelanjutan hidupnya. "T-tuab, beri kami waktu … k-kami… kami akan segera membayarnya, k-kami janji … kami janji bulan depan kami akan melunasi semua utang kami!" Dengan ucapan terbata-bata, Dante kembali memohon untuk kesekian kalinya setelah Damian terus memberi kelonggaran waktu. "Kau pikir kau siapa berani mengaturku, hah? Kau mencoba menipuku dengan semua permohonanmu itu?" Suara Damian menggelegar, semakin membuat Dante dan sang istri ketakutan. "T-tidak … k-kami tidak berniat ingin menipu anda, Tuan, t-tapi sungguh, kami … kami belum memiliki uang," Brak! "Argh!" Teriakan Saphyra memekik ketika menyaksikan Damian mendorong kasar tubuh Dante. "Cari apa pun yang berharga," perintah Damian pada anak buahnya. "Baik, Tuan." Anak buah Damian mulai bergerak, mencari sesuatu yang berharga yang sekiranya bisa menjadi penjamin hutang Dante pada Tuan Damian. "Malam, Mah ..." Damian menoleh ke belakang dan melihat Evelyn, putri semata wayang Saphyra, berdiri di ambang pintu dengan pakaian minim dan bau alk*hol menyengat yang menusuk hidung siapa pun yang menghirupnya. "Ah… berantakan sekali. Ini ada apa?" tanya Evelyn sembari berjalan sempoyongan mendekati Saphyra yang tampak ketakutan. Evelyn sama sekali tidak menghiraukan Damian yang terus menatap tajam padanya. "Evelyn, diamlah, di sini ada Tuan Damian. Perbaiki penampilanmu," bisik Saphyra pada putrinya yang selalu terlihat cantik di matanya. Evelyn menoleh dan menelisik Damian yang berdiri dengan tubuh atletis serta tatapan tajam bagaikan mata pisau. "Oh, Tuan Damian ... anda selalu membuat orang tak berdaya karena ketampananmu," gurau Evelyn. Damian hanya menatapnya dengan tatapan tajam, sama sekali tidak merespon gurauan Evelyn. "Tuan ... kami sudah menelusuri dalam rumah ini, tetapi kami tidak menemukan sesuatu yang berharga," lapor anak buah yang tadi masuk mencari barang bernilai tinggi. Damian memicingkan mata, menatap Dante. Dante panik, buru-buru kembali memohon. "Ah … Tuan Damian, putri kami," Dante menunjuk pada Evelyn. "Putri kami namanya Evelyn. Dia sangat berharga bagi kami. Anda… anda bisa membawanya untuk menjadi penjamin utang kami." "Dante, apa-apaan kamu?" sentak Saphyra, tak suka dengan tindakan Dante. "Saphyra … tidak ada cara lain. Jangan sampai kita kehilangan rumah. Tolong berkorbanlah," bisik Dante pada sang istri. "Tidak … tidak akan … aku tidak akan menumbalkan putriku!" "Sayang, masuk kamar dan kunci kamarmu," bisik Saphyra pada Evelyn. Evelyn tersenyum dan segera beranjak dari sana dengan langkah sempoyongan. "Hancurkan rumah ini!" perintah Damian, kembali menggoncangkan ketenangan Dante. "J-jangan, Tuan … saya mohon, jangan …," Damian kembali menelisik rumah itu, dan matanya tertuju pada sebuah foto gadis muda yang terpampang di tembok kokoh itu. Perlahan Damian melangkah, meraih bingkai foto itu … menatap wajah gadis itu. "Siapa dia?" tanyanya. Dante meneguk liur. "Dia … dia Elena. Umurnya baru 21 tahun, dia keponakan saya, Tuan," ujarnya dengan nada tersendat. Damian terdiam, menelisik foto itu. "Di mana dia?" "Elena … Elena belum pulang. Dia masih di tempat kerja," sahut Dante. Damian melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul 23.57. "Jam berapa dia akan pulang?" Dante semakin gugup. "Lima menit lagi, Elena akan segera pulang." Sementara itu, di jalan, Elena masih berada dalam taksi menuju perjalanan pulang. Matanya menyisir luar jendela mobil dengan tatapan sendu … sunyi, karena tidak ada lagi aktivitas orang untuk bekerja, sementara dirinya baru saja pulang dari tempat kerja. Elena menghela napas. "Aku juga ingin menikmati hari tanpa memikirkan pekerjaan. Aku juga ingin menikmati uang hasil kerjaku, namun nyatanya …" Elena tersenyum pahit. Selama ia bekerja, ia hanya menerima sedikit dari upah kerjanya. Sebagian besar upahnya jatuh ke tangan pamannya dan tantenya. Bahkan Elena ditekan untuk terus bekerja. Mobil taksi berhenti tepat di halaman rumah Dante. Alis Elena berkerut, di halaman rumah, jejeran mobil mewah terparkir random di halaman rumah pamannya itu. "Ini pasti penagih utang lagi," batin Elena. Elena turun dari mobil dan berjalan menuju pintu rumah yang terbuka lebar. "Hah … astaga." Elena menutup mulutnya dengan satu tangannya saat melihat posisi paman dan bibinya yang terduduk di lantai dengan keadaan memprihatinkan. "Bibi, Paman, ada apa?" tanyanya bingung. "Ini dia, Tuan … dia Elena, Gadis yang ada di foto itu," ujar Saphyra lantang. Elena bingung, dan saat ia menoleh ke arah sofa, di sana seorang Pria sedang menatap dingin padanya. "Bawa dia!" perintah Damian pada anak buahnya, sembari berjalan mendekati Elena. Elena bingung, tidak mengerti, dan belum sempat ia mencerna semuanya, kedua tangannya sudah berada dalam kendali anak buah Damian. "Ada apa ini? Tolong lepaskan aku!" Elena meronta sekuat tenaganya, namun tentu saja, tenaganya tidak akan sekuat dua pria kekar itu. "Bibi … Paman … tolong aku …," suara Elena bergetar, ketakutan menguasainya. Dante ikut panik ketika melihat Elena berada dalam tawanan Damian. "T-tuan … Tuan, mau diapakan keponakan saya?" Meskipun takut, Dante berusaha mengokohkan suaranya agar bisa bertanya pada Damian. "Gadis ini …" Damian berdiri di sisi Elena, menatap gadis muda itu. "Dia akan menjadi penjamin utang kalian." Dwar ... Seperti ledakan hebat dalam diri Elena mendengar bahwa malam ini ia akan menjadi jaminan utang dan akan menjalani hidup sebagai tawanan Tuan Damian yang terkenal sangat kejam. "Tidak … tidak Paman … Bibi… tolong aku … aku tidak mau …!" Elena menatap Damian. "Tuan ... Tuan, aku mohon lepaskan aku. Aku janji… aku janji akan melunasi utang Bibi dan Paman aku. Tapi tolong lepaskan aku agar aku bisa bekerja dan melunasi utang itu." "Cih … kerjaan seperti apa yang kau maksud, hm?" Damian menatap Elena, dua pasang mata yang saling bertemu. "Kau tidak akan sanggup melunasi utang pamanmu." "Aku … aku pasti bisa melunasi semuanya. Katakan saja berapa jumlah utang Paman dan Bibiku." Damian tersenyum remeh. "Kau yakin bisa melunasi utang pamanmu itu?" Elena mengangguk yakin. "… Dua miliar." Deg. Nyali Elena tak lagi tersisa saat mendengar jumlah uang yang tak main-main itu. Sementara Dante masih memikirkan keputusan seperti apa yang harus ia ambil. "Bawa saja, Tuan ...!" ujar Saphyra. Membuat Elena semakin hancur. Air matanya meluncur deras bagai anak sungai. Elena menatap sendu Dante. "Paman … tolong aku …!" ujarnya dengan suara parau. "Apa sebaiknya kita tukar saja Elena dengan Evelyn?" bisik Dante pada istrinya. "Enak saja! Aku tidak mau anak aku menjadi penjamin utang itu. Apalagi Tuan Damian sangat kejam. Bisa-bisa anak aku pulang tinggal nama," sahut Saphyra. Dante terdiam beberapa saat. "Tapi … kalau Elena ikut Tuan Damian … kita mau dapat uang dari mana? Selama ini kan kita makan dengan hasil kerja Elena." Elena yang mendengar bisikan itu semakin terluka, semakin merobohkan harapannya. "Hah … pokoknya aku tidak mau anak aku menjadi jaminan utang itu. Titik!" Saphyra menekan kata-katanya. Sementara Damian menatap sinis pada Dante dan Saphyra. "Bawa dia. Dan ingat!" Damian menatap suami istri itu. "Utang tetaplah utang. Gadis ini akan bebas kembali setelah kalian berhasil membawa uang sebesar dua miliar. Paham kalian?" "P-paham, Tuan," jawab Dante dan Saphyra serentak. Elena menunduk dengan putus asa. Baginya, malam ini akan menjadi awal yang paling buruk. ‎ ‎ ‎

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
310.7K
bc

Too Late for Regret

read
289.4K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.2M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
138.0K
bc

The Lost Pack

read
402.2K
bc

Revenge, served in a black dress

read
147.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook