bc

Semakin Basah, Semakin Nikmat

book_age18+
31
FOLLOW
1K
READ
forbidden
HE
kickass heroine
confident
heir/heiress
bxg
kicking
mystery
loser
city
secrets
friends with benefits
civilian
like
intro-logo
Blurb

"Aaaaah, basah deh,,,!" Merry ngedumel sendiri saat tiba-tiba basah. Pikirnya, semakin basah , semakin nikmat.

.

Merry adalah istri ketiga dari suaminya, dia tidak pernah merasa puas setiap kali sang suami memberinya nafkah batin, lantas Zaky ingin membantu Merry mendapatkan rasa puas itu.

.

Anggap saja ini sedekah dari Zaky, lebih tepatnya sedekah dalam bentuk nafkah batin.

.

Lantas, apakah Merry akan menerima sedekah itu? Atau malah menikmatinya?

.

Ah,,, pokonya nikmat dah,,,

chap-preview
Free preview
Pesona Istri Orang
"Oh, lebih kuat sayang!" Desis Merry dengan suara yang begitu mendayu dan merdu saat sesuatu di pangkal pahanya bergerak teratur dengan ritme yang cukup kuat. Tangan gelap Adam mencengkram kedua pinggul Merry yang sedang mengerang penuh nafsu, menuntut untuk di puaskan saat daging itu bertumbuk kan satu sama lain hingga menciptakan suara erotis khas malam pengantin. "Ayo. Lebih dalam sayang. Ini sangat nikmat!" Rintih Merry dengan tubuh yang menggeliat indah. Terlihat jelas ada nafsu yang begitu menggebu di antara keduanya , tapi detik berikutnya Adam justru lemas karena dia sudah mendapatkan puncak dari rasa inginnya, padahal mereka baru bermain kurang dari dua menit. "Aku sudah selesai, Sayang!" Ucap Adam dengan sangat lirih dan aku bisa melihat dengan sangat jelas ekspresi kecewa Merry saat Adam begitu cepat melepas larvanya padahal Merry belum mendapatkan kepuasannya. Aku mengeram tertahan dengan rasa yang kian membuncah ingin di tuntaskan, tapi apalah daya , aku hanya seorang anak kost yang tinggal cukup jauh dari rumah tempat kelahiran ku. Aku hanya bisa meremas milikku sendiri saat lagi-lagi aku harus menyaksikan percintaan panas antara Merry dan Adam suaminya. Bukan melihat jelas , tapi mengintip kegiatan panas mereka lewat celah dinding yang berlubang bekas aliran listrik dan hanya di tutup kaca riben , yang kalo di perhatikan dari arah jauh tidak akan terlihat, tapi jika di liat dengan seksama akan tampak sangat jelas. Lubang seukuran lingkaran gelas itu selalu menjadi bagian dinding kamarku yang paling aku suka. Setiap kali melihat Adam pulang ke rumah istrinya, Merry, aku selalu menggunakan kesempatan itu untuk menonton aksi panas keduanya, dan jika sudah begini, aku juga akan tersiksa dengan perasaan inginku sendiri. Merry adalah istri ketiga Adam, usianya baru dua puluh tujuh tahun. Merry baru berusia dua puluh tahun saat Adam memperistrinya, akan tetapi sampai tujuh tahun pernikahan mereka, Merry tidak kunjung hamil. Aku pikir hal itu wajar mengingat sudah tiga tahun ini aku menempati salah satu kamar kost milik mereka dan tiga tahun ini pula aku aktif mengintip kegiatan panas mereka lewat lubang rahasia yang menghubungkan kamarku dan kamar Merry, Ibu kost ku. Kamarku berada tepat di sebelah kamar Merry , entah apakah dia tidak menyadari jika di dinding kamarnya ada dinding yang terlapis kaca atau tidak, tapi yang pasti aku ngotot tidak ingin pindah kamar dari tiga tahun lalu, karena alasan ini. "Kok cepat, sih. Perasaan kita baru mulai, masa Mas udah selesai aja sih!" Protes Merry tapi Adam tidak begitu peduli, dia langsung bergegas ke kamar mandi dan membiarkan Merry terbaring tanpa busana dan dengan perasaan yang tidak menentu karena dia belum mendapatkan puncak dari kenikmatannya. Oh ingin rasanya aku masuk dan membantu Merry mendapatkan kepuasannya, karena sepertinya wanita itu akan cemberut sepanjang hari jika sudah begitu. Merry masih sangat muda dan cantik, kulitnya putih dengan pinggang ramping, d**a montok dan b****g semok. Benar-benar sempurna untuk menjadi seorang model majalah dewasa , entah bagaimana ceritanya hingga Merry berakhir menikah dengan Adam yang notabenenya bukanlah laki-laki yang tampan meskipun bisa dibilang mapan. Adam memiliki tubuh gembul dengan perut yang lebih maju dibanding d**a, di tambah gaya jalannya benar-benar mirip bebek obesitas. Aku bahkan bisa menyimpulkan jika panjang miliknya hanya seukuran tujuh sentimeter, tentu jauh dari ukuran milikku, tapi herannya laki-laki dengan perut buncit itu bahkan memiliki empat orang istri. Sungguh membagongkan bukan! Aku masih mengintip Merry yang masih berbaring tanpa busana di atas ranjang besarnya, dia terus saja memainkan ujung dadanya saat Adam keluar dari dalam kamar mandi dan langsung menggunakan pakaian lengkapnya. Sepertinya laki-laki itu akan langsung pergi setelah menuntaskan hasratnya yang hanya kurang dari dua menit. "Aku akan balik. Nila dari tadi menelpon minta di temani ke salon. Jika gak di turuti, dia akan mengomel sepanjang hari!" Ucap Adam sambil merapikan ikat pinggang dan penampilannya lalu membuka tas kecil yang dia bawa dan mengeluarkan satu amplop coklat di dalamnya. Aku menebak jika itu adalah uang jatah bulanan Merry. Entah bagaimana Adam bisa membagi rata waktunya dengan keempat istrinya, tapi satu yang bisa aku simpulkan, Merry tidak pernah merasa puas setiap kali suaminya menjalankan kewajiban atau nafkah batinnya sebagai seorang suami. Aku melihat Merry tidak bergeming dari rebahnya tidak seperti beberapa saat lalu saat Adam datang mengunjunginya dan bermalam di tempatnya, dia tampak lebih bersemangat, wajahnya terlihat berseri-seri karena senang, tapi kali ini Merry terlihat cuek saat Adam meninggalkannya dan keluar dari kamar mereka, dan detik berikutnya dia bangkit dari rebahnya, membuka nakas di sebelah tempat tidurnya dan menggeluarkan sesuatu berwarna coklat muda berbentuk jamur , lalu membawanya ke kamar mandi. Aku tau apa itu , itu adalah mainan yang selalu dia gunakan setelah melakukan aktivitas panasnya bersama Adam, karena biasanya dia melakukan itu di atas ranjangnya dan aku pun masih bisa melihat aksinya itu. "Sial. Mana aku belum keluar lagi. Lagian kenapa dia ke kamar mandi sih. Kenapa gak di atas ranjangnya coba!" Aku merasa sangat frustasi karena dari tadi sejak mereka mulai permainan aku sudah lebih dulu tegang dan bermain solo dengan panduan mereka , dan sampai detik ini aku masih belum bisa menenangkan rasaku. Aku Zaky , salah satu penghuni kost milik Merry atau mungkin milik Adam suaminya. Aku berasal dari bandung, dan saat ini aku sedang merantau di Jakarta. Aku bekerja di salah atau pabrik tekstil. Usiaku sudah dua puluh tujuh tahun, sama lah sama umur Merry, tapi sampai detik ini aku masih belum menikah. Bukan karena tidak ingin, tapi aku sedang mengumpulkan uang untuk menyelesaikan renovasi rumahku di bandung dan mengumpulkan modal untuk membangun usahaku sendiri, dan saat sudah cukup, baru aku akan menikah. Lagi pula bukankah wanita sekarang rata-rata ingin mencari suami yang mapan? Mapan dalam artian sudah punya rumah sendiri dan pekerjaan sendiri, karena dulu aku punya adik perempuan, dia menikah di usia yang sangat muda , suaminya hanya seorang pengangguran, alhasil sekarang dia yang harus menjadi tulang punggung keluarganya, mencari nafkah untuk anak-anak dengan menjadi TKW , yang mana seharusnya laki-laki lah yang harusnya mencari nafkah, bukan sebaliknya. Aku tidak mau seperti itu, bagaimanapun aku ingin istriku diam di rumah, merawat dan mendidik anak-anakku, jika pun dia ingin membantuku mencari nafkah, maka cukup cari nafkah di rumah saja , maka aku sudah membuat kios kecil untuknya, hanya tinggal mengumpulkan modal untuk membuka usaha, meskipun sampai saat itu aku masih belum punya calon untuk di ajak menikah. Sebenarnya aku bukan laki yang buruk, tubuhku tinggi dengan postur tegap dan kokoh, kata teman-temanku, aku itu ganteng, dengan alis tebal ku, juga hidung mancung ku, meskipun kulitku sedikit gelap , tapi inilah kulit khas orang Indonesia. Tidak sedikit wanita di tempatku bekerja yang mengutarakan rasa tertariknya padaku, tapi aku dengan halus menolaknya, karena ternyata hatiku justru sedang terpaut pada satu wanita , dia adalah Merry, ibu kost ku, wanita yang sudah berstatus istri orang tapi masih sangat cantik, dan iya, aku terpesona. Ahay. Entahlah, pesona istri orang memang lebih menggoda, tapi sungguh meski begitu aku tidak pernah berniat untuk merebut atau menggoda wanita itu, tidak sama sekali. Aku tau batasan ku, karena ibuku selalu mengatakan untuk tetap di jalan yang benar meskipun kadang godaan terlalu indah untuk sekedar di lewati. Aku keluar dari dalam kamar setelah berhasil menuntaskan rasaku dengan bantuan Tante Rose. Dia adalah satu-satunya yang selalu siap sedia membantu menuntaskan rasaku, entah dengan aromanya, atau dengan kelembutan busanya. Tante Rose tidak pernah bosan setiap kali aku mengadu padanya, meskipun kadang aku mengadu sambil ngedumel dalam kamar mandi. Baru saja aku membuka pintu kamar, tiba-tiba Merry sudah berdiri di taman depan rumahnya, menyirami tanaman hidroponik di halaman depan rumahnya, ada terong biru, terong hijau , tomat, dan masih banyak lagi tanaman terong yang lainnya. Sepertinya Merry senang sekali sayuran jenis ini, kemarin saja aku di tawari lauk olahan terong panjang warna ungu, enak rasanya karena ada campuran terinya. Merry menyirami tanamannya dengan selang yang cukup panjang dan sudah terhubung dengan keran di sisi tembok sebelah kiri, tepat di depan kamarku. Dia menggunakan gaun warna krem yang sangat cantik. Rambutnya dia biarkan tergerai indah dan aku pilih duduk di kursi bambu depan teras kamarku. Memandang pemandangan indah di depan sana sambil menghisap sebatang rokok. Kulihat Merry berputar mengelilingi pohon mangga yang di bawahnya ada tanaman tomat juga terong panjang dan tiba-tiba selang itu justru terlepas dari keran air dan Merry tidak tau itu. Merry terlihat menggoyangkan ujung selangnya dan aku tersenyum dari dudukku. Dengan inisiatif ku sendiri, aku kembali mencolokkan ujung selang satunya lagi agar dia bisa menyelesaikan aktivitas menyiram tanamannya. Naas, saat selang itu sudah kembali terpasang, Merry justru terkejut karena airnya langsung muncrat dan membasahi wajah dan bagian depan gaunnya, tepat di bagian dadanya. "Ah, ah ah ah,, basah deh!" Serunya sambil menatap gaunnya yang basah dan aku kembali tersenyum ke arahnya. Aku pikir dia akan berhenti saat gaunnya basah, tapi ternyata dia justru semakin membuat gaunnya basah. Layaknya anak-anak yang suka main air, Merry juga begitu, dia malah sengaja mengarahkan ujung selang itu di atas kepalanya, hingga kini tubuhnya basah secara sempurna. Aku melihatnya dari arah dudukku, melihat bagaimana gaun itu yang basah dan melekat sempurna di tubuh moleknya hingga ujung dadanya tercetak dengan sangat jelas. Oh tiba-tiba milikku kembali bangkit dan ini benar-benar bahaya. Beruntung sore itu anak-anak kost yang lain sedang keluar dan hanya aku yang tidak ikut keluar, jika mereka ada di sini, bisa di pastikan mereka juga akan melihat pemandangan indah ini. Aku lihat Merry meremas buah dadanya, dengan sebelah tangannya dan aku semakin merasa gelisah. "Oh, sial!" Umpat ku yang lolos begitu saja saat merasakan sesak di balik celana, dan saat itu pula Merry menyadari keberadaan ku disana. Dia buru-buru berbalik dan menutup dadanya, lalu meninggalkan halaman itu. Tentu saja tujuan Merry pasti kamarnya, dan itu artinya keberuntungan untukku. Kalian tau kan maksudku,,,

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mengandung Anak Tuan Arvind

read
24.7K
bc

Alia

read
4.4K
bc

Nona-ku Canduku

read
24.4K
bc

Best Partner

read
7.6K
bc

OM JUAN

read
44.1K
bc

AFFAIR

read
7.8K
bc

Monochrome Romance

read
1.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook