Calon Istri

2460 Words
Sudah seminggu sejak pertemuan Hana dan Erkan malam itu, namun tidak ada lagi kelanjutan komunikasi di antara mereka. Erkan yang disibukkan dengan pekerjaannya sebagai CEO sebuah perusahaan konstruksi dan mengawasi beberapa hotel milik keluarganya, dan Hana yang sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan paruh waktu dan kuliah semester akhirnya. Namun hal itu bukan berarti Miranti tidak memikirkan kelanjutan rencana pernikahan mereka. Ia sudah bertekad untuk menyatukan kedua cucu kesayangannya itu. Karena ia bisa melihat ada sedikit kesempatan untuk bisa membuat mereka saling tertarik. Hana tentu saja bukanlah gadis jelek yang bisa membuat orang lain susah menyukainya. Gadis itu tidak memiliki teman dekat pria hanya karena ia sendiri yang menutup diri dan hanya menyibukkan diri dengan kuliahnya. Karena itulah sesekali ketika Miranti dan Erkan sedang duduk bersama untuk sarapan, ia akan membicarakan tentang Hana. Bahwa Hana saat ini sedang menyusun skripsinya, namun masih saja menolak bantuan dari Miranti. " Bagus dong eyang, berarti dia punya prinsip" ucap Erkan. " Iya, tapi eyang kasihan sama dia. Dia terlalu maksain diri. Bayangin aja, disaat cewek seumuran dia sedang menikmati hidup, keluar masuk cafe ataupun club, dia malah kerja paruh waktu, eyang juga nggak tahu apa aja yang udah dia kerjain untuk bisa makan. Eyang maunya dia cuma fokus selesaiin kuliahnya. Kerja yang bagus. Biar dia nggak selalu merasa rendah diri. Biar dia bisa hidup layak" " Ya berarti dia cuma harus nunggu sedikit lagi. Dan untuk hidup yang baik dan mandiri, toh kami nggak perlu menikah kan eyang? Aku akan jagain dia untuk eyang. Biarpun kami nggak menikah" " Nggak bisa sayang. Eyang cuma bisa tenang kalau kamu yang menjadi suami Hana. Eyang takut kalau dia sama orang lain, dia akan dibuat sedih. Dia akan kecewa. Kesedihan untuk dia sudah cukup banyak. Eyang nggak mau dia nangis sedikitpun lagi" " Eyang sayang banget ya sama dia? Sampai eyang rela jodohin aku sama dia. Eyang kan tahu kami nggak saling suka. Gimana kalau kami nggak bahagia? Kami saling menyakiti?" " Erkan sayang, cinta akan datang dengan sendirinya. Kamu akan lihat nanti, nggak akan susah buat kamu untuk mencintai Hana. Dan eyang percaya kamu nggak akan tega menyakiti orang seperti Hana. Dia adalah orang terakhir yang bisa menyakiti kamu. Kalau dia menyakiti kamu, meski eyang udah nggak ada, kamu boleh menuntut hak kamu sama eyang nanti di akhirat." " Eyang kok ngomong gitu sih?" " Supaya kamu percaya kalau Hana adalah wanita yang tepat untuk kamu. Eyang minta sama kamu, tolong pikirin lagi ya" " Kita lihat aja nanti ya eyang. Eyang nggak usah terlalu mikirin itu dulu." " Ada apa nih? Serius banget kayaknya" tanya Velly yang tiba-tiba muncul di ruang makan dan menarik kursi di hadapan Erkan. " Eyang, aku udah selesai. Aku jalan dulu" ucap Erkan tanpa menghiraukan pertanyaan maupun kehadiran Velly, ibu tirinya. " Iya sayang. Hati-hati. Jangan lupakan permintaan eyang ya" Erkan hanya mengedipkan satu matanya dan mengecup lembut kening Miranti lalu berjalan meninggalkan mereka. " Aku nggak tahu lagi gimana menghadapi Erkan. Erya belum sarapan ya ma?" tanya Velly " Belum. Saya baru minta Yuni bangunin dia." " Ma, besok kan ulang tahun pernikahan aku sama mas Ervan. Aku udah siapin pesta buat besok malam. Mama bisa hadir kan?" " Besok ya?" " Iya ma. Nanti siang orang EO akan datang untuk liat ruangannya. Nggak apa-apa kan?" " Nggak ngaruh kan kalau saya bilang nggak bisa. Undangan kamu juga sudah tersebar. Semua udah kamu siapkan." " Mas Ervan tadinya mau di hotel aja, tapi menurut saya lebih baik di rumah. Biar mama bisa ikut hadir dan leluasa untuk istirahat. Saya juga hanya ngundang teman sama keluarga terdekat. Hanya pesta kecil kok Ma" " Terserah kamu saja" ucap Miranti acuh tak acuh. Velly sudah tahu jika mertuanya tersebut tidak begitu menyukai dirinya. Meski sudah belasan tahun dan ia sudah memiliki Erya , namun sepertinya hal itu tidak bisa membuat Miranti menerimanya dan melupakan kejadian dimana Erkan menemukan ayahnya bermesraan bersama Velly disaat ibunya sedang sakit. " Pagi semuanya..." sapa Erya masih dengan langkah setengah mengantuknya. " Pagi sayang. Ayo sini sarapan dulu" Ajak Miranti sambil membalas pelukan sang cucu. " Kak Erkan udah jalan?" " Udah, barusan. Kenapa? Kamu ada perlu?" " Nggak sih. Cuma kangen aja. Udah lama nggak sarapan bareng. Aku kira dia udah pulang ke apartement nya" " Selama eyang masih bisa nahan dia, kakak kamu nggak akan kemana-mana. Ayo makan" ucap Miranti mengusap rambut pendek Erya. " Mama tumben sarapan di rumah. Nggak keluar?" tanya Erya begitu melihat Velly yang sedang sibuk dengan ponselnya. " Mama nungguin orang EO. Jangan lupa besok di rumah ada pesta ulang tahun pernikahan mama papa . Jangan kemana-mana." " Yes ma'am" ujar Erya iseng. *** " Yakin ini buat saya Mas?" tanya Hana kepada seorang pria yang menemuinya di depan kampusnya. " Iya mbak. Saya supir keluarga bu Miranti. Saya diminta antarkan paket ini dan ketemu mbak Hana. Mbak bisa telepon ibu Miranti dulu" " Ya udah deh mas. Biar saya telepon eyang. Kebetulan ojek saya udah ada. Saya ambil dulu aja ya" " Iya mbak. Makasih. Saya permisi dulu" ucap sang supir lalu kembali menjalankan kendaraannya. Hana kemudian berjalan dan menaiki motor ojek online yang telah menunggunya. Sambil berpikir apakah paket yang Miranti kirimkan untuknya. Sesampainya di kamar kost nya, ia lalu buru-buru membuka paket yang sejak tadi di jinjingnya. Dan betapa terkejutnya ia begitu menemukan sebuah off shoulder mini dress lengan panjang berwarna biru navy. Sangat sederhana namun elegan. Hana lalu dengan cepat mencari ponsel miliknya untuk menghubungi Miranti dan mencari tahu perihal gaun indah yang ada di tangannya itu. " Halo eyang. Eyang sibuk nggak?" tanyanya begitu Miranti mengangkat panggilannya. " Halo sayang. Nggak sibuk kok. Gimana? Udah terima hadiah dari eyang?" " Iya eyang. Ini aku baru buka. Cantik banget" " Kamu suka?" " Ya....suka sih. Tapi kok eyang ngasih aku baju?" " Besok malam, ada acara di rumah, eyang mau kamu datang dan temani eyang" " Loh, pesta dirumah eyang tapi kok minta aku temenin?" " Pokoknya eyang mau kamu datang. Dandan yang cantik. Nanti eyang suruh supir jemput kamu" " Eh jangan eyang. Nggak usah nggak usah. Aku bisa datang sendiri. Eyang kasi aja alamatnya." jawab Hana meyakinkan agar Miranti tidak mengetahui tempat tinggalnya. "Ya sudah. Jangan lupa dandan yang cantik." " Mmmm, eyang.... Ini bukan... Bukan acara pernikahan aku sama cucu eyang kan?" tanya Hana cemas. Miranti terdengar tertawa kecil. " Bukan sayang. Eyang masih nunggu keputusan kalian sampai kalian setuju. Emang kamu nggak suka ya sama Erkan?" " Ya bukannya nggak suka sih..." jawab Hana ragu. " Berarti kamu suka?" potong Miranti " Bukan suka kayak gitu eyang. Maksud aku, aku juga nggak suka, tapi juga nggak suka banget. Gimana sih ngomongnya" " Hana... Hana... Kamu lucu banget sayang. Ya udah, nanti eyang telepon lagi. Eyang mau liat Erina dulu ya. Kayaknya udah sampai. Sampai ketemu besok malam ya sayang" ucap Miranti ketika mendengar suara cicitnya yang memasuki kamarnya. " Iya eyang." Miranti kemudian menyimpan ponselnya lalu menyambut pelukan sang cicit yang berlari menghampirinya. " Bayi kesayangan eyang. Wangi banget" " Lily bukan bayi eyang. Lily udah lima tahun" protes sang cicit. " Eyang apa kabar? Sehat?" tanya Erina sambil memeluk Miranti. " Sehat sayang. Bahkan eyang bisa jauh lebih sehat kalau saja adik kamu mau ikutin kemauan eyang" Erina lalu memberi isyarat pada pengasuh Lily agar membawa gadis kecil itu bermain dan meninggalkan mereka berdua. " Emang Erkan kenapa eyang?" tanya Erina yang membantu Miranti duduk di ruang tamu kecil di kamarnya. " Kamu ingat nggak sama anak asuh eyang yang kemarin eyang ceritakan?" Erina nampak berpikir sejenak lalu mengangguk. " Iya ingat. Raihana kan?" " Iya. Kemarin mereka udah ketemu. Tapi keduanya sama-sama menolak. Kalau Hana, eyang yakin dia nggak akan menolak. Dia akan melakukan yang eyang mau meski itu terpaksa." jelas Miranti sendu. " Trus Erkan?" " Dia menolak. Dia nggak mau. Alasannya ya nggak jelas. Tapi eyang nggak akan menyerah sebelum mereka menikah. Kamu tahu kan eyang sayang sama Hana?" " Aku tahu eyang. Hanya aja, apa ini adil buat Hana?. Aku tahu maksud eyang baik. Tapi Erkan sama Hana juga berhak menentukan pilihan mereka." ucap Erina mencoba membujuk sang eyang. " Nggak bisa Rin. Eyang nggak akan membiarkan Erkan sama Lara. Eyang nggak suka sama dia. Dan eyang nggak akan tenang kalau Hana menikah sama orang lain. Apalagi dibuat sedih." bantah Miranti. " Tapi kalau Erkan nggak bisa menerima Hana, dan akhirnya malah menyakiti Hana gimana?" tanya Erina hati-hati. " Erkan nggak akan sanggup menyakiti Hana. Eyang yakin. Dan eyang juga yakin, Erkan akan mudah jatuh cinta sama Hana." Erina menarik napas perlahan. Ia tahu akan sulit mendebat Miranti saat ini. " Ya udah, aku percaya sama keputusan eyang. Yuk kita liat Lily lagi ngapain" ajak Erina mencoba mencairkan ketegangan di wajah Miranti. " Suami kamu nggak ikut?" " Tadi dia cuma nganterin aku. Dia mau ke hotel dulu. " *** " Eyang cantik banget malam ini" puji Erya ketika Yuni membawa Miranti berada di antara Erya dan Erina yang sedang berbincang. " Kamu juga sayang. Lily mana?" " Itu disana, sama kak Erkan" Miranti lalu mencari sosok gadis kecil berambut ikal itu. Ia kemudian sedikit tersenyum mendapati cicitnya yang nampak memamerkan gaun merahnya kepada Ervan dan beberapa tamu lainnya tanpa merasa malu. " Yun, Hana belum datang?" tanya Miranti pada Hana yang sedang membetulkan ikatan pita di gaun Erya. " Hana? Hana siapa eyang?" tanya Erya heran. " Calon istrinya Erkan" jawab Erina setengah berbisik dan membuat gadis remaja itu kegirangan. " Hah??!! Serius kak? Kak Erkan punya pacar baru?" tanyanya girang. " Sssttt... Apaan sih Ya! Jangan berisik dulu. Ini masih rahasia." sergah Erina. "Abisnya aku seneng banget kak. Kak Erkan tuh nggak ada serasinya sama Lara Croft itu." Miranti hanya tersenyum dan ikut bahagia melihat cucunya yang berbeda ibu, nampak begitu akur dan saling menyayangi. " Kak..." Erya menyenggol lengan Erina dan menunjuk dengan dagunya arah dimana seorang wanita muda dengan tampilan yang sangat anggun dan seksi datang bersama sepasang paruh baya yang pastinya adalah orang tuanya. Begitu mereka bertiga memasuki ruangan, Ervan dan Velly langsung mendekati dan menyapa mereka. Dan tak lama kemudian mereka pun ikut berbaur dengan beberapa tamu lainnya. Erkan yang merasa tidak nyaman, mencoba bersikap sebiasa mungkin. Ini pertama kalinya ia bertemu kembali dengan Lara setelah Lara meninggalkannya dan akhirnya Erkan memutuskan untuk pindah ke Singapura. Dan hari ini, ternyata Lara masih menarik perhatiannya. Wanita itu masih terlihat cantik dan menawan. Namun entah mengapa, ia merasa jika pesona wanita itu tidak sama lagi dimatanya, meski masih nampak menarik. Disaat Erkan mencoba mendekati Miranti dan kedua saudara perempuannya, ia mendengar seseorang memanggil namanya dengan lembut dan ia masih sangat mengingat suara tersebut. "Erkan..." sapa Lara dengan senyumannya. " Hai" ucap Erkan singkat. " Apa kabar? Lama banget ya kita nggak ketemu." tanya Lara Erkan hanya mengangguk dan memaksakan senyumannya. " Suami kamu mana?" tanya Erkan tanpa basa basi. " Ada. Dia sedang di perjalanan kesini. Kamu gimana? Udah punya pacar?." Erkan mengerutkan keningnya dengan pertanyaan Lara. " Im fine, thank You. Kamu mau tahu tentang apa? Pacar saya? Saya...." omongan Erkan terhenti begitu melihat sosok yang baru saja memasuki taman belakang rumah tersebut dan langsung di sambut oleh Miranti dan juga kedua saudarinya. Gadis itu terlihat sangat berbeda malam ini. Rambut panjangnya ia biarkan terurai dengan sedikit bergelombang dengan riasan wajah yang tidak berlebihan. Cantik, hanya itu yang bisa Erkan simpulkan melihat gadis berambut panjang tersebut. Lara yang melihat keterkejutan Erkan tersebut, ikut menoleh ke arah pandang pria yang dulu begitu memujanya dan menemukan seorang wanita muda cantik yang kini sedang berbincang dengan ketiga wanita terpenting dalam hidup Erkan. " Dia siapa? Teman kak Erina atau Erya?" tanya Lara dengan pandangan tidak sukanya ketika melihat gadis itu begitu menarik perhatian sebagian orang karena mengetahui Miranti yang tidak begitu mudah akrab dengan orang lain. Hal yang juga tidak pernah ia dapatkan selama 2 tahun menjalin hubungan dengan Erkan. " Kamu akan tahu sebentar lagi. Permisi." Disaat yang sama dimana Erkan berjalan mendekati Miranti, Velly pun memberikan pidato singkat tentang ucapan terima kasih dan lain sebagainya. Hal yang membuat Erkan sedikit muak karena mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Ia berhenti sesaat untuk mengambil minuman dan menyegarkan tenggorokannya sambil mengamati bagaimana Hana bisa mengambil hati Erina dan Erya bahkan di pertemuan pertama mereka. Dan disisi lain, ia pun mendapati Lara yang nampak berbicara dengan Ferry, suaminya. Pria yang juga merupakan penasehat hukum salah satu perusahaan milik Ervan. Pria yang terpaut usia 15 tahun dari Lara. Setelah sambutan dari Velly selesai, para tamu akhirnya saling berbaur dan berbincang sambil menikmati hidangan yang telah mereka siapkan. " Hana, ngapain kamu disini?" sapa salah seorang pelayan begitu melihat Hana yang nampak ingin mencicipi hidangan yang ada di pojok taman. " Rev, kok kamu disini" Hana pun tak kalah terkejutnya. " Eh malah balik nanya. Kamu kok bisa ada di rumah bos? Cantik banget lagi" " Bos? Bos siapa?" tanya Hana heran. " Raihana, ini rumah yang punya hotel dimana kita kerja. Elo sama gue. Bos kita. Lah loe kenapa bisa ada disini?" terang Reva. " Serius? Pak Ervan maksud kamu?" " Iya Hana. Ini rumah pak Ervan. Itu tuh sana orangnya. Nah loh, itu anaknya datang kesini. Bos kita juga. Mampus loe kalau ketahuan pura-pura jadi tamu." " Enak aja. Gue emang di ajak sayaaang. Gue tamu." " Ikut saya sebentar" ucap Erkan tiba-tiba. " Kemana?" " Hana, kamu udah makan sayang?" tanya Miranti yang sudah berdiri di balik punggung Erkan bersama Erina. " Ini baru mau makan eyang." " Selamat malam bu Miranti, apa kabar?" sapa Ferry pada Miranti yang berjalan bersama Ervan, Velly dan juga Lara. " Baik pak Ferry. Terima kasih. Malam ini saya sangat bahagia. Terima kasih sudah datang" " Tentu saja saya dan istri saya harus datang bu. Kalau tidak, pak Ervan bisa marah sama saya." dan diikuti oleh tawa ringan oleh Ervan dan juga Miranti. " Apa kabar Erina?" sapa Donna, ibu dari Lara. "Dan nona cantik ini siapa?" imbuhnya ketika melihat Hana yang sejak tadi berada di sisi Miranti dan tadi nampak bercakap dengan Erkan. Hana hanya membalas tatapan tanya dari beberapa pasang mata orang yang tengah berkumpul bersamanya itu dengan senyum simpul. Sedikit merasa kikuk karena merasa berbeda dengan mereka yang baru di temuinya. Terlebih ia merasa seperti kelinci yang berada di tengah kawanan serigala. Baru saja ia ingin mengenalkan diri, namun lengan kokoh Erkan tiba-tiba saja melingkar di pinggangnya dan menarik tubuhnya agar mendekat. Hal itu bukan saja membuat Hana terkejut, namun semua orang yang mengelilingi mereka pun tak kalah terkejutnya. " Ini Hana, calon istri saya." Erkan lalu menatap dalam ke bola mata coklat milik Hana yang menatap keheranan padanya. Miranti hanya tersenyum melihat tingkah kedua cucunya itu dan bersyukur dalam hati. Reva yang ikut mendengar pernyataan Erkan barusan tak kalah terkejutnya dan hanya bisa menutup mulut dengan kedua tangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD