Bab 7. Pria Angkuh?

1086 Words
Di pinggir balkon, Elena menahan napas, bersandar ke pagar menunggu b***k yang telah dipesannya dihantarkan padanya. Saat pria penyelenggara pertandingan itu akhirnya datang bersama b***k tersebut, Adam—menurutnya nama itu lebih baik dari Number One meski mirip nama seseorang yang ia kenal. Elena langsung menyerahkan sekantung uang logam kepada pria itu. Sepuluh ribu pounds, harga yang cukup mahal untuk seorang b***k. Namun menurutnya itu pantas mengingat betapa hebatnya Adam di dalam arena beberapa saat yang lalu. Ia kemudian ditinggal berdua saja dengan b***k itu agar bisa memperkenalkan dirinya, agar Adam bersedia mengikutinya pulang tanpa merasa terpaksa. Elena sedikit gugup berdiri di hadapan pria itu, apalagi Adam setidaknya 25 senti lebih tinggi darinya. Keringat membasahi kening dan lengannya, namun aura tenang dan percaya diri Adam membuatnya terpaku. "Ba-iklah, aku rasa ini aturannya." Setelah berhasil menguasai dirinya, Elena mengangkat tudung yang menutupi kepala dan wajahnya, membiarkan rambut coklatnya yang panjang tergerai, dan mata birunya yang tajam terlihat. Adam menatapnya tanpa berkedip dari balik topeng besinya. Netra pria itu yang berwarna hitam pekat lurus ke wajah Elena, membuatnya merasa sedikit canggung. Ia berdehem pelan untuk mengenyahkan kegugupannya. "Aku Elena, Elena Light. Mungkin kau pernah mendengar nama keluargaku?" Adam bergeming, masih terus menatapnya. "Seperti yang kau tahu, aku sudah membelimu," kata Elena lagi, melanjutkan, setelah tak juga mendapatkan tanggapan. "Dan kuharap, kau bersedia mengabdi padaku. Menjadi Ksatria pertamaku, bersumpah setia dan tidak akan pernah menghianatiku." "Lalu bagaimana dengan Anda?" akhirnya pria itu berbicara pada Elena, suaranya serak dan terkesan dingin. "Jika aku bersumpah setia pada Anda, apakah Anda juga akan melakukan hal yang sama padaku? Tidak akan pernah menghianatiku?" "Apa?" kelopak mata Elena sontak melebar tak percaya. 'Peraturan apa ini?' gerutunya dalam hati. Setahunya, b***k memang diharuskan setia pada orang yang telah membelinya. Dan sejak kapan sang majikan juga harus setia pada budaknya? "Jika Anda tidak bisa menjanjikannya, sebaiknya Anda pulang saja, Lady Light. Nanti aku akan minta agar uang Anda dikembalikan pada Anda." "Tidak!" tanpa sadar Elena berteriak, saat ia melihat Adam ingin pergi begitu saja. Membuat pria itu menghentikan langkahnya, memutar tubuh dan kembali menatapnya. Huft! Pria itu sangat angkuh. Egonya setinggi ego Raja Britania. "Emm, jika itu yang kau inginkan. Tentu saja aku bisa menjanjikannya." "Atau Anda bisa bersumpah bersamaku," tukas Adam. Elena tersenyum kikuk mendengar usulan itu. Bersumpah setia dengan seorang pria? Bukankah hal itu hanya bisa dilakukan di gereja saat menikah? Ia 'kan bukan ingin menikahi b***k ini? Elena merutuk dalam hati. "Bagaimana jika kau bersumpah dan aku berjanji? Aku berjanji dengan darahku, jika di hidup ini aku tidak akan pernah menghianatimu, dengan syarat kau harus selalu melindungiku dan keluargaku. Setia sampai mati. Itu cukup, bukan?" "Hmm!" sahut Adam singkat. Setelah itu, ia berlutut di hadapan Elena lalu mengangkat pedangnya dengan kedua tangannya. "Aku, Adam, atau yang biasa dipanggil Number One di arena ini, bersumpah dengan jiwaku, bahwa hidupku ini milik Lady Elena Light. Aku akan melindunginya dan keluarganya, setia sampai mati sebagai pedangnya." Elena gemetar mendengar sumpah Adam. Di sisi lain, ia juga merasa senang karena kini ia telah memiliki satu orang yang bersedia melindungi keluarganya. Dengan tangan masih sedikit bergetar, Elena mengambil pedang dari tangan Adam. Menghunus pedang itu lalu menyentuhkan bilahnya ke pundak pria itu. "Mulai hari ini, kau adalah Ksatria keluarga Light!" ujarnya lantang. Adam menunduk penuh hormat. Beberapa menit setelahnya, ia kembali berdiri tegak, setelah Elena menyarungkan lagi pedangnya dan mengembalikan pedang itu padanya. "Baiklah, kurasa itu cukup." Elena kembali memasang tudung kepalanya lalu mengajak Adam untuk pergi bersamanya. Tanpa ia duga, pria itu justru mencengkeram pergelangan tangannya. Tidak cukup sampai di situ, Adam juga menggigit jari telunjuknya hingga berdarah. Terkejut, Elena reflek menarik tangannya dengan keras hingga pegangan Adam terlepas. "Apa yang kau lakukan?! Apa kau seekor anjing?" teriaknya kesal, sembari memperhatikan jarinya yang terasa perih. Dengan wajah tak peduli Adam menjawab, "Aku hanya menagih janji Anda, My Lady. Bukankah tadi Anda sendiri yang telah mengatakan kalau Anda akan berjanji dengan darah Anda? Jadi aku mengambilnya." Ia menjilat bibirnya, di mana tetesan darah dari jari telunjuk Elena yang terluka karena ia gigit—menetes di sana. "Sekarang kita impas. Mari pulang, My Lady." Rasanya Elena ingin menendang b****g pria itu yang terlihat kencang dan seksi. Sebagai balasan atas perbuatan Adam padanya. Tapi melihat keberanian pria itu, ia takut jika Adam akan melakukan hal yang lebih buruk nantinya. b******k! Untuk sementara ia akan bersabar, semua ini ia lakukan demi melindungi ayahnya. *** "Kau bahkan tidak meminta maaf setelah menggigitku?" Elena melirik ke arah Adam dengan geram dari balik tudungnya. Mereka baru saja keluar dari Colosseum, dan pria itu saat ini berjalan di sampingnya seolah bukan b***k yang baru saja ia beli. "Itu perjanjian darah, bukan untuk menyakiti Anda," jawab Adam datar tanpa menoleh. Elena mendengus pelan. Ia tidak tahu mana yang lebih buruk—Cedric yang menakutkan, atau pria arogan yang kini berjalan tenang di sisinya. "Apa kau sadar kalau aku bisa saja melaporkanmu karena berani melukai darah bangsawan?" sambungnya lagi. "Tapi Anda tidak akan melakukannya." Lagi-lagi Adam menjawab dengan percaya diri, bahkan nyaris terdengar seperti ejekan. "Apa maksudmu?" Elena menghentikan langkahnya, menuntut jawaban dari pria itu. Adam ikut berhenti, kemudian memutar tubuhnya ke arah Elena dan menatapnya. Mata hitamnya yang tajam lurus ke iris Elena. "Karena aku tahu Anda tidak menganggapku sebagai ancaman." Untuk sesaat, Elena benar-benar kehabisan kata-kata untuk menjawab ucapan pria itu. "Kau terlalu percaya diri untuk seorang b***k," katanya akhirnya, lalu kembali melanjutkan langkahnya, berusaha menutupi kegugupannya. "Dan Anda terlalu mudah menunjukkan rasa takut Anda, My Lady." Pria sialan ini ... Elena mengatupkan rahangnya. Jika saja ia tidak membutuhkan bantuan Adam, ingin sekali ia mengembalikan pria ini ke Colosseum dan meminta kantung uangnya lagi. Tapi anehnya, di balik arogansi Adam, ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa benar-benar marah pada pria ini. "Kau sebaiknya tidak bicara seperti itu di rumahku nanti." Elena mencoba memperingatkan. "Karena Ayahku pasti tidak akan menyukainya." Ia lalu menunjuk ke arah keretanya yang sudah dekat dari tempat mereka berada sekarang. Adam melirik ke kereta mewah itu sekilas, setelah itu mengulurkan tangannya pada Elena. Membantu wanita itu untuk naik ke atas kereta. Ia menyusul naik saat Elena sudah masuk ke dalam kereta, mengambil tempat duduk di hadapan wanita itu. "Jangan lupa apa yang telah kukatakan tadi." Elena membuka tudung kepalanya, lalu merapikan rambutnya. Adam memperhatikannya selama beberapa saat, kemudian memajukan tubuhnya. Mencoba memangkas jarak yang ada di antara ia dan Elena, membuat Elena yang baru menyadarinya sontak membeku. "Aku akan mengingatnya, My Lady. Semoga saja nanti aku tidak akan membuat Anda malu di hadapan Ayah Anda," bisiknya, lima jari di hadapan wajah Elena.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD